64
E. Pembahasan
Pembahasan  akan  dijelaskan  berdasarkan  masing-masing  aspek  menurut konsep kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh Ryff.
1. Penerimaan Diri
Penerimaan  diri  merupakan  evaluasi  positif  pada  diri  dan  diri  masa lalu.  Orang  dinyatakan  dapat  menerima  diri  dengan  baik  apabila  memiliki
sikap positif terhadap diri, menerima kualitas diri yang buruk, merasa positif terhadap  kehidupan  masa  lalu  Ryff,1989;  Ryff  dan  Keyes,1995.
Penerimaan diri berarti bahwa menerima dan menyukai keadaan diri termasuk kelemahan maupun kekuatannya Baumgardner dan Crothers,2009
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  semua  subjek  penelitian mempunyai  penerimaan  diri.  Penerimaan  diri  terlihat  dari  hasil  penelitian
yang  menunjukkan  bahwa  semua  subjek  penelitian  tidak  menyesal  dengan keadaan  hidupnya.  Penyesalan  bagi  subjek  hanya  akan  menyakiti  hati
W2.P.MY.  Menurut  subjek  Tuhan  sudah  mengatur  kehidupan  manusia, sebaiknya  manusia  berdoa  dan  berusaha  W4.L.AH.  Alasan  itulah  yang
mewakili  para subjek untuk  tidak menyesali keadaan hidupnya. Hal  tersebut menunjukkan bahwa para subjek merasa positif terhadap kehidupan masa lalu
karena  semua  subjek  dalam  penelitian  ini  tidak  menyesali  keadaan  hidup yang telah dijalaninya sesuai dengan kriteria orang yang memiliki penerimaan
diri  yang  diungkapkan  oleh  Ryff  bahwa  orang  dinyatakan  dapat  menerima
65
diri  dengan  baik  apabila  memiliki  sikap  positif  positif  terhadap  kehidupan masa lalu Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995
Hasil  penelitian  juga  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  subjek merasa harus dapat menerima keadaan hidupnya, hanya ada salah satu subjek
yang  tidak  dapat  sepenuhnya  menerima  keadaan  diri.  Meski  subjek  tersebut menyadari  adanya  keterbatasan  dalam  dirinya,  namun  subjek  tetap  berusaha
untuk  keluar  dari  keadaan  dan  tidak  pasrah  begitu  saja.  Subjek  menghayati penerimaan diri sebagai perjuangan untuk menjadi lebih baik.
Sebagian  besar  subjek  dapat  menerima  keadaan  hidup  yang  serba susah karena menyadari keterbatasannya dan memasrahkan keadaan tersebut
kepada  Tuhan  karena  bagi  subjek  rejeki  sudah  ditentukan  oleh  Tuhan W6.L.HR  dan  hidup  sudah  berjalan  sesuai  dengan  keadaan  W5.L.GM
sehingga  keadaan  tersebut  dapat  diterima  dengan  cara  menikmati  keadaan hidup W6.L.HR.
Menurut  teori  yang  dikembangkan  oleh  Ryff  mengenai  aspek penerimaan  diri  bahwa  orang  memiliki  sikap  positif  terhadap  diri  dan
menerima  kualitas  diri  yang  buruk  merupakan  orang  yang  menerima  diri dengan baik Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995 ada dalam diri semua subjek
penelitian.  Semua  subjek  penelitian  mampu  menerima  kualitas  diri  yang buruk. Para subjek menyadari keterbatasannya, namun subjek-subjek tersebut
memiliki  sikap  positif  dalam  diri  dengan  tidak  pasrah  dan  menunjukkan usahanya  untuk  keluar  dari  keadaan.  Hal  tersebut  juga  didukung  oleh  nilai
spiritual subjek  penelitian terhadap Tuhan. Seperti diungkapkan oleh Ritcher
66
dalam  Sumule,  2008  nilai  spiritual  dapat  membuat  sesorang  menemukan makna  kehidupan  karena  pengalaman  hidup  keagamaan  dapat  memberikan
makna dalam kehidupan sehari-hari. Nilai spiritual  subjek tersebut  membuat subjek  dapat  memahami  makna  kehidupan  dan  membuat  subjek  dapat
menerima keadaan diri. Penerimaan  diri  pada  semua  subjek  penelitian  diungkapkan  dengan
rasa  syukur.  Semua  subjek  mesyukuri  keadaan  hidupnya.  Subjek  menyadari bahwa  hidup  tidak  selamanya  enak,  pasti  suatu  saat  ada  kesusahannya  dan
bagi  subjek,  dapat  bekerja  dan  makan  dirasa  sudah  cukup  dijadikan  alasan dalam  mensyukuri  kehidupan.  Subjek  mensyukuri  keadaan  hidup  dengan
menjalani  hidup  apa  adanya  dan  menjalaninya  dengan  senang  dan  tidak banyak mengeluh.
Sebuah  studi  memperlihatkan  bahwa  perasaan  syukur  ditunjukkan dengan  pengalaman  emosi  yang  positif,  membuat  sesuatu  terasa
menyenangkan,  ada  kepuasaan  dan  dapat  dinikmati  Bono  et  al.,  2004; Emmons  dan  McCullough,  2004  dalam  Baumgardner  dan  Cothers,2009.
Rasa  syukur  merupakan  sebuah  ungkapan  terimakasih  dan  apresisasi  atas kehidupan  Baumgardner  dan  Cothers,2009.  Hasil  penelitian  ini
menunjukkan  rasa  syukur  yang  ditujukan  kepada  Tuhan.  Hal  tersebut dikuatkan oleh ungkapan subjek
“  Teko  bersyukur..  Alhamdulilah  atas  kenikmatan  yang diberikan” W3.P.EL
67
Bahkan  ada  2  orang  subjek  yang  memiliki  pandangan  terhadap penerimaan  keadaan  hidup  yaitu  penerimaan  terhadap  keadaan  hidup
tergantung  dengan  cara  pandang  dan  pola  pikir  masing-masing  W5.L.GM. Masalah  cukup  atau  tidak  cukup  itu  relatif,  bila  bersyukur  pasti  cukup
W6.L.HR. Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  para  subjek  penelitian
memiliki  penerimaan  terhadap  dirinya.  Subjek  penelitian  mampu  menerima dan menyukai keadaan diri termasuk kelemahan maupun kekuatannya. Bukan
hanya  itu,    para  subjek  bahkan  mampu  bersikap  positif  terhadap  keadaan hidupnya  dengan  tidak  pasrah  terhadap  keadaan  dirinya  dan  dapat
menunjukkan usahanya untuk keluar dari keadaan yang sulit.
2. Penguasaan Lingkungan
Orang yang  memiliki penguasaan lingkungan merupakan orang yang memiliki  kompetensi  dalam  mengatur  hidup  dan  lingkungannya.  Orang
dinyatakan  memiliki  kemampuan  dalam  menguasai  lingkungannya  apabila memiliki  pemahaman  dalam  penguasaan  dan  kompetensi  mengatur
lingkungan,  dapat  mengontrol  aktfitas  eksternal,  dapat  mengefektifkan kesempatan  yang  ada  di  sekelilingnya,  dapat  menciptakan  ataupun  memilih
konteks  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  nilai  dalam  dirinya  Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995.
Semua subjek penelitian dari hasil penelitian ini mengalami kesulitan hidup.  Kesulitan  hidup  yang  para  subjek  alami  adalah  karena  masalah
68
ekonomi  yang  berupa  kesulitan  mencari  uang  dan  kesulitan  memenuhi kebutuhan  hidup.  Kesulitan  tersebut  berdampak  pada  keharmonisan  rumah
tangga yang menjadi terganggu W5.L.GM, selain itu juga membuat mereka hanya bisa makan seadanya W2.P.MY.
Meskipun  memiliki  kesulitan  hidup,  subjek-subjek  tersebut  memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan hidup yang membelenggu kehidupan.
Seperti  yang  diungkapkan  oleh  Ryff  bahwa  orang    dinyatakan  memiliki kemampuan  dalam  menguasai  lingkungannya  apabila  memiliki  pemahaman
dalam  penguasaan  dan  kompetensi  mengatur  lingkungan  Ryff,1989;  Ryff dan  Keyes,1995.  Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  subjek  memiliki
pemahaman dalam penguasaan dan kompetensi  mengatur lingkungan karena subjek  menyadari  kemampuannya  dan  menemukan  cara  yang  dapat
digunakan  untuk  mengatasi  kesulitan  hidup.  Cara  yang  digunakan  untuk mengatasi kesulitan tersebut beragam. Salah satu subjek perempuan mencoba
untuk    mengefektifkan  kesempatan  yang  ada  di  sekelilingnya  yaitu mengandalkan  hasil  lain  seperti  panenan  W2.P.MY,  sedangkan  subjek
lainnya  berusaha  untuk  menciptakan  ataupun  memilih  konteks  yang  sesuai dengan kebutuhan dan nilai dalam dirinya dengan giat bekerja. Salah seorang
subjek  mengemukakan”  Cari  obyekan  lain  tha..”  W6.L.HR.  Hal  tersebut menunjukkan bahwa subjek mengatasi kesulitannya dengan mencari aternatif
solusi  pekerjaan  lainnya.  Subjek  memanfaatkan  waktu  luangnya  setelah bekerja  untuk  mencari  pekerjaan  lain  yang  sesuai  dengan  dirinya  untuk
memenuhi  kebutuhannya.  Subjek  menciptakan  keadaan  yang  sesuai  dengan
69
kemampuan untuk mengatasi kesulitannya. Sedangkan subjek lain mengatasi kesulitan  hidup  dengan  cara  melakukan  pengendalian  diri  untuk  menghemat
pengeluaran hidup. Hal  tersebut  mengindikasikan  bahwa  para  subjek  memiliki
penguasaan  lingkungan  karena  semua  subjek  memiliki  kompetensi  dalam mengatur  hidup  dan  lingkungannya  yang  terlihat  pada  kemampuannya
mengatasi kesulitan hidup yang dialaminya.
3. Hubungan Positif
Orang  yang  memiliki  Hubungan  Positif  merupakan  orang  yang memiliki  hubungan  yang  berkualitas  dengan  orang    lain.  Orang  dapat
memiliki relasi yang positif apabila memiliki kehangatan dan dapat dipercaya dalam
hubungannya dengan
orang lain,
berkonsentrasi terhadap
kesejahteraannya  dan  orang  lain,  memiliki  empati  yang  kuat,  afeksi  dan intimasi  dan  mengerti  aturan  dalam  hubungan  dengan  sesama  manusia
Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Meskipun semua subjek penelitian mengalami kesulitan hidup karena
keterbatasan  ekonomi,  namun  para  subjek  tersebut  tetap  dapat  memiliki hubungan  baik  dengan  orang  lain.  Hubungan  baik  dijalin  dengan  cara
menentukan  sikap  yang  positif  dengan  mau  bergotong  royong,  tidak  iri  dan dengki  terhadap  orang  lain,  berinteraksi  dengan  orang  lain,  dan  mengikuti
kegiatan yang ada seperti kerja bakti dan bersedia datang ketika mendapatkan undangan  suatu  acara.  Semua  subjek  laki-laki  menurut  hasil  data  penelitian,
70
menyempatkan  diri  untuk  mengikuti  kegiatan  yang  ada  di  desanya  yang meliputi  kegiatan  sosial  seperti  kerja  bakti,  kegiatan  lingkungan,  maupun
acara  yang  diadakan  oleh  masyarakat  dan  mengikuti  kegiatan  keagamaan seperti mujadahan, yasinan, dan pengajian.
Laki-laki  lebih  banyak  mengikuti  kegiatan  yag  diadakan  di  desa karena  pada  budaya  jawa  yang  menganut  sistem  patrialisme.  Sistem
patrialisme  meletakkan  perempuan  menjadi  subjek  yang  terdominasi  dan tersubordinasi  dan  menempatkan  laki-laki  memiliki  kekuasaan  atas
perempuan  sehingga  laki-laki  memiliki  tugas  penting  yaitu    sebagai  kepala keluarga  Bhasin,  1996.  Sebagai  kepala  keluarga,  laki-laki  memiliki  tugas
untuk  mewakili  keluarga  untuk  melibatkan  diri  dalam  sebuah  sosialisasi masyarakat. Hal ini dilakukan laki-laki untuk menunjukkan identitas keluarga
dan tanggung jawabnya sebagai laki-laki. Masyarakat  sudah  memberikan  kemudahan  untuk  individu  dalam
membangun  hubungan  sosial  dengan  orang  lain  dengan  memberikan kegiatan-kegiatan  yang  bersifat  sosial.  Hal  tersebut  dimaksudkan  agar
individu  baik  laki-laki  maupun  perempuan  dapat  memiliki  hubungan  sosial yang  berkualitas  dengan  orang  dan  dapat  membina  hubungan  baik  dengan
sesamanya dalam keadaan apapun, baik secara formal maupun informal. Dari hasil penelitian juga ditemukan adanya kesulitan dalam menjalin
hubungan  baik  meski  para  subjek  memiliki  cara  dalam  menjalin  hubungan baik.  Terdapat  1  subjek  perempuan  dan  2  orang  subjek  laki-laki  yang
mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik. Subjek perempuan tidak
71
memaparkan  kesulitan  yang  dialami,  namun  subjek  laki-laki  memaparkan kesulitannya sebagai berikut :
“ya saya sendiri kan kalo menjalin hubungan dengan orang kan  kalo bisa juga cuman malem, ya jadi sulitnya itu.. nggak bisa
bertemu. Ya kecuali kalo hari libur”. W4.L.AH Hal  tersebut  menjelaskan  bahwa  sebab  kesulitan  akibat  waktu  yang
terbatas.  Waktu  yang  terbatas  diakibatkan  karena  subjek  menggunakan waktunya  untuk  bekerja.  Pekerjaan  dianggap  lebih  penting  karena  bekerja
merupakan  cara  untuk  menghasilkan  uang  yang  digunakan  untuk  memenuhi kebutuhan  hidup.  Namun,  disisi  lain  individu  dituntut  untuk  dapat  membina
hubungan baik dengan orang lain dengan cara mengikuti pranata sosial  yang diadakan  masyarakat  agar  tidak  mendapatkan  dampak  negatif  seperti
dikucilkan dan tidak dianggap. Selain itu ada masalah  yang bersifat  yang lebih  personal  yaitu akibat
adanya  bermacam-macam  sifat  orang  yang  tidak  senang  dengan  diri  subjek. Seperti yang diungkapkan subjek berikut ini:
”Ouw  ya  jelas  ada.  Masalahnya  begini..  kesulitannya  itu timbul biasanya itu kan orang kadang kan hubungan itu ya kadang
ya berbeda-beda ya.. kadang perasaannya ada yang ndak seneng, ada yang seneng.. nah gitu.. kalo pas kita berjumpa dengan orang
lain  yang  tidak  suka  dengan  kita,  dibelakangnya  bicara  begini- begini  nah  itu  biasanya ada  sifatnya  yang...  ya  kita  menyikapinya
72
dengan  ya  arif  ya..  maksud’e  masalah  itu  kan  tergantung masalahnya”. W5.L.GM
Kesulitan-kesulitan  yang  timbul  tersebut  diatasi  dengan  cara  yang beragam.  Salah  satu  subjek  menyadari  bahwa  setiap  orang  memiliki  sifat
yang  berbeda,  ada  yang  baik  dan  ada  yang  sombong  bahkan  subjek mengemukakan  bahwa  orang-orang  yang  terpandang  kadang  sombong
W2.P.MY.  Hal  tersebut  memperlihatkan  bahwa  subjek  mampu  menerima keadaan orang lain sebagai bagian dari penerimaan sosial. Penerimaan sosial
adalah salah satu dimensi dari Social Wellbeing. Penerimaan sosial memiliki sikap  yang  positif  terhadap  orang  lain  dan  memahami  kompleksitasnya
Baumgardner  dan  Crothers,  2009.      Sedangkan  subjek  lain  mengatasi kesulitan  dengan  cara  berusaha  untuk  tidak  menanggapi  masalah-masalah
tersebut  dan  berusaha  mengambil  sisi  positif  dari  setiap  permasalahan tersebut  dengan  tetap  melakukan  interaksi  terhadap  orang  lain  dengan
meluangkan waktu untuk menjalin hubungan baik, sehingga orang lain dapat mengetahui maksud baiknya dan hubungan baik tetap dapat terjalin.
Hubungan  baik  yang  sudah  terjalin  belum  tentu  dapat  terjaga.  Hasil penelitian  menunjukkan  ada  2  orang  subjek  perempuan  yang  menyatakan
adanya  kesulitan  dalam  menjaga  hubungan  baik.  Kesulitan  dalam  menjaga hubungan baik disebabkan karena adanya kesulitan dalam menentukan sikap
terhadap suatu hubungan dan adanya selisih dan ketidakcocokan satu dengan yang lainnya. Kesulitan tersebut diatasi dengan cara memperbaiki diri sendiri
73
dan  berkomunikasi  dengan  orang  lain  tanpa  menyakitinya.  Menurut  subjek, hubungan baik dapat terjaga dengan cara bersikap baik dan menjaga tingkah
laku terhadap orang lain W2.P.MY  dan menghargai orang lain W5.L.GM. Dua  orang  subjek  laki-laki  memiliki  pandangan  terhadap  suatu
hubungan baik bahwa
hubungan dapat terjalin ataupun terjaga tergantung dengan diri  sendiri  W6.L.HR,
hubungan  baik  dapat  terjaga  bila  orang  saling membutuhkan  dan  saling  menghargai  pendapat  dan  masukan  orang  lain,
sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan
W5.L.GM.
4. Tujuan Hidup
Kehidupan  yang  sulit  akibat  keterbatasan  ekonomi  tidak  membuat para  subjek  penelitian  kehilangan  tujuan  hidupnya.  Tujuan  hidup  tidak
semata-mata  untuk  kesejahteraan  ekonomi,  tetapi  juga  untuk  kesejahteraan keluarga,  kemajuan  diri  sendiri  dan  bahkan  untuk  kehidupan  dalam
masyarakat.  Dari  hasil  penelitian  terlihat  bahwa  tujuan  untuk  kesejahteraan ekonomi  merupakan  sarana  terpenuhinya  kebutuhan  hidup  yang  paling
pokok,  bukan  merupakan  fokus  utama  untuk  mencapai  kehidupan  yang berlimpah materi. Meski demikian, terdapat 2 orang subjek perempuan  yang
pernah menyerah dalam mencapai kesejateraan ekonomi dan kemajuan untuk diri  sendiri.  Subjek  menyerah  dengan  menangis  dan  malas  bekerja,  namun
subjek tersebut tetap menunjukkan usahanya untuk mencapai tujuan. Semua  subjek  penelitian  menunjukkan  usahanya  dalam  mencapai
tujuan.  Usaha  yang  dilakukan  subjek  yang  memiliki  tujuan  untuk  mencapai
74
kesejahteraan  ekonomi  dan  keluarga  serta  untuk  kemajuan  diri  sendiri  yaitu dengan  memunculkan  sikap  mental  dalam  bekerja.  Sikap  mental  tersebut
dimaksudkan untuk bekerja keras pantang menyerah. Selain itu, juga adanya sikap  mental  keikhlasan  dalam  melakukan  pekerjaan  dan  ada  subjek  yang
lebih spesifik menyebutkan caranya mencapai tujuan dengan membuka usaha toko  sendiri.  Sedangkan  subjek  yang  ingin  mencapai  tujuan  selain  untuk
kesejahteraan  ekonomi,  dilaporkan  ada  2  orang  subjek  laki-laki  yang berusaha mencapai tujuan tersebut dengan instropeksi diri.
Usaha dalam mencapai tujuan hidup tidak selalu berjalan mulus. Ada beberapa  hambatan  yang  muncul,  seperti  dalam  hasil  penelitian  ini  ada  3
orang  subjek  yang  mengalami  hambatan  dalam  mencapai  tujuan  hidup. Hambatan tersebut muncul karena adanya keterbatasan yaitu keterbatasan diri
dan  keterbatasan  ekonomi  yang  membuat  subjek  terbentur  modal.  Meski mengalami  hambatan,  namun  subjek-subjek  tersebut  memiliki  cara  untuk
mengatasi hambatan tersebut. Hambatan tersebut diatasi dengan sikap pasrah kepada  Tuhan  dan  meminta  saran  kepada  orang  tua  yang  lebih
berpengalaman  sebagai  bahan  pertimbangan  W5.L.GM.  Selain  itu,  subjek berusaha mencari alternatif solusi lainnya W4.L.AH
Tujuan  dalam  hidup  didefinisikan  sebagai  memiliki  pengertian terhadap makna dan tujuan hidup. Orang  yang memiliki tujuan hidup adalah
orang  yang  memiliki  cita-cita  dalam  kehidupan  dan  pemahaman  tentang keberlangsungannya,  memahami  pengertian  masa  depan  dan  masa  lampau,
75
mempunyai  keyakinan  terhadap  tujuan  hidup  dan  memiliki  tujuan  dan objektif untuk kehidupan. Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995.
Menurut  hasil  penelitian,  semua  subjek  penelitian  memiliki  tujuan hidup    dan  berusaha  untuk  mewujudkan  tujuannya.  Meskipun  ada  beberapa
hal  yang  membuat  beberapa  subjek  menyerah,  namun  mereka  tetap  terus mencoba  berbagai  upaya  untuk  mencapai  tujuan  yang  diinginkan.  Subjek
tersebut  yakin  dengan  berusaha,  apa  yang  mereka  harapkan  dapat  menjadi kenyataan.  Semua  subjek  penelitian  memang  belum  mencapai  tujuan
hidupnya,  namun  dengan  adanya  tujuan  hidup  dapat  menunjukkan  perilaku subjek  yang  sehat  mental  karena  tujuan  merupakan  motivasi  dalam  hidup
yang  membuat  individu  melakukan  suatu  tindakan  dan  memberikan  arti, arahan,  dan  tujuan  untuk  melakukan  aktivitas  kehidupan  Baumgardner  dan
Crothers,2009. Bahkan ketika tujuan sudah dicapai, individu harus membuat tujuan  hidup  yang  baru  karena  tujuan  hidup  merupakan  usaha  keras  yang
sangat penting untuk menemukan arti dari suatu usaha dan tantangan Keyes, Shmotkin,dan  Ryff,2002  sehingga  diperlukan  untuk  melakukan  tindakan
yang selanjutnya.
5. Pertumbuhan Pribadi
Personal  growth  atau  Pertumbuhan  Pribadi  didefiniskan  sebagai pemahaman  akan  keberlanjutan  pertumbuhan  dan  perkembangan  sebagai
individu.  Orang  yang  memiliki  pertumbuhan  pribadi  adalah  orang  yang memiliki  pemikiran  mengenai  keberlanjutan  perkembangan,  melihat  dirinya
76
sebagai  pribadi  yang  bertumbuh  dan  berkembang,  terbuka  pada  pengalaman baru,  memiliki  pehamaman  mengenai  potensi  yang  dimiliki  diri,  melihat
kemajuan dalam diri dan tingkah laku sepanjang waktu Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995.
Lima  dari  6  subjek  penelitian  merasakan  adanya  perkembangan  dan pertumbuhan pribadi dalam dirinya. Perkembangan dan pertumbuhan pribadi
dirasakan dan dihayati dalam bentuk kepemilikan seperti memiliki rumah dan pekerjaan,  selain  itu  dirasakan  dalam  bentuk  kemampuan  berkembang  biak
dan  menghidupi  anaknya.  Meski  merasakan  adanya  perkembangan  dan petumbuhan,  namun  ada  salah  satu  subjek  yang  merasa  perkembangan  dan
pertumbuhan  pribadinya  terhambat.  Subjek  menyadari  adanya  kemampuan diri  yang  kurang  berkembang  menghambatnya  untuk  dapat  bertumbuh  dan
berkembang.  Sedangkan  satu  subjek  lainnya  tidak  merasakan  adanya perkembangan dan petumbuhan pribadi dalam dirinya.
Subjek yang tidak merasakan perkembangan dan pertumbuhan dalam dirinya  menghayati  perkembangan  dan  pertumbuhan  dalam  bentuk
kepemilikan keahlian. Pemikiran subjek tersebut didukung dengan pekerjaan subjek sebagai operator mesin yang dituntut untuk memiliki keahlian khusus.
Subjek  merasa  perkembangan  dan  pertumbuhan  dirinya  terhambat  akibat kurangnya  relasi  untuk  bertukar  pikiran  agar  dapat  melangkah  maju.
Keterbatasan  ekonomi  membuat  subjek  tidak  bisa  mengembangkan keahliannya  dengan  mengikuti  kursus  ataupun  menemukan  relasi  yang
mampu  membantunya  mengembangkan  keahlian.  Tidak  adanya  akses  untuk
77
bertukar  pikiran  dengan  orang  lain  yang  lebih  mampu  menghambat  subjek untuk  dapat  bertumbuh  dan  berkembang.  Namun,  subjek  dapat  merasakan
adanya  potensi  dalam  dirinya  yaitu  kemampuannya  belajar  secara  otodidak mengenai  mesin.  Meskipun  demikian,  kesejahteraan  psikologis  subjek  dapat
terganggu  karena  meski  menyadari  memiliki  potensi,  namun  jika  tidak menyadari akan adanya pertumbuhan dan perkembangan diri dapat membuat
subjek  tertekan.  Seperti  yang  diungkapkan  oleh  Baumgardner  dan  Crothers 2009    bahwa  pertumbuhan  pribadi  merujuk  pada  orang  yang  merasakan
adanya  keberlanjutan  dalam  perkembangan  dan  keefektifannya  dan  terbuka pada  pengalaman  dan  tantangan  yang  baru.  Subjek  tidak  merasakan
keberlanjutan  dalam  pertumbuhan  dan  perkembangan  sehingga  subjek  tidak mampu melihat kemajuan yang ada dalam dirinya.
Berbeda  dengan  subjek  yang  tidak  merasakan  perkembangan  dan pertumbuhan  dalam  dirinya.  Subjek  yang  merasakan  adanya  perkembangan
dan  pertumbuhan  dalam  dirinya  sebagian  besar  menyatakan  bahwa  dirinya tidak memiliki potensi dalam diri. Meski tidak menyadari potensinya, namun
subjek  menyadari  pertumbuhan  dan  perkembangannya  dalam  bentuk bertambahnya  barang  kepemilikannya.  2  orang  subjek  yang  merasakan
merasakan perkembangan dan pertumbuhan  juga menyadari akan potensinya. Subjek tersebut menyadari adanya kualitas mental yang tangguh pada dirinya
yaitu kemampuan untuk  tidak mudah putus asa dan tetap menjali kehidupan meskipun  terasa  sulit.  Hal  tersebut  membuat  subjek  memiliki  nilai
pertumbuhan pribadi yang lebih baik.
78
6. Otonomi
Otonomi dinyatakan dengan memahami diri sebagai keberlangsungan dan  penentuan  aksi  maupun  pilihan.  Orang  yang  memiliki  otonomi  adalah
orang yang dapat menentukan dirinya sendiri dan mandiri,  dapat menghadapi tekanan sosial, dapat meregulasi diri dari dalam, dan dapat mengevaluasi diri
dengan standar personal Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Keputusan-keputusan  yang  diambil  oleh  para  subjek  semuanya
diambil  sendiri.  Subjek-subjek  tersebut  memiliki  kemampuan  untuk mengambil  keputusannya  sendiri.  Hal  tersebut  berarti  subjek  penelitian
memiliki kemampuan untuk meregulasi diri. Regulasi diri adalah kemampuan individu  untuk  mengatur  atau  mengontrol  diri  sendiri  Bandura  dalam
Alwisol,2008. Subjek  penelitian  memang  memutuskan  sendiri  setiap  keputusan
dalam hidupnya, namun subjek merasa orang lain perlu  untuk membantu dan dibutuhkan bila keputusan yang diambil berat dan sulit. Saran yang orang lain
berikan  digunakan  sebagai  bahan  pertimbangan  dalam  pengambilan keputusan. Hal itu dilakukan karena keputusan sendiri terkadang tidak sesuai,
sehingga dibutuhkan orang lain sebagai bahan pertimbangan. Hampir semua merasa yakin dengan keputusan yang diambil. Mereka
berpandangan bahwa setiap keputusan memiliki risiko yang harus ditanggung sendiri.  Keputusan  yang  diambil  tanpa  memikirkannya  terlebih  dahulu  akan
mengakibatkan  penyesalan  karena  ada  salah  satu  subjek  yang  pernah
79
menyesal  dengan  keputusannya  tersebut  karena  terburu-buru  dalam mengambil keputusan tanpa memikirkan baik-buruknya keputusan tersebut.
Meskipun  ada  salah  satu  subjek  yng  pernah  menyesali  keputusan dalam hidupnya, namun kebanyakan dapat mengambil keputusan sendiri dan
merasa  yakin  dengan  keputusan  yang  diambilnya.  Hasil  tersebut menunjukkan  bahwa  para  subjek  memiliki  otonomi  dalam  pengambilan
keputusan hidup.
80
F. Diskusi Umum