Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

64

E. Pembahasan

Pembahasan akan dijelaskan berdasarkan masing-masing aspek menurut konsep kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh Ryff. 1. Penerimaan Diri Penerimaan diri merupakan evaluasi positif pada diri dan diri masa lalu. Orang dinyatakan dapat menerima diri dengan baik apabila memiliki sikap positif terhadap diri, menerima kualitas diri yang buruk, merasa positif terhadap kehidupan masa lalu Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Penerimaan diri berarti bahwa menerima dan menyukai keadaan diri termasuk kelemahan maupun kekuatannya Baumgardner dan Crothers,2009 Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua subjek penelitian mempunyai penerimaan diri. Penerimaan diri terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semua subjek penelitian tidak menyesal dengan keadaan hidupnya. Penyesalan bagi subjek hanya akan menyakiti hati W2.P.MY. Menurut subjek Tuhan sudah mengatur kehidupan manusia, sebaiknya manusia berdoa dan berusaha W4.L.AH. Alasan itulah yang mewakili para subjek untuk tidak menyesali keadaan hidupnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa para subjek merasa positif terhadap kehidupan masa lalu karena semua subjek dalam penelitian ini tidak menyesali keadaan hidup yang telah dijalaninya sesuai dengan kriteria orang yang memiliki penerimaan diri yang diungkapkan oleh Ryff bahwa orang dinyatakan dapat menerima 65 diri dengan baik apabila memiliki sikap positif positif terhadap kehidupan masa lalu Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar subjek merasa harus dapat menerima keadaan hidupnya, hanya ada salah satu subjek yang tidak dapat sepenuhnya menerima keadaan diri. Meski subjek tersebut menyadari adanya keterbatasan dalam dirinya, namun subjek tetap berusaha untuk keluar dari keadaan dan tidak pasrah begitu saja. Subjek menghayati penerimaan diri sebagai perjuangan untuk menjadi lebih baik. Sebagian besar subjek dapat menerima keadaan hidup yang serba susah karena menyadari keterbatasannya dan memasrahkan keadaan tersebut kepada Tuhan karena bagi subjek rejeki sudah ditentukan oleh Tuhan W6.L.HR dan hidup sudah berjalan sesuai dengan keadaan W5.L.GM sehingga keadaan tersebut dapat diterima dengan cara menikmati keadaan hidup W6.L.HR. Menurut teori yang dikembangkan oleh Ryff mengenai aspek penerimaan diri bahwa orang memiliki sikap positif terhadap diri dan menerima kualitas diri yang buruk merupakan orang yang menerima diri dengan baik Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995 ada dalam diri semua subjek penelitian. Semua subjek penelitian mampu menerima kualitas diri yang buruk. Para subjek menyadari keterbatasannya, namun subjek-subjek tersebut memiliki sikap positif dalam diri dengan tidak pasrah dan menunjukkan usahanya untuk keluar dari keadaan. Hal tersebut juga didukung oleh nilai spiritual subjek penelitian terhadap Tuhan. Seperti diungkapkan oleh Ritcher 66 dalam Sumule, 2008 nilai spiritual dapat membuat sesorang menemukan makna kehidupan karena pengalaman hidup keagamaan dapat memberikan makna dalam kehidupan sehari-hari. Nilai spiritual subjek tersebut membuat subjek dapat memahami makna kehidupan dan membuat subjek dapat menerima keadaan diri. Penerimaan diri pada semua subjek penelitian diungkapkan dengan rasa syukur. Semua subjek mesyukuri keadaan hidupnya. Subjek menyadari bahwa hidup tidak selamanya enak, pasti suatu saat ada kesusahannya dan bagi subjek, dapat bekerja dan makan dirasa sudah cukup dijadikan alasan dalam mensyukuri kehidupan. Subjek mensyukuri keadaan hidup dengan menjalani hidup apa adanya dan menjalaninya dengan senang dan tidak banyak mengeluh. Sebuah studi memperlihatkan bahwa perasaan syukur ditunjukkan dengan pengalaman emosi yang positif, membuat sesuatu terasa menyenangkan, ada kepuasaan dan dapat dinikmati Bono et al., 2004; Emmons dan McCullough, 2004 dalam Baumgardner dan Cothers,2009. Rasa syukur merupakan sebuah ungkapan terimakasih dan apresisasi atas kehidupan Baumgardner dan Cothers,2009. Hasil penelitian ini menunjukkan rasa syukur yang ditujukan kepada Tuhan. Hal tersebut dikuatkan oleh ungkapan subjek “ Teko bersyukur.. Alhamdulilah atas kenikmatan yang diberikan” W3.P.EL 67 Bahkan ada 2 orang subjek yang memiliki pandangan terhadap penerimaan keadaan hidup yaitu penerimaan terhadap keadaan hidup tergantung dengan cara pandang dan pola pikir masing-masing W5.L.GM. Masalah cukup atau tidak cukup itu relatif, bila bersyukur pasti cukup W6.L.HR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para subjek penelitian memiliki penerimaan terhadap dirinya. Subjek penelitian mampu menerima dan menyukai keadaan diri termasuk kelemahan maupun kekuatannya. Bukan hanya itu, para subjek bahkan mampu bersikap positif terhadap keadaan hidupnya dengan tidak pasrah terhadap keadaan dirinya dan dapat menunjukkan usahanya untuk keluar dari keadaan yang sulit. 2. Penguasaan Lingkungan Orang yang memiliki penguasaan lingkungan merupakan orang yang memiliki kompetensi dalam mengatur hidup dan lingkungannya. Orang dinyatakan memiliki kemampuan dalam menguasai lingkungannya apabila memiliki pemahaman dalam penguasaan dan kompetensi mengatur lingkungan, dapat mengontrol aktfitas eksternal, dapat mengefektifkan kesempatan yang ada di sekelilingnya, dapat menciptakan ataupun memilih konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai dalam dirinya Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Semua subjek penelitian dari hasil penelitian ini mengalami kesulitan hidup. Kesulitan hidup yang para subjek alami adalah karena masalah 68 ekonomi yang berupa kesulitan mencari uang dan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Kesulitan tersebut berdampak pada keharmonisan rumah tangga yang menjadi terganggu W5.L.GM, selain itu juga membuat mereka hanya bisa makan seadanya W2.P.MY. Meskipun memiliki kesulitan hidup, subjek-subjek tersebut memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan hidup yang membelenggu kehidupan. Seperti yang diungkapkan oleh Ryff bahwa orang dinyatakan memiliki kemampuan dalam menguasai lingkungannya apabila memiliki pemahaman dalam penguasaan dan kompetensi mengatur lingkungan Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek memiliki pemahaman dalam penguasaan dan kompetensi mengatur lingkungan karena subjek menyadari kemampuannya dan menemukan cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan hidup. Cara yang digunakan untuk mengatasi kesulitan tersebut beragam. Salah satu subjek perempuan mencoba untuk mengefektifkan kesempatan yang ada di sekelilingnya yaitu mengandalkan hasil lain seperti panenan W2.P.MY, sedangkan subjek lainnya berusaha untuk menciptakan ataupun memilih konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai dalam dirinya dengan giat bekerja. Salah seorang subjek mengemukakan” Cari obyekan lain tha..” W6.L.HR. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek mengatasi kesulitannya dengan mencari aternatif solusi pekerjaan lainnya. Subjek memanfaatkan waktu luangnya setelah bekerja untuk mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan dirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Subjek menciptakan keadaan yang sesuai dengan 69 kemampuan untuk mengatasi kesulitannya. Sedangkan subjek lain mengatasi kesulitan hidup dengan cara melakukan pengendalian diri untuk menghemat pengeluaran hidup. Hal tersebut mengindikasikan bahwa para subjek memiliki penguasaan lingkungan karena semua subjek memiliki kompetensi dalam mengatur hidup dan lingkungannya yang terlihat pada kemampuannya mengatasi kesulitan hidup yang dialaminya. 3. Hubungan Positif Orang yang memiliki Hubungan Positif merupakan orang yang memiliki hubungan yang berkualitas dengan orang lain. Orang dapat memiliki relasi yang positif apabila memiliki kehangatan dan dapat dipercaya dalam hubungannya dengan orang lain, berkonsentrasi terhadap kesejahteraannya dan orang lain, memiliki empati yang kuat, afeksi dan intimasi dan mengerti aturan dalam hubungan dengan sesama manusia Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Meskipun semua subjek penelitian mengalami kesulitan hidup karena keterbatasan ekonomi, namun para subjek tersebut tetap dapat memiliki hubungan baik dengan orang lain. Hubungan baik dijalin dengan cara menentukan sikap yang positif dengan mau bergotong royong, tidak iri dan dengki terhadap orang lain, berinteraksi dengan orang lain, dan mengikuti kegiatan yang ada seperti kerja bakti dan bersedia datang ketika mendapatkan undangan suatu acara. Semua subjek laki-laki menurut hasil data penelitian, 70 menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan yang ada di desanya yang meliputi kegiatan sosial seperti kerja bakti, kegiatan lingkungan, maupun acara yang diadakan oleh masyarakat dan mengikuti kegiatan keagamaan seperti mujadahan, yasinan, dan pengajian. Laki-laki lebih banyak mengikuti kegiatan yag diadakan di desa karena pada budaya jawa yang menganut sistem patrialisme. Sistem patrialisme meletakkan perempuan menjadi subjek yang terdominasi dan tersubordinasi dan menempatkan laki-laki memiliki kekuasaan atas perempuan sehingga laki-laki memiliki tugas penting yaitu sebagai kepala keluarga Bhasin, 1996. Sebagai kepala keluarga, laki-laki memiliki tugas untuk mewakili keluarga untuk melibatkan diri dalam sebuah sosialisasi masyarakat. Hal ini dilakukan laki-laki untuk menunjukkan identitas keluarga dan tanggung jawabnya sebagai laki-laki. Masyarakat sudah memberikan kemudahan untuk individu dalam membangun hubungan sosial dengan orang lain dengan memberikan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial. Hal tersebut dimaksudkan agar individu baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki hubungan sosial yang berkualitas dengan orang dan dapat membina hubungan baik dengan sesamanya dalam keadaan apapun, baik secara formal maupun informal. Dari hasil penelitian juga ditemukan adanya kesulitan dalam menjalin hubungan baik meski para subjek memiliki cara dalam menjalin hubungan baik. Terdapat 1 subjek perempuan dan 2 orang subjek laki-laki yang mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik. Subjek perempuan tidak 71 memaparkan kesulitan yang dialami, namun subjek laki-laki memaparkan kesulitannya sebagai berikut : “ya saya sendiri kan kalo menjalin hubungan dengan orang kan kalo bisa juga cuman malem, ya jadi sulitnya itu.. nggak bisa bertemu. Ya kecuali kalo hari libur”. W4.L.AH Hal tersebut menjelaskan bahwa sebab kesulitan akibat waktu yang terbatas. Waktu yang terbatas diakibatkan karena subjek menggunakan waktunya untuk bekerja. Pekerjaan dianggap lebih penting karena bekerja merupakan cara untuk menghasilkan uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, disisi lain individu dituntut untuk dapat membina hubungan baik dengan orang lain dengan cara mengikuti pranata sosial yang diadakan masyarakat agar tidak mendapatkan dampak negatif seperti dikucilkan dan tidak dianggap. Selain itu ada masalah yang bersifat yang lebih personal yaitu akibat adanya bermacam-macam sifat orang yang tidak senang dengan diri subjek. Seperti yang diungkapkan subjek berikut ini: ”Ouw ya jelas ada. Masalahnya begini.. kesulitannya itu timbul biasanya itu kan orang kadang kan hubungan itu ya kadang ya berbeda-beda ya.. kadang perasaannya ada yang ndak seneng, ada yang seneng.. nah gitu.. kalo pas kita berjumpa dengan orang lain yang tidak suka dengan kita, dibelakangnya bicara begini- begini nah itu biasanya ada sifatnya yang... ya kita menyikapinya 72 dengan ya arif ya.. maksud’e masalah itu kan tergantung masalahnya”. W5.L.GM Kesulitan-kesulitan yang timbul tersebut diatasi dengan cara yang beragam. Salah satu subjek menyadari bahwa setiap orang memiliki sifat yang berbeda, ada yang baik dan ada yang sombong bahkan subjek mengemukakan bahwa orang-orang yang terpandang kadang sombong W2.P.MY. Hal tersebut memperlihatkan bahwa subjek mampu menerima keadaan orang lain sebagai bagian dari penerimaan sosial. Penerimaan sosial adalah salah satu dimensi dari Social Wellbeing. Penerimaan sosial memiliki sikap yang positif terhadap orang lain dan memahami kompleksitasnya Baumgardner dan Crothers, 2009. Sedangkan subjek lain mengatasi kesulitan dengan cara berusaha untuk tidak menanggapi masalah-masalah tersebut dan berusaha mengambil sisi positif dari setiap permasalahan tersebut dengan tetap melakukan interaksi terhadap orang lain dengan meluangkan waktu untuk menjalin hubungan baik, sehingga orang lain dapat mengetahui maksud baiknya dan hubungan baik tetap dapat terjalin. Hubungan baik yang sudah terjalin belum tentu dapat terjaga. Hasil penelitian menunjukkan ada 2 orang subjek perempuan yang menyatakan adanya kesulitan dalam menjaga hubungan baik. Kesulitan dalam menjaga hubungan baik disebabkan karena adanya kesulitan dalam menentukan sikap terhadap suatu hubungan dan adanya selisih dan ketidakcocokan satu dengan yang lainnya. Kesulitan tersebut diatasi dengan cara memperbaiki diri sendiri 73 dan berkomunikasi dengan orang lain tanpa menyakitinya. Menurut subjek, hubungan baik dapat terjaga dengan cara bersikap baik dan menjaga tingkah laku terhadap orang lain W2.P.MY dan menghargai orang lain W5.L.GM. Dua orang subjek laki-laki memiliki pandangan terhadap suatu hubungan baik bahwa hubungan dapat terjalin ataupun terjaga tergantung dengan diri sendiri W6.L.HR, hubungan baik dapat terjaga bila orang saling membutuhkan dan saling menghargai pendapat dan masukan orang lain, sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan W5.L.GM. 4. Tujuan Hidup Kehidupan yang sulit akibat keterbatasan ekonomi tidak membuat para subjek penelitian kehilangan tujuan hidupnya. Tujuan hidup tidak semata-mata untuk kesejahteraan ekonomi, tetapi juga untuk kesejahteraan keluarga, kemajuan diri sendiri dan bahkan untuk kehidupan dalam masyarakat. Dari hasil penelitian terlihat bahwa tujuan untuk kesejahteraan ekonomi merupakan sarana terpenuhinya kebutuhan hidup yang paling pokok, bukan merupakan fokus utama untuk mencapai kehidupan yang berlimpah materi. Meski demikian, terdapat 2 orang subjek perempuan yang pernah menyerah dalam mencapai kesejateraan ekonomi dan kemajuan untuk diri sendiri. Subjek menyerah dengan menangis dan malas bekerja, namun subjek tersebut tetap menunjukkan usahanya untuk mencapai tujuan. Semua subjek penelitian menunjukkan usahanya dalam mencapai tujuan. Usaha yang dilakukan subjek yang memiliki tujuan untuk mencapai 74 kesejahteraan ekonomi dan keluarga serta untuk kemajuan diri sendiri yaitu dengan memunculkan sikap mental dalam bekerja. Sikap mental tersebut dimaksudkan untuk bekerja keras pantang menyerah. Selain itu, juga adanya sikap mental keikhlasan dalam melakukan pekerjaan dan ada subjek yang lebih spesifik menyebutkan caranya mencapai tujuan dengan membuka usaha toko sendiri. Sedangkan subjek yang ingin mencapai tujuan selain untuk kesejahteraan ekonomi, dilaporkan ada 2 orang subjek laki-laki yang berusaha mencapai tujuan tersebut dengan instropeksi diri. Usaha dalam mencapai tujuan hidup tidak selalu berjalan mulus. Ada beberapa hambatan yang muncul, seperti dalam hasil penelitian ini ada 3 orang subjek yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup. Hambatan tersebut muncul karena adanya keterbatasan yaitu keterbatasan diri dan keterbatasan ekonomi yang membuat subjek terbentur modal. Meski mengalami hambatan, namun subjek-subjek tersebut memiliki cara untuk mengatasi hambatan tersebut. Hambatan tersebut diatasi dengan sikap pasrah kepada Tuhan dan meminta saran kepada orang tua yang lebih berpengalaman sebagai bahan pertimbangan W5.L.GM. Selain itu, subjek berusaha mencari alternatif solusi lainnya W4.L.AH Tujuan dalam hidup didefinisikan sebagai memiliki pengertian terhadap makna dan tujuan hidup. Orang yang memiliki tujuan hidup adalah orang yang memiliki cita-cita dalam kehidupan dan pemahaman tentang keberlangsungannya, memahami pengertian masa depan dan masa lampau, 75 mempunyai keyakinan terhadap tujuan hidup dan memiliki tujuan dan objektif untuk kehidupan. Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Menurut hasil penelitian, semua subjek penelitian memiliki tujuan hidup dan berusaha untuk mewujudkan tujuannya. Meskipun ada beberapa hal yang membuat beberapa subjek menyerah, namun mereka tetap terus mencoba berbagai upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Subjek tersebut yakin dengan berusaha, apa yang mereka harapkan dapat menjadi kenyataan. Semua subjek penelitian memang belum mencapai tujuan hidupnya, namun dengan adanya tujuan hidup dapat menunjukkan perilaku subjek yang sehat mental karena tujuan merupakan motivasi dalam hidup yang membuat individu melakukan suatu tindakan dan memberikan arti, arahan, dan tujuan untuk melakukan aktivitas kehidupan Baumgardner dan Crothers,2009. Bahkan ketika tujuan sudah dicapai, individu harus membuat tujuan hidup yang baru karena tujuan hidup merupakan usaha keras yang sangat penting untuk menemukan arti dari suatu usaha dan tantangan Keyes, Shmotkin,dan Ryff,2002 sehingga diperlukan untuk melakukan tindakan yang selanjutnya. 5. Pertumbuhan Pribadi Personal growth atau Pertumbuhan Pribadi didefiniskan sebagai pemahaman akan keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan sebagai individu. Orang yang memiliki pertumbuhan pribadi adalah orang yang memiliki pemikiran mengenai keberlanjutan perkembangan, melihat dirinya 76 sebagai pribadi yang bertumbuh dan berkembang, terbuka pada pengalaman baru, memiliki pehamaman mengenai potensi yang dimiliki diri, melihat kemajuan dalam diri dan tingkah laku sepanjang waktu Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Lima dari 6 subjek penelitian merasakan adanya perkembangan dan pertumbuhan pribadi dalam dirinya. Perkembangan dan pertumbuhan pribadi dirasakan dan dihayati dalam bentuk kepemilikan seperti memiliki rumah dan pekerjaan, selain itu dirasakan dalam bentuk kemampuan berkembang biak dan menghidupi anaknya. Meski merasakan adanya perkembangan dan petumbuhan, namun ada salah satu subjek yang merasa perkembangan dan pertumbuhan pribadinya terhambat. Subjek menyadari adanya kemampuan diri yang kurang berkembang menghambatnya untuk dapat bertumbuh dan berkembang. Sedangkan satu subjek lainnya tidak merasakan adanya perkembangan dan petumbuhan pribadi dalam dirinya. Subjek yang tidak merasakan perkembangan dan pertumbuhan dalam dirinya menghayati perkembangan dan pertumbuhan dalam bentuk kepemilikan keahlian. Pemikiran subjek tersebut didukung dengan pekerjaan subjek sebagai operator mesin yang dituntut untuk memiliki keahlian khusus. Subjek merasa perkembangan dan pertumbuhan dirinya terhambat akibat kurangnya relasi untuk bertukar pikiran agar dapat melangkah maju. Keterbatasan ekonomi membuat subjek tidak bisa mengembangkan keahliannya dengan mengikuti kursus ataupun menemukan relasi yang mampu membantunya mengembangkan keahlian. Tidak adanya akses untuk 77 bertukar pikiran dengan orang lain yang lebih mampu menghambat subjek untuk dapat bertumbuh dan berkembang. Namun, subjek dapat merasakan adanya potensi dalam dirinya yaitu kemampuannya belajar secara otodidak mengenai mesin. Meskipun demikian, kesejahteraan psikologis subjek dapat terganggu karena meski menyadari memiliki potensi, namun jika tidak menyadari akan adanya pertumbuhan dan perkembangan diri dapat membuat subjek tertekan. Seperti yang diungkapkan oleh Baumgardner dan Crothers 2009 bahwa pertumbuhan pribadi merujuk pada orang yang merasakan adanya keberlanjutan dalam perkembangan dan keefektifannya dan terbuka pada pengalaman dan tantangan yang baru. Subjek tidak merasakan keberlanjutan dalam pertumbuhan dan perkembangan sehingga subjek tidak mampu melihat kemajuan yang ada dalam dirinya. Berbeda dengan subjek yang tidak merasakan perkembangan dan pertumbuhan dalam dirinya. Subjek yang merasakan adanya perkembangan dan pertumbuhan dalam dirinya sebagian besar menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki potensi dalam diri. Meski tidak menyadari potensinya, namun subjek menyadari pertumbuhan dan perkembangannya dalam bentuk bertambahnya barang kepemilikannya. 2 orang subjek yang merasakan merasakan perkembangan dan pertumbuhan juga menyadari akan potensinya. Subjek tersebut menyadari adanya kualitas mental yang tangguh pada dirinya yaitu kemampuan untuk tidak mudah putus asa dan tetap menjali kehidupan meskipun terasa sulit. Hal tersebut membuat subjek memiliki nilai pertumbuhan pribadi yang lebih baik. 78 6. Otonomi Otonomi dinyatakan dengan memahami diri sebagai keberlangsungan dan penentuan aksi maupun pilihan. Orang yang memiliki otonomi adalah orang yang dapat menentukan dirinya sendiri dan mandiri, dapat menghadapi tekanan sosial, dapat meregulasi diri dari dalam, dan dapat mengevaluasi diri dengan standar personal Ryff,1989; Ryff dan Keyes,1995. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para subjek semuanya diambil sendiri. Subjek-subjek tersebut memiliki kemampuan untuk mengambil keputusannya sendiri. Hal tersebut berarti subjek penelitian memiliki kemampuan untuk meregulasi diri. Regulasi diri adalah kemampuan individu untuk mengatur atau mengontrol diri sendiri Bandura dalam Alwisol,2008. Subjek penelitian memang memutuskan sendiri setiap keputusan dalam hidupnya, namun subjek merasa orang lain perlu untuk membantu dan dibutuhkan bila keputusan yang diambil berat dan sulit. Saran yang orang lain berikan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Hal itu dilakukan karena keputusan sendiri terkadang tidak sesuai, sehingga dibutuhkan orang lain sebagai bahan pertimbangan. Hampir semua merasa yakin dengan keputusan yang diambil. Mereka berpandangan bahwa setiap keputusan memiliki risiko yang harus ditanggung sendiri. Keputusan yang diambil tanpa memikirkannya terlebih dahulu akan mengakibatkan penyesalan karena ada salah satu subjek yang pernah 79 menyesal dengan keputusannya tersebut karena terburu-buru dalam mengambil keputusan tanpa memikirkan baik-buruknya keputusan tersebut. Meskipun ada salah satu subjek yng pernah menyesali keputusan dalam hidupnya, namun kebanyakan dapat mengambil keputusan sendiri dan merasa yakin dengan keputusan yang diambilnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa para subjek memiliki otonomi dalam pengambilan keputusan hidup. 80

F. Diskusi Umum