b. Transvaginal
1. Kolposkopi vaginal sterilisasi dikembangkan di dunia oleh Sonnawala India dengan spekulom berbentuk ”S” dan Manuaba Indonesia dengan rektoskopi
sebagai alat utama untuk mencari dan melihat tuba falopii. 2. Koldoskopi – alat laparoskopi khusus untuk sterilisasi vaginal melalui kavum Douglas. Vaginal
sterilisasi ini sudah banyak tidak dilakukan lagi karena pertimbangan infeksi dan keberhasilannya yang kecil. 3.Transuterina – mempergunakan histereskopi sebagai
petunjuk untuk mencari dan mengenal osteum tubae internum Manuaba. 2004.hlm.300.
9. Perkembangan teknik penutupan tuba falopii
Sejarah perkembangan untuk menutup tuba falopii agar fungsi prokreasinya dapat dihentikan, antara lain: Teknik Madlener 1919, teknik Irving 1925, teknik
Pomeroy 1930, teknik Parkland 1960, teknik Uchida 1960, teknik Koroener 1960, teknik toon ring 1970, teknik Koagulasi 1970, Teknik Hulka Clip 1973,
teknik NTTOT 1985, dan vasektomi tuba Manuaba 1995. Vasektomi tuba Ma tahun 1995 merupakan pengembangan teknik
sebelumnya yang dinamakan ”nontraumatic tubal occlution tecnique NTTOT” yang diasampaikan pada SAC society for advancement contraception di Prancis
pada tahun 1985 Manuaba. 2004. 301. Untuk lebih memahami berbagai teknik penutupan tuba, dijabarkan sebagai
berikut: 1.
Teknik kurnuektomi Merupakan salah satu teknik tua, yang berguna untuk menghilangkan fungsi
prokreasi, caranya: kornue fundus uteri dipotong sehingga sebagian besar tuba
Universitas Sumatera Utara
interestitial ikut diambil, dengan demikian, fungsi prokreasinya tidak mungkin berlangsung, selanjutnya, luka insisi dijahit kembali.
2. Teknik Madlener
Teknik ini dikemukakan pada taun 1919, caranya: buat loop tuba sekitar 3 cm, tuba di krus beberapa kali sehingga kanalisnya mengalami kerusakan, ikat
dengan benang sutra silk yang tidak diserap, dan selanjutnya tuba tidak dipotong dan tuba yang krus dilunakkan sehingga dapat ditanamkan di mesosalping.
3. Teknik Irving
Teknik ini dikemukakan pada tahun 1924, caranya: tuba dipotong 2 cm sekitar istimus, bagian proksimal ditanamkan pada uterus, dengan membuat lubang
sehingga aspek penutupan fungsi prokresinya terjamin, bagian distal juga ditanamkan pada mesosalping, perdarahan dirawat, dan selanjutnya, dinding
abdomen ditutup. 4.
Teknik Pomeroy Teknik ini dikemukakan pada tahun 1930. teknik ini dianggap ”golden
standard” dan sampai saat ini karena mudah dilakukan serta angka kegagalannya kecil, caranya: buat loop tuba sekitar 3 cm, ikat dengan catgut plain lainnya, potong
diatas jahitan dan biarkan, dan dinding abdominal ditutup berlapis. 5.
Teknik Parkland Teknik ini ditemukan pada tahun 1960, caranya: tuba dipegang dengan
babkok, ditarik sedikit ke atas, mesosalping dibawahnya dibuka, guna memasukkan benang ikatan sebelah pada dua tempat yang dibuka, tuba antara dua ikatan dipotong,
dan perdarahan dirawat dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
6. Teknik Uchida
Teknik Uchida ditemukan pada tahun 1960. Dikembangkan di Jepang, caranya: buat edema artifisial dengan saline + epinefrin sehingga tuba tampak putih,
tuba yang asli dikeluarkan, dipotong dan diikat de dua tempat, bagian proksimal ditanamkan dibawah mesosalping, sedangkan bagian distal di biarkan ke arah
peritoneum, dan mesosalping dijahit kembali dan perdarahan dirawat. 7.
Teknik kroener 1960. Teknik ini memotong fibriae sehingga kemampuan untuk ovum pick up tidak
ada. Ujung ligamentum infudibulopelvikum dijahit sehingga tidak terjadi perdarahan. Perdarahan yang terjadi di rawat.
8. Teknik Yoon ring 1970
Teknik ini dikembangkan oleh In Bae Yoon dan Coy Lay 1970 di Amerika Serikat, yang merupakan pita silastik, dengan diameter ± 1 mm dan untuk menjepit
loop tuba. Teknik ini banyak digunakan pada tahun 1970-1980. a. Dapat dilakukan dengan laparoskopi atau laparotomi dengan aplikatornya. Alat
ini dapat menarik sekitar 3 cm, tuba yang akan mengalami ishemia dan akhirnya silastik ban dapat di pasang. b. Selanjutnya, loop akan putus bila silastik tertanam di
mesosalping. 9.
Teknik koagulasi Dikembangkan sekitar tahun 1970, dengan mempergunakan laparoskopi.
Untuk melakukan koagulasi, dapat mempergunakan unipolar atau bipolar . Aliran listrik yang dialirkan dapat membakar koagulasi jaringan tuba dan
mesosalpingnya sehingga kanalisnya tertutup. Besarnya koagulasi bergantung pada lama dan besarnya aliran listrik yang dialirkan.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan unipolar, dengan alat khusus dapat diambil sebagian tubanya terpotong, dan bila bipolar hanya menghancurkan tuba menjadi jaringan yang tidak
berfungsi lagi. Akhirnya, sistem koagulasi dapat menimbulkan fistula tuba sebagai tempat masuknya spermatozoa ke dalam kavum peritonii. Dengan demikian, ada
kemungkinan dapat menimbulkan kehamilan ektopik. 10.
Teknik Ulka klip, caranya: Istimus dipegang dengan dua babkok. Diantara kedua babkok dipasang ulka
klip dengan laparotomi. Pemasangan ulka klip dapat juga dilakukan dengan laparoskopi. Akhirnya ulka klip akan ditutup oleh jaringan mesosalping. Ditemukan
juga beberapa perlengkapan dari teknik sterilisasi dengan menggunakan laparoskopi. 11.
Vasektomi tuba Manuaba Pengambangan dari nontraumatic tubal occlution tecnique NTTOT yang
mengeluarkan tuba dengan mempergunakan ”pean” sering menyebabkan tuba trauma-putus sehingga diganti dengan pengambilan tuba memakai ”fixing clamp alat
vasektomi”. Karena berlubang saat ditutup, tuba utuh dapat dikeluarkan dan selanjutnya
dilakukan sterilisasi dengan cara: diikat bersama dan dipotong, diikat terpisah dan dipotong, dilakukan koagulasi, dipasang Yoon ring, dan mesosalping tidak perlu
dijahit karena lubang untuk mengeluarkan tuba cukup kecil tanpa perdarahan Manuaba. 2004.hlm.301-306.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep