Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan

(1)

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA

SUKU BATAK TOBA DI KELURAHAN KENANGAN

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

SKRIPSI

Oleh

Efrida Merliana Pakpahan 061101078

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan

Nama Mahasiswa : Efrida Merliana Pakpahan

NIM : 061101078

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep )

Tahun : 2010

==========================================================

Tanggal Lulus : 23 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

(Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS) (Jenny M. Purba, S.Kp, MNS) NIP. 19710305 200112 2 001 NIP. 19740108 200003 2 001

Penguji II

(Iwan Rusdi, S.Kp, MNS) NIP. 19730909 200003 1 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 30 Juni 2010 Pembantu Dekan 1

(Erniyati, S.Kp, MNS) NIP. 19671208 199903 2 001


(3)

PRAKATA

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan pengetahuan dan berkat-Nya hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan suatu tugas akhir bagi mahasiswa jurusan keperawatan dan menjadi syarat utama untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) di Fakultas Keperawatan USU. Atas dasar inilah, penulis memilih judul Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Batak Toba di kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai pembantu dekan II, dan Bapak Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.


(4)

4. Ibu Jenny M. Purba, S.Kp, MNS sebagai dosen penguji I dan Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS sebagai dosen Penguji II yang telah berkenan menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen Fakultas Keperawatn USU yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.

6. Bapak Lurah Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di Kelurahan Kenangan.

7. Bapak St, M. Nainggolan dan Bapak E. Pakpahan yang bersedia memeberikan informasi mengenai Budaya Suku Batak Toba saat ini.

8. Ibu Rona J. Nainggolan yang bersedia memvalidasi instrumen penelitian peneliti.

9. Kedua orangtuaku yang terkasih Bapak E. Pakpahan dan Mama R. Simanjuntak yang selalu membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

10. Adik –adikku yang kusayangi Yogi, Lusi, dan Dina yang selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Kakak Kelompokku Marta Siahaan yang senantiasa membimbing dan memberikan semangat kepada peneliti. Sahabat-sahabatku di Base Camp

PJ11 Ocy, Junita, Amel, Mona, Lusia, Valen, dan Ance dan teman-teman


(5)

Mei, Tiur dan teman- teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis.

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkatNya pada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Juni 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Sidang Skripsi ... ii

Prakarta ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Skema ... viii

Daftar Tabel ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian... 6

3. Tujuan Penelitian ... 6

4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Keluarga ... 8

1.1Defenisi Keluarga ... 9

1.2 Ciri-CiriKeluarga ... 10

1.3 Tipe Keluarga ... 11

1.4 Struktur Keluarga ... 12

1.5 Fungsi Pokok Keluarga ... 13

1.6 Peran Keluarga ... 14

1.7 Tugas Kesehatan Keluarga ... 15

2.Suku Batak Toba ... 17

2.1 Sejarah Batak Toba ... 17

2.2 Kekerabatan Suku Batak Toba ... 17

2.3.Upacara-Upacara Adat Suku Batak Toba ... 19

2.3.1 Upacara Kehamilan ... 19

2.3.2 Upacara Kelahiran ... 20

2.3.3 Upacara Permandian dan Pemberian Nama ... 21

2.3.4 Upacara Menyulangi atau Memberi Makan ... 22

2.3.5 Upacara Kematian ... 23

2.3.6 Upacara Menggali Tulang-belulang ... 24

3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Batak Toba .. 26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 29


(7)

BAB 4 METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian ... 31

2. Populasi dan Sampel... 31

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4. Pertimbanagn Etik ... 32

5.Instrumen Penelitian ... 33

6.Validitas dan Reliabilitas ... 34

7.Teknik Pengumpulan Data... 35

8. Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 36

1.1 Karakteristik Responden ... 36

1.2 Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba ... 38

2. Pembahasan ... 47

2.1 Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Batak Toba ... 48

2.2 Analisa Kebiasaan atau Pantangan yang berhubungan dengan Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba ... 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 58

2. Saran ... 59

Daftar Pustaka ... 60 Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Taksasi Dana

3. Instrumen Penelitian

4. Hasil Pengolahan Data dengan Komputerisasi 5. Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Pelaksanaan Tugas Kesehatan


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 37 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan

Keluarga Suku Batak Toba dalam Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga (n=100) ... 39 Tabel 3. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak

Toba dalam Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga (n=100) ... 39 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan

Keluarga Suku Batak Toba dalam Mengambil Keputusan untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga (n=100) ... 40 Tabel 5. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak

Toba dalam Mengambil Keputusan untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga (n=100)... 41 Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan

Keluarga Suku Batak Toba dalam Memberikan Perawatan Anggota Keluarga yang Sakit atau yang Tidak Dapat Membantu Dirinya Sendiri karena Cacat atau Usianya yang Terlalu Muda

(n=100) ... 42 Tabel 7. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak

Toba dalam Memberikan Perawatan Anggota Keluarga yang Sakit atau yang Tidak Dapat Membantu Dirinya Sendiri karena Cacat atau Usianya yang Terlalu Muda (n=100)... 43 Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan

Keluarga Suku Batak Toba dalam Mempertahankan Suasana Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan

Kepribadian Anggota Keluarga (n=100) ... 44 Tabel 9. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak

Toba dalam Mempertahankan Suasana Rumah yang

Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian

Anggota Keluarga (n=100) ... 45 Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba dalam

Mempertahankan Hubungan Timbal Balik antara Keluarga dan Lembaga Kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (n=100) ... 46 Tabel 11. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak

Toba Mempertahankan Hubungan Timbal Balik antara Keluarga dan Lembaga Kesehatan (n=100) ... 47 Tabel 12. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku


(10)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan. Nama Mahasiswa : Efrida Merliana Pakpahan

NIM : 061101078

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep )

Tahun : 2010

==========================================================

ABSTRAK

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota. Sehingga keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga. Keluarga mempunyai tugas kesehatan yang tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Ada lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga dengan baik. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga ini tidak terlepas dari faktor budaya yang dimiliki oleh keluarga tersebut, seperti pada suku Batak Toba yang menganut sistem patrilineal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba. Desain penelitian adalah deskriptif, populasi pada penelitian ini adalah keluarga bersuku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti yaitu keluarga bersuku Batak Toba asli (bukan campuran). Sampel yang diteliti peneliti sebanyak 100 keluarga suku Batak Toba asli. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba berada dalam kategori baik (87%). Hal ini dilihat dari lima tugas kesehatan keluarga yang diukur yaitu dalam hal mengenal masalah kesehatan keluarga berada dalam kategori baik (96%), dalam hal mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat dalam kategori baik (89%), dalam hal memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda dengan kategori baik (100%), dalam hal mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian keluarga berada dalam kategori kategori baik (86%), dalam hal mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan berada dalam kategori baik (95%). Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga terhadap status kesehatan keluarga. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan perawat dan membantu perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada keluarga Batak Toba.

_________________________________________________________________


(11)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan. Nama Mahasiswa : Efrida Merliana Pakpahan

NIM : 061101078

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep )

Tahun : 2010

==========================================================

ABSTRAK

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota. Sehingga keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga. Keluarga mempunyai tugas kesehatan yang tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Ada lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga dengan baik. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga ini tidak terlepas dari faktor budaya yang dimiliki oleh keluarga tersebut, seperti pada suku Batak Toba yang menganut sistem patrilineal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba. Desain penelitian adalah deskriptif, populasi pada penelitian ini adalah keluarga bersuku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti yaitu keluarga bersuku Batak Toba asli (bukan campuran). Sampel yang diteliti peneliti sebanyak 100 keluarga suku Batak Toba asli. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba berada dalam kategori baik (87%). Hal ini dilihat dari lima tugas kesehatan keluarga yang diukur yaitu dalam hal mengenal masalah kesehatan keluarga berada dalam kategori baik (96%), dalam hal mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat dalam kategori baik (89%), dalam hal memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda dengan kategori baik (100%), dalam hal mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian keluarga berada dalam kategori kategori baik (86%), dalam hal mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan berada dalam kategori baik (95%). Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga terhadap status kesehatan keluarga. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan perawat dan membantu perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada keluarga Batak Toba.

_________________________________________________________________


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota (Duval, 1972 dikutip dari Setiadi, 2008). Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membangun kebudayaan yang sehat. Sehingga keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga lain atau bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya (Setiadi, 2006).

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial. Keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan- tuntutan dan harapan- harapan semua individu yang ada dalam unit tersebut. Sebuah keluarga diharapkan dapat bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari orang tua dan anak-anaknya (Friedman, 1998). Menurut Bronfenbrenner (1979) fungsi keluarga adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga dan memenuhi kebutuhan masyarakat dimana keluarga menjadi bagiannya. Hal ini menjadi satu tugas yang sulit karena harus memprioritaskan kebutuhan individu yang beraneka ragam pada saat tertentu (Friedman, 1998).


(13)

Di zaman sekarang ini secara perlahan-lahan tetapi pasti telah terjadi erosi terhadap fungsi keluarga, makin sedikitnya waktu bagi orangtua untuk anak dan keluarga, serta meningkatnya angka perceraian. Sikap keluarga yang tidak peduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak-anak dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan dan kesehatan anak (Suryanto, 2008). Berdasarkan Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI Angka kematian Bayi mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 25,9 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu maternal cenderung menurun dari 5,1 per 1000 kelahiran hidup (2002) menjadi 2,0 per 1000 kelahiran hidup (2006), jumlah Angka Kematian Balita tahun 2002-2003 adalah 46 per 1000 kelahiran hidup (hasil SDKI). Pada tahun 2006 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit yang terbanyak adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 9,32 %, diikuti hipertensi esensial 4,67%. Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap terbanyak adalah diare dan gastroenteritis 7,95%, diikuti demam berdarah dengue 3,64%, demam tifoid dan paratifoid 3,26% (Indonesia, 2007).

Masalah-masalah kesehatan di atas dapat diatasi jika keluarga dapat menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan, seperti mengenal gangguan perkembangan dan gangguan kesehatan setiap anggotanya. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada yang sakit, cacat atau usia yang terlalu muda. Mempertahankan suasana rumah yang harmonis dan menguntungkan untuk perkembangan kepribadian anggota keluarga, serta memanfaatkan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan unit pelayanan kesehatan yang ada (Suprajitno, 2004).


(14)

Dalam interaksi antara keluarga dan status kesehatan anggota keluarga, keluarga merupakan kunci utama bagi kesehatan serta perilaku sehat sakit (Setiadi, 2008). Oleh karena itu, keluarga terlibat langsung dalam mengambil keputusan dan terapeutik pada setiap tahap sehat-sakit anggota keluarga. Fungsi utama keluarga dalam hal ini adalah pemeliharaan kesehatan keluarga dan saling memelihara.

Menurut Friedman, keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga. Nilai, norma dan budaya ini juga berperan pada keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan. Setiap keluarga memiliki suku dan budaya yang berbeda. Perbedaan ini menimbulkan keunikan dalam keluarga, baik dalam menghadapi masalah kesehatan pada anggotanya maupun dalam mengambil keputusan dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Oleh karena itu pelaksanaan tugas kesehatan keluarga di dalam suatu keluarga berbeda pada setiap suku dan budaya. Hal ini dikarenakan budaya mempengaruhi keluarga dalam melakukan kebiasaan yang sudah dikenal untuk memenuhi kebutuhan dasar individu atau kelompok.

Provinsi Sumatera Utara memiliki beraneka ragam kebudayaan yang ada di dalamnya, suku Batak Toba adalah salah satu suku asli Sumatera Utara. Berdasarkan data sensus penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2000 mencatat penduduk Sumatera Utara sebanyak 5.750.315 orang. Dari jumlah tersebut, suku Jawa (termasuk Betawi, Banten, Sunda, dan Madura) sebanyak 1.929.889 orang. Suku Batak Toba sebanyak 1.462.791 orang. Suku Mandailing (termasuk Angkola) sebanyak 641.863 orang. Suku Nias sebanyak 368.446. Suku Karo


(15)

sebanyak 336.487 orang. Suku Melayu (termasuk Melayu Deli, Langkat, Asahan, dan Riau) sebanyak 33.487. Suku Minang sebanyak 155.237 orang. Sisanya adalah suku Simalungun, Pakpak dan Aceh (Widiantoro, 2008). Bedasarkan data di atas suku Batak Toba cukup mendominasi di Medan.

Keluarga Batak Toba menganut sistem patrilineal dimana kedudukan suami sebagai kepala rumah tangga adalah tertinggi, tetapi dalam mengambil keputusan harus dimusyahwarakan bersama istri yang disebut ”Riah Tongga Jabu” (Hutasoit, 2007). Berdasarkan penelitian Rut (2008) peran ibu dalam memenuhi kebutuhan fisik, pendidikan, ekonomi rumah tangga serta sosial di dalam keluarga Batak Toba dalam kategori sangat baik. Bagi orang Batak Toba rangkaian tiga kata hagabeon, hamoraon, dan hasangapon secara eksistensial saling mendukung menjadi tujuan pedoman ideal hidup orang Batak Toba. Hanya dengan menunjukkan prestasi maka orang akan memiliki pengaruh. Itulah sebabnya keluarga Batak Toba sangat jarang meminta bantuan kepada orang lain dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah keluarga (Irmawati, 2007).

Sebagian masyarakat Batak Toba sampai sekarang masih percaya apabila seorang jatuh sakit ”tondi” (roh) si sakit pergi ke suatu tempat meninggalkan tubuhnya, karena tondi itu pergi maka orang tersebut jatuh sakit. Agar orang sakit tersebut bisa sembuh, tondi-nya harus dipanggil agar masuk kembali ke dalam tubuh orang yang sakit itu (tondi mulak tubadan). Bila ada anggota keluarga yang sakit, mereka akan membawa orang yang sakit ke Baso atau Datu (orang pintar, dukun), mereka percaya Baso dapat mengembalikan roh orang sakit. Untuk mengobati penyakit, masyarakat Batak Toba juga percaya bahwa ulos tondi dari


(16)

hula-hula dapat menyembuhkan penyakit. Itulah sebabnya mengapa orang Batak

toba sangat hormat kepada hula-hula. Bila orang yang sakit lebih mudah, mereka perlu meminta pertimbangan kepada orang yang lebih tua untuk memecahkan masalah kesehatan tersebut.

Pelayanan kesehatan saat ini sudah cukup baik, tetapi sebagian masyarakat Batak Toba yang tidak sembuh dari penyakit masih mencari pengobatan alternatif sebagai pilihan lain untuk mendapatkan kesembuhan. Dalam praktek-praktek perdukunan atau ilmu pengobatan Batak Toba biasanya menyediakan unte pangir atau jeruk purut dalam bahasa latinnya Citrus hystrix DC, daun sirih dan sebutir telur, dan air bersih yang ditaruh di dalam sebuah cawan. Bahan-bahan ini digunakan oleh seorang dukun untuk memulai proses ritual meminta petunjuk dari Sang Pencipta Alam Semesta mulajadi nabolon yang dianggap sebagai sumber pengetahuan untuk memberikan pengobatan penyakit fisik atau non-fisik. Biasanya kedua jenis pengobatan ini digabungkan dengan harapan proses kesembuhan akan berlangsung dengan cepat (Nainggolan, 2009).

Berdasarkan keterangan di atas, peneliti mengetahui bahwa masyarakat Batak Toba memiliki keunikan dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di dalam keluarga, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba yang cukup mendominasi di Medan. Harapannya dengan diketahuinya pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba dapat membantu pelayanan kesehatan dalam menentukan pelayanan yang tepat dan efektif demi tercapainya kualitas kehidupan keluarga Batak Toba yang baik dan sejahtera.


(17)

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada keluarga suku Batak Toba?

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada keluarga suku Batak Toba. 3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian adalah

1. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mengenal masalah kesehatan keluarga.

2. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. 3. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal

memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

4. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian keluarga.

5. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan .


(18)

4. Manfaat penelitian

4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian memberikan pengetahuan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada keluarga suku Batak Toba.

4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Memberikan pengetahuan mengenai gambaran pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba, sehingga petugas kesehatan khususnya perawatan keluarga dapat memberikan pelayanan kesehatan keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga sesuai dengan budaya keluarga suku Batak Toba yang menerima pelayanan kesehatan tersebut.

4.4 Bagi Penelitian selanjutnya

Sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :

1. Keluarga

1.1 Defenisi Keluarga 1.2 Ciri-CiriKeluarga 1.3 Tipe Keluarga 1.4 Struktur Keluarga 1.5 Fungsi Pokok Keluarga 1.6 Peran Keluarga

1.7 Tugas Kesehatan Keluarga 2. Suku Batak Toba

2.1 Asal Usul Suku Batak Toba 2.2 Kekerabatan Suku Batak Toba

2.3Upacara-Upacara Adat Suku Batak Toba 2.3.1 Upacara Kehamilan

2.3.2Upacara Kelahiran

2.3.3Upacara Permandian dan Pemberian Nama 2.3.4Upacara Menyulangi/ Memberi makan 2.3.5Upacara Kematian

2.3.6Upacara Menggali Tulang-belulang


(20)

1 Konsep Keluarga

1.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikata-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008).

1.2 Ciri-Ciri Keluarga

Menurut Robert Mac Iver dan charles Horton, ciri-ciri keluarga adalah : a) Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara

c) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomeclatur) termasuk perhitungan garis keturunan.

d) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.


(21)

1.3 Tipe keluarga

Tipe keluarga dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

Secara Tradisional. Keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Secara Modern. Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualisme maka dapat dibagi dalam beberapa kelompok keluarga yaitu: a) Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, anak) tinggal dalam

satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

b) Reconstiituted Nuclear, adalah pembentukkan baru dari keluarga inti

melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukkan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

c) Niddle Age / Aging Couple, adalah suami sebagai pencari uang, istri di

rumah, atau kedua-duanya bekerja, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.


(22)

d) Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak

mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah. e) Single Parent, adalah satu orang tua akibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak-anak dapat tinggal di rumah atau di luar rumah. f) Dual Carrier, adalah suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa

anak.

g) Commuter Married, adalah suami istri atau keduanya orang karier dan

tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h) Singgle Adult, adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri

dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

i) Three Generation, adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu

rumah.

j) Institusional, adalah anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu

panti-panti.

k) Comunal, adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama dalam penyedian fasilitas. l) Group Marriage, adalah satu perumahan terdiri dari orang tua dan

keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dar anak-anak. m) Unmaried Parent and Child, adalah ibu dan anak dimana perkawinan


(23)

n) Cohibing Coiple, adalah dua orang atau satu pasangan yang tinggal

bersama tanpa kawin.

o) Gay and lesbian family, adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan

yang berjenis kelamin sama.

1.4 Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri dari:

Pola dan proses komunikasi. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi

ada yang tidak hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : pengirim pesan, pesan, lingkungan, media, dan penerima pesan.

Struktur Peran. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan.

Struktur Kekuatan. Hal ini mendasari suatu proses dalam pengambilan

keputusan dalam keluarga, seperti konsesus, tawar menawar, musyawarah, atau paksaan.

Nilai-nilai Keluarga. Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang

secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Bentuk Struktur keluarga ada bemacam-macam, diantaranya adalah :

Patrilineal. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.


(24)

Matrineal. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

Matrilokal. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

Patrilokal. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

Keluarga Kawin. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiadi, 2006).

1.5 Fungsi Pokok Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial yang berbeda. Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar, antara lain :

Fungsi afektif. Fungsi Afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi sosialisasi. Fungsi Sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah .

Fungsi reproduksi. Fungsi Reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan


(25)

Fungsi ekonomi. Fungsi Ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan. Fungsi perawatan/pemeliharaan

kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota kelurga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2006).

1.6 Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang

dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu.

Dalam UU kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan ”Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998) adalah sebagai berikut :

Peran ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.


(26)

Peran ibu. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Peran anak. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

1.7 Tugas Kesehatan Keluarga

Friedman (1998) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu:

Pertama. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan

kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga (Suprajitno, 2004 dalam Trisfariani 2007). Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Setiadi, 2006).

Kedua. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat

bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan


(27)

siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga (Setiadi, 2006).

Ketiga. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Setiadi, 2006).

Keempat. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).

Kelima. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit (Friedman, 1998).


(28)

2. Suku Batak Toba

2.1 Sejarah Batak Toba

Menurut kepercayaan masyarakat Batak Toba, asal orang Batak Toba dimulai dari Si Raja Batak (leluhur orang batak) yang bermukim di Kaki Pusuk Buhit, terletak di sebelah barat Pulau Samosir. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatean Bulan dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatean Bulan mempunyai 4 (empat) orang putra yakni Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Malau Raja. Sementara Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yakni Tuan Sorimangaraja, Si Raja Asiasi, dan sungkar Somalindang. Kemudian keturunannya ini berpencar mendiami daerah-daerah tertentu di Sumater Utara, terutama berdiam di kabupaten Tapanuli Utara yang wilayahnya meliputi Ajibata (berbatasan dengan parapat), pulau Samosir, Pakkat serta Sarulla.

2.2 Kekerabatan Suku Batak Toba

Masyarakat Batak Toba menganut sistem kekerabatan patrilinieal. Orang Batak Toba mempunyai marga (nama keluarga) yang biasanya dicantumkan diakhir namanya. Nama marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilineal) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.

Aspek Kehidupan Batak Toba dikelompokkan dalam 9 (sembilan) nilai budaya kekerabatan, yaitu:

Kekerabatan yang mencakup hubungan kasih sayang atas dasar hubungan darah,

kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu. Dalihan Natolu merupakan ikatan kekerabatan adat istiadat pada masyarakat Batak Toba. Falsafah adat Dalihan


(29)

Natolu yakni Somba Marhulahula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri), Elek

Marboru (ramah pada keluarga saudara perempuan) dan Manat Mardongan Tubu

(kompak dalam hubungan semarga). Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan orang Batak Toba.

Religi, mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama

yang datang kemudian yang mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya.

Hagabeon, banyak keturunan dan panjang umur. Satu ungkapan tradisional Batak

Toba yang terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat penting. Kekuatan yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang banyak. Mengenai umur panjang dalam konsep hagabeon disebut Saur Matua Bulung (seperti daun, yang gugur setelah tua). Dapat dibayangkan betapa besar pertambahan jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh orang Batak, karena selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putra-putri sebanyak 33 orang, juga semuanya diharapkan berusia lanjut.

Hasangapon, kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi

dorongan kuat untuk meraih kejayaan.

Hamoraon, kaya raya salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong


(30)

Hamajuon, kemajuan yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai

budaya hamajuon ini sangat kuat mendorong orang Batak Toba bermigrasi ke seluruh pelosok tanah air.

Hukum, nilai hukum (patik dohot dan uhum), budaya menegakkan kebenaran,

merupakan budaya yang harus dipegang oleh Batak Toba.

Pengayoman, dalam kehidupan sosio-kultural orang Batak Toba kurang kuat

dibandingkan dengan nilai-nilai yang disebutkan terdahulu. Hal ini mungkin disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi. Kehadiran pengayoman, pelindung, pemberi kesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat mendesak.

Konflik, sumber konflik pada orang Batak Toba menyangkut perjuangan meraih

hasil nilai budaya lainnya. Antara lain hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang Batak Toba.

2.3 Upacara-Upacara Adat pada Suku Batak Toba

Jenis upacara adat Batak Toba dimulai dari masa dalam kandungan, kelahiran, penyapihan, penyakit, malapetaka, hingga kematian. Peralihan dari setiap tingkat hidup ditandai dengan pelaksanaan suatu upacara adat khusus. Upacara adat dilakukan agar terhindar dari bahaya/ celaka yang akan menimpa, memperoleh berkat, kesehatan dan keselamatan. Inilah salah satu prinsip yang terdapat di balik pelaksanaan setiap upacara adat suku Batak Toba.

Beberapa upacara adat yang dijumpai pada masyarakat Batak Toba di antaranya: mangganje (kehamilan), mangharoan (kelahiran), martutu aek dan


(31)

mampe goar (permandian dan pemberian nama), manulangi (menyulangi), hamatean (kematian), dan mangongkal holi (menggali tulang belulang).

2.3.1 Upacara Kehamilan (Mangganje)

Sebelum si Ibu melahirkan, orangtua dari si Ibu sebaiknya memberikan makanan adat batak berupa ikan batak jenis ikan Mahseer dari genus Tor (Dekke

Jurung-jurung) dan ulos tondi dengan tujuan agar si Ibu sehat-sehat pada waktu

melahirkan dan anak yang akan dilahirkan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa serta pada sanak saudara. Jika waktu untuk melahirkan sudah tiba sanak saudara memanggil “Si Baso” (dukun). Dukun beranak akan memberikan obat agar si Ibu tidak susah untuk melahirkan yang disebut salusu. Salusu adalah satu butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu didoakan, selesai didoakan dihembus, kemudian dipecah lalu diberikan kepada si ibu untuk ditelan.

2.3.2 Upacara Kelahiran (Mangharoan)

Setelah si Ibu melahirkan si baso mematok tali pusat bayi dengan sisik bambu yang tajam dengan beralaskan buah ubi rambat dengan ukuran 3 jari bayi. Kemudian penanaman ari-ari bayi menurut orang Batak Toba biasa ditanam di tanah yang becek (sawah). Ari-ari dimasukkan dalam tandok kecil yang dianyam dari pandan bersama dengan 1 biji kemiri, 1 buah jeruk purut dan 7 lembar daun sirih. Setelah bayi lahir si dukun memecahkan kemiri dan mengunyahnya kemudian memberikannya kepada bayi dengan tujuan untuk membersihkan kotoran yang dibawa bayi dari kandungan sekaligus membersihkan perjalanan


(32)

Si dukun memberikan kalung yang berwarna merah, putih, hitam bersama soit

dan hurungan tondi. Soit adalah sebuah anyaman kalung yang terdapat dari buah

sebuah kayu. Hurungan Tondi adalah buah kayu yang bernama kayu Hurungan

Tondi, buah kayu yang bertuliskan tulisan batak. Kalung ini mempunyai kegunaan

agar jauh dari seluruh mara bahaya, tekanan angin, petir dan seluruh setan jahat. Untuk perawatan Ibu yang baru melahirkan, diberikan makanan dugu-dugu.

Dugu-dugu adalah sebuah makanan ciri khas Batak Toba pada saat melahirkan,

yang diresep dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa. Makanan ini berfungsi untuk melancarkan peredaran darah bagi si Ibu yang baru melahirkan membersihkan darah kotor bagi Ibu yang melahirkan menambah, menghasilkan air susu Ibu dan sekaligus memberikan kekuatan melalui ASI kepada anaknya.

2.3.3 Upacara Permandian dan Pemberian Nama (Martutu aek)

Upacara yang dilakukan di rumah yang mendapat kelahiran seorang anak, atau pemberian nama kepada anak. Upacara ini dilakukan pada hari ketujuh setelah bayi lahir, dalam acara inilah sekaligus pembuatan nama yang disebut dengan pesta martutu aek yang dipimpin oleh pimpinan agama yaitu ulu punguan. Sebelum dibawa bepergian bayi tersebut harus terlebih dahulu diperkenalkan dengan bumi terutama air untuk membersihkan dan ini dilaksanakan dengan membawa anak tersebut ke umbul mata air disertai dengan bara api tempat membakar dupa. Setelah bayi dimandikan biasanya dipupus. Pupus adalah mengunyah 1 lembar daun sirih, 1 buah kemiri, 1 biji ladak putih,1 iris jarango. Selesai dikunyah ditempelkan ke ubun-ubun bayi dan sebahagian diolesi keseluruh tubuh bayi dengan tujuan untuk memelihara tubuh bayi agar kuat dan


(33)

tetap sehat, untuk menjauhkan bayi dari penyakit-penyakit demam, angin-angin dan sekaligus mengobatinya, untuk menjaga agar tidak mudah terserang penyakit. Pada upacara itu anak juga mendapat ulos parompa. Ulos ini diberikan oleh “tulang” (paman) si bayi, khusus untuk menggendong bayi itu.

2.3.4 Upacara Menyulangi/ Memberi makan (Manulangi)

Sebelum orang mati, upacara adat yang dilakukan oleh keturunannya dinamai “manulangi” (memberi makan, menyulangi). Upacara ini bertujuan untuk mempersiapkan seorang yang sudah tua dan diperkirakan tidak lama lagi akan meninggal, sehingga jika orang tersebut sudah meninggal rohnya dapat memasuki persekutuan dengan roh-roh leluhurnya dengan selamat. Upacara ini dilakukan kepada seseorang yang akan meninggal dalam dalam kondisi minimal sarimatua (telah memiliki cucu laki-laki dan perempuan).

2.3.5 Upacara Kematian (Hamatean)

Upacara kematian dibagi dalam dua tahap. Pertama adalah pengurasan jenazah menjelang pemakaman, kedua adalah pasahat tondi. Pemberangkatan jenazah dipimpin oleh Ihutan atau Ulupunguan dengan upacara doa “Borhat ma

ho tu habangsa panjadianmu”, artinya berangkatlah engkau ke tempat

kejadianmu. Satu minggu setelah pemakaman, keluarga yang ditinggal mengadakan pangurason di rumah. Satu bulan setelah pemakaman, dilanjutkan dengan Upacara Pasahat Tondi yaitu upacara mengantar roh dalam hati harfiah.

Dalam tradisi Batak Toba, orang yang meninggal akan mengalami perlakuan khusus, dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian


(34)

tersebut diklasifikasi berdasarkan usia dan status orang yang meninggal. Meninggal ketika masih di dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati), tetapi jika meninggal ketika masih bayi (mate poso-poso), meninggal ketika anak-anak (mate

dakdanak), meninggal ketika remaja (mate bulung), dan meninggal ketika sudah

dewasa tapi belum menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian tersebut mendapat perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak Toba) sebelum dikuburkan. Ulos penutup mayat untuk mate

poso-poso berasal dari orang tua yang meninggal sedangkan untuk mate dakdanak

dan mate bulung berasal dari tulang (saudara laki-laki ibu) yang meninggal. Upacara adat kematian akan berbeda, jika telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan/mate punu), telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate mangkar), telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kimpoi, namun belum bercucu (mate hatungganeon), telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua), dan telah bercucu tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua). Mate Saurmatua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara adat kematian suku Batak Toba, karena meninggal ketika semua anaknya telah berumah tangga. Memang masih ada tingkat kematian tertinggi di atasnya, yaitu mate saur matua bulung (meninggal ketika semua anak-anaknya telah berumah tangga, dan telah memberikan tidak hanya cucu, bahkan cicit dari anaknya laki-laki dan dari anaknya perempuan).


(35)

2.3.6 Upacara Menggali Tulang-belulang (Mangokal Holi)

Dalam adat Batak Toba, status kehormatan yang dimiliki oleh suatu roh tidaklah bersifat statis. Status dan kehormatan dapat ditingkatkan lagi lebih ke atas. Peningkatan kemuliaan akan didapatkan oleh roh itu apabila dia memiliki status “sumangot”. Status sumangot akan dimilikinya apabila para keturunannya telah membuatkan sebuah makan permanen yang dipahat dari batu atau dibuat dari semen yang kemudian dihiasi dengan keramik dengan segala kemegahannya. Di tempat yang baru itu kemudian dimasukkan tulang belulang. Tulang-belulang itu digali dari kuburan di dalam tanah melalui upacara yang dinamakan “mangongkal holi ” (menggali tulang belulang). Acara ini ditandai dengan pelaksanaan pesta yang besar. Penaikkan tulang-belulang dari dalam tanah kepada tempat yang tersedia dimakam batu itu merupakan lambang pemberian penghormatan yang lebih tinggi kepada roh orang tua. Kemegahan sebuah kuburan merupakan lambang kemuliaan yang diterima oleh roh orang tua di dunia orang mati. Bagi keturunannya, kemegahan makam itu merupakna simbol gengsi sosial di tengah-tengah masyarakat Batak Toba lainnya. Kuburan itu juga merupakan tanda ikatan persekutuan antara roh orangtua dengan keturunannya.

Di dalam pelaksanaan upacara adat Batak Toba ada alat penyembahan yang selalu harus dipakai untuk menyempurnakan upacara tersebut yaitu “Ulos”.

Ulos adalah kain untuk upacara dengan berbagai fungsi dan tenunannya. Jaman

dahulu ulos Batak Toba selalu diawali dengan permohonan kepada seorang ahli tenun untuk membuatkan satu jenis ulos tertentu. Si pemesan harus menyediakan tiga lembar daun sirih serta tiga rupa “itak” (tepung beras yang dikepal) yang tiga


(36)

warna (putih, kuning, merah) ditempatkan dalam bakul kecil beserta uang enam rupiah batu. Sesajian (sesajen) ini didoakan secara animistis barulah ditentukan hari yang baik untuk memulai menenun ulos itu. Tetapi sekarang pembuatan ulos sama dengan pembuatan pakaian, tidak ada mantra-mantra atau sesajen.

Menurut fungsinya dalam upacara adat Batak Toba dikenal bermacam-macam ulos dengan kegunaannya, antara lain:

Ulos Tondi. Ulos yang dipakaikan kepada seorang calon ibu yang mengandung tujuh bulan bayi pertamanya. Dengan dipakaikan ulos tondi ini, diharapkan bayi itu lahir dengan selamat. Ulos tondi adalah jaminan keselamatan ibu dan bayi. Ulos Parompa. Ulos yang diberikan kepada bayi yang baru lahir. Ulos ini diberikan oleh “tulang” (paman) si bayi, khusus untuk menggendong bayi itu. Ulos Sampetua. Ulos yang diberikan kepada seseorang yang baru saja mengalami musibah atau sakit berat, dengan harapan agar ia berusia lanjut.

Ulos Saput. Ulos yang diberikan khusus pada acara kematian, biasanya digunakan untuk menutupi peti mati.

Ulos Tujung. Ulos yang diberikan kepada seorang perempuan yang suaminya baru meninggal, dikenakan selama jangka waktu tertentu.

Ulos Holong. Ulos yang diberikan kepada anak yang baru lahir setelah proses pemandian.


(37)

3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan pada Keluarga Suku Batak Toba

Praktek kesehatan keluarga kepercayaan kuno Batak Toba adalah syamaisme, yaitu suatu kepercayaan dengan melakukan pemasukan roh ke dalam tubuh seseorang sehingga roh itu dapat berkata-kata. Orang yang menjadi perantara disebut Shaman. Shaman bagi orang Batak Toba disebut Si Baso (dukun wanita) Ketika Baso ini berkata-kata, bahasanya harus ditafsirkan secara khas. Pembicaraan inilah yang dipercayai akan menjadi pentunjuk bagi orang untuk pengobatan dan ramalan. Selain Baso, ada juga yang memegang peranan penting yaitu Datu, biasanya seorang laki-laki. Berlainan dengan Baso, Datu di dalam kegiatannya tidak hanya menjadi perantara, melainkan langsung berbicara dengan roh. Datu bertugas mengobati orang sakit.

Menurut kepercayaan orang Batak Toba, apabila seseorang jatuh sakit, tondi (roh) si sakit pergi kesuatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena tondi itu pergi, orang tersebut jatuh sakit, agar orang yang sakit dapat sembuh, tondi nya harus dipanggil kembali agar masuk ke dalam tubuh orang sakit tersebut (Tondi Mulak

Tu Badan). Jika tondi itu sudah dipanggil berulang-ulang tidak pulang juga,

berarti orang tersebut tidak ada harapan untuk sembuh atau hidup.

Jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, suami sebagai kepala rumah tangga perlu dilibatkan. Keputusan masalah kesehatan berada di tangan suami, tetapi umumnya suami harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan istri dan anak-anaknya sebelum mengambil keputusan.


(38)

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba adalah

Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga. Menurut perspektif Batak Toba

seseorang dikatakan sakit apabila tidak dapat beraktivitas. Ada 2 jenis penyakit: penyakit yang disebabkan oleh virus atau kuman penyakit, ditandai dengan gejala-gejala seperti kurang lesu, lemas, nafsu makan berkurang, demam dan jenis penyakit yang kedua adalah penyakit karena diguna-guna atau disebut ”aziturtur” misalnya penyakit ”gadam” yaitu tidak dapat disembuhkan. Hanya orang yang memiliki keahlian khusus yang dapat membedakan kedua jenis penyakit ini (Nainggolan, 2009).

Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

Keputusan masalah kesehatan berada di tangan suami, tetapi umumnya suami harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan istri dan anak-anaknya sebelum mengambil keputusan. Jika keluarga mengalami keterbatasan maka keluarga meminta bantuan kepada keluarga besar atau keluarga yang masih memiliki hubungan marga (Nainggolan dan Pakpahan, 2009).

Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu

muda. Perawatan kepada anggota keluarga yang sakit tergantung kepada

keparahan penyakit. Selama keluarga masih mampu memberikan perawatan di rumah maka anggota keluarga tidak akan dibawa berobat. Jenis penyakit yang langsung dibawa berobat muntah mencret, batuk berat, dan jenis penyakit yang parah lainnya (Nainggolan, 2009).


(39)

Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga. Sebelum membangun rumah

langkah pertama yang dilakukan ada acara khusus yaitu pada peletakan batu pertama dipecahkan sebuah telur, dengan harapan rumah tersebut akan memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi penghuninya. Bentuk rumah pada suku Batak Toba yang berjenis rumah panggung, menandakan keluarga tersebut keluarga yang kaya, karena fungsi dari kolong rumah adalah kandang binatang ternak, jadi jika memiliki banyak ternak bentuk rumahnya seperti rumah panggung (Nainggolan, 2009). Tetapi alasan lain mengapa bentuk rumah seperti di atas adalah untuk menghalangi hantu yang mencoba masuk dimalam hari, karena hantu dianggap tidak dapat memanjat tangga (Pakpahan, 2009). Dalam keluarga Batak Toba tidak ada jadwal khusus dalam kebersihan, prinsipnya jika rumah atau lingkungan sekitar kotor harus dibersihkan, tetapi pada malam hari dilarang menyapu rumah ke arah pintu karena dianggap menolak rejeki yang datang (Pakpahan, 2009).

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Sejalan dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengobatan, lama-kelamaan orang Batak Toba mencari pengobatan ke tenaga kesehatan atau puskesmas terdekat. Walaupun demikian, masih ada yang berobat ke shaman untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga mereka, baik keluarga yang tinggal di pedalaman maupun yang berada di luar Sumatera Utara.


(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga suku Batak Toba, yang akan digambarkan ke dalam 3 kategori baik, cukup baik, dan kurang baik.

Keterangan :

: variabel yang diteliti

Skema 1: Kerangka Konsep Penelitian Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga pada Suku Batak Toba. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Batak Toba: • Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga.

• Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

• Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

• Mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

• Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

• Baik

• Cukup Baik • Kurang Baik


(41)

2. Defenisi Operasional

Tugas kesehatan pada keluarga terdiri dari :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga meliputi konsep sehat-sakit yang dimiliki oleh keluarga suku Batak Toba.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga meliputi : penentuan keputusan pada keluarga, dan tindakan yang dilakukan sebelum ada keputusan.

3. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, meliputi: personal hygiene dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh keluarga.

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga meliputi : komunikasi keluarga, kebersihan rumah, dan letak rumah.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) meliputi : kepercayaan keluarga pada petugas kesehatan, dan intensitas kunjungan yang dilakukan keluarga pada fasilitas kesehatan.


(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah keluarga suku Batak Toba yang ada di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan yang berjumlah 1004 keluarga

2.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Melalui studi pendahuluan didapatkan populasi dalam jumlah besar,

sehingga sampel yang diambil yaitu sekitar 10% dari jumlah populasi karena dianggap telah dapat mewakili (Arikunto, 2006). Jadi sampel yang di teliti peneliti sebanyak 100 keluarga.

Adapun kriteria sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak diteliti adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Keluarga bersuku Batak Toba asli (bukan campuran). 2. Bersedia menjadi responden.


(43)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2010. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini karena cukup banyak penduduk Kelurahan Kenangan yang bersuku Batak Toba dan di daerah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU, selanjutnya mengirim surat permohonan kepada lurah Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan. Setelah mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian.

Dalam pengumpulan data terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik yaitu: peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian kepada responden. Apabila responden bersedia untuk diteliti maka terlebih dahulu responden harus menandatangani lembar persetujuan (informed

consent). Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama responden dalam lembar kuesioner yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu untuk menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan responden (Nursalam, 2003).


(44)

5. Instrumen Penelitian

Instumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dalam bentuk kuesioner yang harus dijawab oleh responden.

Instrumen ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama yaitu kuesioner data demografi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peran dalam keluarga. Bagian kedua yaitu kuesioner yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba. Kuisioner ini terdiri dari 30 pertanyaan yang peneliti kembangkan dari tugas kesehatan keluarga, dimana setiap tugas kesehatan terdiri dari 6 pertanyaan. Penilaian menggunakan skala likert, dengan jawaban selalu (SL): 4, sering (SR): 3, kadang-kadang (KD): 2, tidak pernah (TP): 1. Total skor yang terendah adalah 30 dan skor tertinggi adalah 120. Bagian ketiga yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan terbuka mengenai pantangan-pantangan yang ada pada suku Batak Toba, anjuran, serta pendapat keluarga mengenai perbedaan dengan budaya lain.

Berdasarkan rumus statistik Hidayat (2007) p= rentang/banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas, diman nilai tertinggi =120 dan nilai terendah sebesar 30, maka rentang kelas adalah 90, dengan p=30. Maka kategori data dibagi menjadi tiga yaitu pelaksanaan tugas kesehatan keluarga Batak Toba kurang baik (30-59), pelaksanaan tugas kesehatan keluarga Batak Toba cukup baik (60-89), pelaksanaan tugas kesehatan keluarga Batak Toba baik (90-120)


(45)

6. Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah Suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Penilaian tentang validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli (Brockopp, 1999). Uji validitas dilakukan oleh Rona J. Nainggolan yang mewakili suku Batak Toba. Uji reliabilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2003). Menurut Brockopp (1999) reliabel suatu instrumen menggambarkan stabilitas dan konsistensi suatu instrumen. Sedangkan untuk uji reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan teknik cronbach’ alpha. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 keluarga responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Kemudian jawaban dari responden diolah dengan menggunakan bantuan komputerisasi. Bila dilakukan uji reliabilitas diperoleh nilai cronbach’s alpha sebesar 0,70 maka instrumen dinyatakan reliabel (Polit & Hungler, 1999) dan setelah dilakukan uji reliabilitas diperoleh nilai cronbach’s alpha sebesar 0,811 maka instrumen dinyatakan reliabel.


(46)

7. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data yaitu

peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin dari pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan dari lokasi penelitian yaitu Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan.

Peneliti dibantu oleh assisten yaitu Mona, Rosy, Ananda, Junita, dan Valen. Sebelum melakukan penelitian peneliti menjelaskan kepada assisten tentang prosedur penelitian.

Peneliti atau assisten menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan pengisian kuesioner, responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti, selama responden mengisi kuesioner peneliti atau assisten tetap mendampingi responden.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan antara lain pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan data dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Tahap kedua Coding yaitu memberi angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi dengan menggunakan uji statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi (Arikunto, 2006).


(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba. Penelitian dilaksanakan tanggal 1 Maret 2010 sampai dengan 30 April 2010 di Kelurahan Kenangan Baru Kecamatan Percut Sei Tuan dengan jumlah responden 100 keluarga suku Batak Toba asli (tidak campuran).

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dibagi dua bagian yaitu mengenai hasil karakteristik responden dan hasil mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba yang diindentifikasi melalui kuesioner. Adapun data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1.1 Karakteristik Responden

Deskriptif karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Penelitian ini menunjukan bahwa responden mayoritas berada dalam rentang usia 40-45 tahun yaitu 42 responden (42 %). Sebanyak 61 responden berjenis kelamin perempuan (61%). Mayoritas responden beragama kristen protestan yaitu 88 (88%). Lebih dari setengah jumlah responden berpendidikan SMA yaitu 70 responden (70%). Berdasarkan jenis pekerjaan, responden mayoritas berwiraswasta yaitu 30 responden (30%)


(48)

dan sebanyak 68 responden (68%) memiliki penghasilan 1.000.000-3.000.000 (68%). Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik responden (n = 100 orang)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase Usia

28-33 4 4

34-39 18 18

40-45 42 42

46-51 25 25

52-57 6 6

58-63 3 3

64-69 1 1

70-75 1 1

Jenis Kelamin

Laki-laki 31 31

Perempuan 69 69

Agama

Islam 5 5

Kristen Protestan 88 88

Kristen Katolik 7 7

Pendidikan

SD 0 0

SMP 0 0

SMU 70 70

Perguruan Tinggi 30 30

Pekerjaan

PNS 26 26

Pegawai Swasta 20 20

Ibu Rumah Tangga 24 24

Wiraswasta 30 30 Pengahasilan

< 500.000 0 0

500.000-1.000.000 3 3

1.000.000-3.000.000 68 68


(49)

1.2 Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada suku Batak Toba di

Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada suku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang terdiri dari lima komponen yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, dan mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

1.2.1 Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian dari keluarga suku Batak Toba menunjukkan bahwa 73% responden sering mengetahui pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarga, 60% responden selalu mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga, 57% sering mengetahui penyebab dari perubahan pada salah satu anggota keluarga yang sakit, 54 % responden selalu menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit, 61% responden sering dapat membedakan kondisi sehat-sakit setiap anggota keluarga, dan 63% responden kadang-kadang beranggapan sakit apabila tidak dapat melakukan aktivitas. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi pelaksanaan


(50)

tugas kesehatan keluarga Batak Toba dalam mengenal masalah kesehatan keluarga dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam mengenal masalah kesehatan keluarga (n=100)

No

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Batak Toba

Selalu n (%) Sering n (%) Kadang -kadang n (%) Tidak pernah n (%) 1. Keluarga mengetahui pertumbuhan

dan perkembangan setiap anggota keluarga. 73 (73%) 27 (27) 0 (0) 0 (0) 2 Keluarga mengetahui perubahan

yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga. 60 (60) 40 (40) 0 (0) 0 (0)

3 Keluarga mengetahui penyebab dari perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit.

30 (30) 57 (57) 13 (13) 0 (0) 4 Keluarga menanyakan keluhan yang

dirasakan oleh anggota keluarga yang sakit. 54 (54) 42 (42) 4 (4) 0 (0) 5 Keluarga dapat membedakan kondisi

sehat-sakit setiap anggota keluarga.

34 (34) 61 (61) 5 (5) 0 (0) 6 Keluarga beranggapan bahwa

seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas. 8 (8) 20 (20) 63 (63) 9 (9)

Tabel 3 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam mengenal masalah kesehatan keluarga berada dalam kategori cukup baik (4%) dan kategori baik (96%).

Tabel 3. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba dalam Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga (n=100)

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 4 4


(51)

1.2.2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

Hasil penelitian dari keluarga suku Batak Toba menunjukkan bahwa 57% responden selalu berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, 64% responden kadang-kadang menanyakan pendapat dari anggota keluarga inti untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat, 86% responden selalu menanyakan pendapat dari keluarga besar lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat, 69% responden selalu memberikan perawatan sederhana di rumah sebelum mengambil keputusan yang tepat keluarga, sebelum mengambil keputusan yang tepat, lebih dari setengah jumlah responden (58%) selalu mengatasi masalah kesehatan dengan pelayanan medis, dan lebih dari setengah jumlah responden (53%) sering dapat mengatasi masalah kesehatan dengan keputusan yang dipilih oleh keluarga. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga Batak Toba dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga (n=100)

No

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Batak Toba

Selalu n (%) Sering n (%) Kadang-kadang n (%) Tidak Pernah n (%) 7 Kepala keluarga berperan penting

dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan.

57 (57%) 33 (33) 10 (10) 0 (0) 8 Keluarga menanyakan pendapat dari

anggota keluarga untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat.

64 (64) 28 (28) 8 (8) 0 (0)


(52)

9 Keluarga menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat.

0 (0) 0 (0) 86 (86) 14 (14) 10 Sebelum mengambil keputusan yang

tepat, keluarga memberikan perawatan sederhana di rumah seperti mengkompres, minum air putih yang banyak, dll.

69 (69) 25 (25) 6 (6) 0 (0)

11 Keputusan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan adalah pelayanan medis (bidan, Puskesmas, klinik, RS, dll).

58 (58) 34 (34) 8 (8) 0 (0)

12 Keputusan yang diambil keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan.

33 (33) 53 (53) 14 (14) 0 (0)

Tabel 5 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga berada dalam kategori cukup baik (11%) dan (89%) baik.

Tabel 5. Kategori Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga (n=100)

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 11 11

Baik 89 89

1.2.3 Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

yang terlalu muda

Hasil penelitian dari keluarga suku Batak Toba menunjukkan bahwa 75% responden selalu membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian, dan lain-lain, 72% responden selalu melanjutkan pengobatan di rumah sesuai petunjuk dokter,


(53)

72% responden selalu lebih mengutamakan pengobatan medis dibandingkan pengobatan tradisional, 85% responden selalu memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit, 84% responden selalu memberi perhatian lebih kepada anggota keluarga yang sakit, dan 87% responden selalu memberikan perawatan yang sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti memberi air putih atau mengompres ketika demam. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga Batak Toba dalam memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda (n=100)

No

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Batak Toba

Selalu n (%) Sering n (%) Kadang-kadang n (%) Tidak Pernah n (%) 13 Keluarga membantu anggota

keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, makan, minum obat.

75 (75) 23 (23) 2 (2) 0 (0)

14 Keluarga melanjutkan pengobatan di rumah sesuai dengan petunjuk dokter. 72 (72) 24 (24) 4 (4) 0 (0) 15 Keluarga lebih mengutamakan

pengobatan medis dibandingkan pengobatan tradisonal. 72 (72) 22 (22) 6 (6) 0 (0)

16 Keluarga memperhatikan

perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit.

85 (85) 14 (14) 1 (1) 0 (0) 17 Keluarga memberi perhatian lebih

kepada anggota keluarga yang sakit.

84 (84) 16 (16) 0 (0) 0 (0) 18 Keluarga memberikan perawatan 87 12 1 0


(54)

sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti minum air putih yang banyak, mengkompres jika panas, dll.

(87) (12) (1) (0)

Tabel 7 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda berada dalam kategori baik (100%).

Tabel 7. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda (n=100)

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 0 0

Baik 100 100

1.2.4 Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

Hasil penelitian dari keluarga suku Batak Toba menunjukkan bahwa 85% responden selalu mampu menyediakan keperluan setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi dan makan, ataupun perlengkapan untuk merawat diri, 76% responden selalu menyediakan waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan di sekitar rumah setiap hari, 53% responden kadang-kadang membuat jadwal khusus untuk membersihkan seluruh rumah, 39% responden kadang-kadang melaksanakan jadwal kebersihan yang telah dibuat secara bersama-sama, 70% responden selalu ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah,


(55)

dan 45% responden selalu menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga, ataupun untuk mengetahui kondisi setiap anggota keluarga. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga Batak Toba dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga (n=100)

No

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Batak Toba

Selalu n (%) Sering n (%) Kadang-kadang n (%) Tidak Pernah n (%) 19 Keluarga mampu menyediakan

keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi dan makan, ataupun perlengkapan untuk merawat diri.

85 (85) 15 (15) 0 (0) 0 (0)

20 Keluarga menyediakan waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan di sekitar rumah setiap hari. 76 (76) 22 (22) 2 (2) 0 (0)

21 Keluarga membuat jadwal khusus untuk membersihkan seluruh bagian rumah. 15 (15) 20 (20) 53 (53) 12 (12) 22 Keluarga melaksanakan jadwal

kebersihan yang telah dibuat secara bersama-sama atau gotong royong.

20 (20) 30 (30) 39 (39) 11 (11) 23 10. Keluarga ikut serta dalam

membersihkan lingkungan di sekitar rumah. 70 (70) 24 (24) 5 (5) 1 (1) 24 Keluarga menyediakan waktu untuk

berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga. 45 (45) 41 (41) 14 (14) 0 (0)


(56)

Tabel 9 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga berada dalam kategori cukup baik (14%) dan baik (86%).

Tabel 9. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga (n=100)

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 14 14

Baik 86 86

1.2.5 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

Hasil penelitian dari keluarga suku Batak Toba menunjukkan bahwa 47% responden selalu percaya kepada petugas kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan, 61% responden selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan yang ada, 79% responden selalu dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, 62% responden selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada sesuai dengan kebutuhan, 54% responden selalu mendukung program kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan, dan 49% responden sering merasa puas terhadap pelayanan petugas kesehatan dalam menyediakan fasilitas kesehatan. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga Batak Toba dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara


(57)

keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (n=100)

No

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Batak Toba

Selalu n (%) Sering n (%) Kadang-kadang n (%) Tidak Pernah n (%) 25 Keluarga percaya kepada petugas

kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan seperti dokter, perawat, bidan. 47 (47) 43 (43) 10 (10) 0 (0)

26 Keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan yang ada.

61 (61) 34 (34) 5 (5) 0 (0) 27 Keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada sesuai dengan kebutuhan. 79 (79) 20 (20) 1 (1) 12 (12) 28 Keluarga mendukung program

kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (imunisasi, KB, fogging, penyuluhan kesehatan, dll).

62 (62) 30 (30) 7 (7) 1 (1)

29 Keluarga mengikuti program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (imunisasi, KB, fogging, penyuluhan kesehatan, dll).

54 (54) 41 (41) 5 (5) 0 (0)

30 Keluarga merasa puas terhadap pelayanan yang ada di fasilitas kesehatan tersebut. 49 (49) 34 (34) 17 (17) 0 (0)

Tabel 11 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada berada dalam kategori cukup baik (5%) dan baik (95%).


(58)

Tabel 11. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (n=100)

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 5 5

Baik 95 95

Dari jawaban responden terhadap seluruh pelaksaanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba, diperoleh bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba secara keseluruhan berada dalam kategori cukup baik 13% dan baik sebesar 87%. Tabel 12 kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba secara keseluruhan.

Tabel 12. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Batak Toba secara Keseluruhan (n=100)

Kategori Skor Frekuensi Persentase

Kurang Baik 30-59 0 0

Cukup Baik 60-89 13 13

Baik 90-120 87 87

2. Pembahasan

Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada Suku Batak Toba dengan jumlah responden 100 keluarga Batak Toba.


(59)

2.1 Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba

2.1.1 Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri, dimana masalah-masalah seorang individu ”menyusup” dan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh sistem (Setyowati, 2008). Dari hasil penelitian pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarga menunjukkan bahwa mayoritas responden selalu mengetahui pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarga, lebih dari setengah jumlah responden selalu mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga, lebih dari setengah jumlah responden sering mengetahui penyebab dari perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit, lebih dari setengah jumlah responden selalu menanyakan keluhan yang dirasakan oleh anggota keluarga yang sakit, dan lebih dari setengah jumlah responden sering dapat membedakan kondisi sehat-sakit setiap anggota keluarga, ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (2006) perubahan apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga. Tetapi menurut Nainggolan (2009) ada jenis penyakit yang tidak diketahui penyebabnya dan perubahan yang diakibatkan penyakit tersebut yaitu jenis penyakit karena diguna-guna atau disebut ”aziturtur” misalnya penyakit ”gadam” yaitu tidak dapat disembuhkan. Hanya orang yang memiliki keahlian khusus yang dapat melihat penayakit ini. Lebih dari setengah jumlah responden kadang-kadang beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nainggolan (2009) yang diuraikan


(1)

Valid Kadang-kadang 6 6.0 6.0 6.0

Sering 22 22.0 22.0 28.0

Selalu 72 72.0 72.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 1 1.0 1.0 1.0

Sering 14 14.0 14.0 15.0

Selalu 85 85.0 85.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sering 16 16.0 16.0 16.0

Selalu 84 84.0 84.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 1 1.0 1.0 1.0

Sering 12 12.0 12.0 13.0

Selalu 87 87.0 87.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


(2)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sering 15 15.0 15.0 15.0

Selalu 85 85.0 85.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 2 2.0 2.0 2.0

Sering 22 22.0 22.0 24.0

Selalu 76 76.0 76.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 12 12.0 12.0 12.0

Kadang-kadang 53 53.0 53.0 65.0

Sering 20 20.0 20.0 85.0

Selalu 15 15.0 15.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 11 11.0 11.0 11.0

Kadang-kadang 39 39.0 39.0 50.0

Sering 30 30.0 30.0 80.0

Selalu 20 20.0 20.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


(3)

Valid Tidak pernah 1 1.0 1.0 1.0

Kadang-kadang 5 5.0 5.0 6.0

Sering 24 24.0 24.0 30.0

Selalu 70 70.0 70.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 14 14.0 14.0 14.0

Sering 41 41.0 41.0 55.0

Selalu 45 45.0 45.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 10 10.0 10.0 10.0

Sering 43 43.0 43.0 53.0

Selalu 47 47.0 47.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 5 5.0 5.0 5.0

Sering 34 34.0 34.0 39.0

Selalu 61 61.0 61.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


(4)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 1 1.0 1.0 1.0

Sering 20 20.0 20.0 21.0

Selalu 79 79.0 79.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 1 1.0 1.0 1.0

Kadang-kadang 7 7.0 7.0 8.0

Sering 30 30.0 30.0 38.0

Selalu 62 62.0 62.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 5 5.0 5.0 5.0

Sering 41 41.0 41.0 46.0

Selalu 54 54.0 54.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 34 34.0 34.0 34.0

Sering 49 49.0 49.0 83.0

Selalu 17 17.0 17.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


(5)

Frequencies

Statistics

Kategori

N Valid 100

Missing 0

Mean 2.87

Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup Baik 13 13.0 13.0 13.0

Baik 87 87.0 87.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


(6)

CURRICULUM VITAE

Nama

: Efrida Merliana Pakpahan

Tempat/tanggal lahir

: Dolok Ilir, 27 April 1988

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Alamat Rumah

: Emp. Perumahan Dolok Ilir PTPN IV

Riwayat Pendidikan

: 1. SD Negeri 091591 (1994-2000)

2. SMP Negeri 1 Dolok Batunanggar (2000-2003)

3. SMU Negeri 1 Dolok Batunanggar (2003-2006)