disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan masyarakat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya,materi yang
disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi penyuluhan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman,
sehingga materi yang akan disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh sasaran. c. Metoda yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya dapat
mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang
disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metoda curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, dan ceramah Effendy.2003.hlm236.
B. Pengetahuan 4. Pengertian
Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan merupakan tak lain dari hasil tahu. Ada dua macam pengetahuan, yaitu : a.
Pengetahuan khusus yaitu mengenai yang satu saja. b. Pengetahuan umum yaitu yang berlaku bagi seluruh macam dan masing-masing macamnya.
Baik pengetahuan umum, maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalamannya sendiri ataupun pengelaman orang lain
Poedjawijatna. 2004.hlm.14-15. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden Notoatmodjo. 2003.hlm.129.
Universitas Sumatera Utara
C. Program KB 1. Pengertian program KB
Menurut WHO World Health Organisation Expert Committee 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Hartanto. 2004.hlm.26-27.
Di dalam memberikan pelayanan keluarga berencana di perlukan juga komunikasi, informasi dan edukasi KIE yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural
yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan. Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai berikut yaitu
radio, televisi, mobil unit penerangan, penerbitan publikasi, pers surat kabar, film, kegiatan promosi, dan Pameran Hartanto. 2004.hlm.27-28.
2. Pelayanan kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen Winkjosastro.
2002.hlm.905. Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu, tujuan umum - pemberian
dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS dan tujuan khusus -penurunan angka kelahiran yang bermakna dengan tiga fase yaitu 1.
Fase menunda perkawinan kesuburan, 2. Fase menjarangkan kehamilan, 3. Fase menghentikan mengakhiri kehamilankesuburan. Hartanto. 2004.hlm.30
Universitas Sumatera Utara
D. Kontrasepsi Mantap wanita 1. Sejarah
Metode ini pertama kali dilontarkan oleh Hipokrates, tetapi metode ini tidak digambarkan dengan sempurna sampai pada tahun 1834 oleh Von Blundell. Pada
tahun 1944, Dr. Dekker dan Cherry melaporkan hasil akhir prosedur kuldoskopi mereka yang berhasil, yang termasuk mencapai tuba falopii melalui vagina, bukan
melalui abdomen. Tidak sampai tahun 1961, sterilisasi laparoskopik di gambarkan pertama kali oleh Uchida Everett. 2007.hlm.252.
2. Pengertian
Kontrasepsi mantap pada wanita adalah satu-satunya metode kontrasepsi wanita yang permanen Everett, 2007.hlm.252. Kontrasepsi mantap pada wanita
biasanya dilakukan dengan menyumbat kedua tuba falopii yang dapat dicapai baik dengan laparotomi atau mini laparotomi atau, yang lebih sering laparoskopi Glasier
Gebbie. 2005.hlm.191. Tubektomi atau sterilisasi adalah cara kontrasepsi permanen dan dipilih jika wanita tidak ingin hamil lagi Indarti. 2004.hlm.70.
Kontrasepsi mantap pada wanita ditawarkan kepada keluarga yang telah lengkap setelah berumur 30 tahun dan dapat ditawarkan pada wanita di bawah 30 tahun hanya
dalam keadaan yang sangat khusus Rabe. 2002. Kontrasepsi mantap adalah cara pengendalian fertilitas yang paling lazim dipakai oleh pasangan umur lebih dari 30
tahun dan adanya rasa takut terhadap resiko kehamilan pada umur lebih dari 30 tahun Siswadi. 2006.hlm.53. Kontrasepsi mantap adalah upaya untuk menghentikan
fungsi prokreasi, tanpa terdapat gangguan dari fungsi genitalia lainnya Manuaba. 2004.hlm.299. Kontrasepsi mantap adalah metode kontrasepsi permanen untuk
merencanakan masa reproduksi, metode kontrasepsi ini paling sering digunakan di Amerika Serikat Pillitteri,et al. 2002.hlm.191.
Universitas Sumatera Utara
3. Keuntungan dan kerugian
a. Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi mantap wanita yaitu permanen, efektif, tidak mempengaruhi proses menyusui breastfeeding, tidak bergantung pada faktor
sanggama, baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal, tidak ada efek
samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual tidak ada efek pada produksi hormon ovarium. Saifuddin. 2003. MK-79.
b. Kerugian
Kerugian kontrasepsi mantap wanita yaitu: melibatkan prosedur pembedahan dan anastesi, dan tidak mudah kembali subur Everett. 2007.hlm253.
4. Indikasi dan kontraindikasi
a. Indikasi
Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya cocok untuk pasangan yang tidak menginginkan anak lagi. Secara lebih luas, indikasi sterilisasi dapat dibagi
empat macam, yaitu: 1.
Indikasi medis Yang termasuk dalam indikasi medis adalah penyakit yang berat kronik
seperti jantung terutama derajat tiga dan empat, ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Tetapi tidak semua penyakit tersebut merupakan indikasi, hanya yang
membahayakan keselamatan ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterilisasi.
2. Indikasi obstetris
Indikasi obstetris adalah keadaan dimana resiko kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa. Termasuk
Universitas Sumatera Utara
ke dalam indikasi obstertris antara lain adalah multiparitas banyak anak, apalagi dengan usia yang relatif lanjut misal yang disebut grandemultigravida, yakni paritas
lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih, seksio sesarea dua kali atau lebih dan lain-lain.
3. Indikasi genetik
Indikasi genetik adalah penyakit heriditer yang membahayakan kesehatan dan keselamatan anak, seperti Huntington’s chorea, Tay Sachs disease, hemophilia,
Marfan’s syndrome, Wilson’s disease dan lain-lain. 4.
Indikasi kontrasepsi Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan
mengakhiri kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak menginginkan anak lagimeskipun tidak terdapat keadaan lain yang membahayakan keselamatan ibu
seandainya ia hamil kembali. 5.
Indikasi ekonomis Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan sterilisasi
karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga tersebut Siswosudarmo. 2001.hlm.52-53.
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi kontrasepsi mantap pada wanita adalah masalah hubungan, ketidak setujuan terhadap operasi dari salah satu pasangan, penyakit psikiatrik, dan
keadaan sakit atau disabilitas yang dapat meningkatkan resiko pada saat operasi Everett. 2007.hlm.253.
5. Efeksamping dan komplikasi kontrasepsi mantap
Menurut WHO World Health Organisation, efeksamping dan komplikasi akibat tindakan operasi kontrasepsi mantap pada wanita dibagi dalam komplikasi
Universitas Sumatera Utara
minora dan mayor. Komplikasi minor antara lain adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan, dan infeksi luka. Komplikasi mayor adalah
perdarahan banyak yang membutuhkan operasi yang lebih jauh atau transfusi, perlukaan usus atau kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian
Siswosudarmo. 2001.hlm.67-68.
6. Syarat-syarat kontrasepsi mantap pada wanita
Kontrasepsi mantap pada wanita yang makin lama makin diterima masyarakat, memerlukan syarat karena sifatnya yang permanen atau sulit untuk
dilakukan rekanalisasi. Atas dasar tersebut harus dipertimbangkan untuk melaksanakan sterilisasi dengan cermat sehingga tidak menyesal di kemudian hari.
a. Pertimbangan tersebut, di antaranya:
1. Anamnesis
1 Anamnesis umum meliputi: umur, paritas, dan jumlah anak hidup, apakah
pernah mengalami tindakan operasi, apakah pernah infeksi di daerah panggul atau penyakit radang panggul PRP.
2 Anastesi psikiatris meliputi: kematangan jiwa emosinya, apakah terdapat
gangguan psikiatris, apakah sudah mantap ingin mendapatkan sterilisasi, dan berikan kesempatan berfikir sebelum menandatangani informed
consent. 3
Dukungan dana dan moril keluarga meliputi: apakah mendapatkan dorongan moril keluarga, berapa tahun telah melangsungkan perkawinan,
apakah di dalam keluarga tidak terjadi masalah, dan berikan kesempatan untuk berunding dalam lingkungan keluarga.
4 Pengetahuan tentang kontrasepsi mantap wanita meliputi: memberikan
penjelasan tentang kontrasepsi mantap, apakah tetap masih ingin
Universitas Sumatera Utara
melakukan operasi kontrasepsi mantap atau masih ada keinginan untuk rekanalisasi, dan tunjukkan kemungkinan komplikasi dini atau di masa
yang akan datang. 2.
Pemeriksaan fisik – umum, khusus dan pemeriksaan penunjang laboratorium. 3.
Kesimpulan – memenuhi syarat sterilisasi atau dianjurkan memilih metode lainnya. Manuaba. 2004.hlm.300.
Untuk kontrasepsi mantap juga memiliki syarat-syarat khusus yaitu 1. Sukarela atas dasar permintaan, yang dicantumkan dengan menandatangani informed
consent, 2. Stabilitas mental dapat dipertanggungjawabkan, terbukti dengan keharmonisan dalam keluarga, 3. Memenuhi ”formula 100”, artinya perkalian antara
jumlah anak dengan usia orang tua sama atau melebihi 100 Manuaba. 2004.hlm.301.
b. Saat dilakukannya tindakan kontrasepsi mantap wanita
Kontrasepsi mantap pada wanita atau sterilisasi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan, atau masa interval. Sesudah suatu keguguran
kontrasepsi mantap pada wanita dapat langsung dilakukan. Dianjurkan agar kontrasepsi mantap pada wanita pasca persalinan sebaiknya
dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin. Kontrasepsi mantap pascapersalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba,
infeksi dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang pada hari ke 7-10 pascapersalinan. Kontrasepsi mantap pada hari itu akan sulit dilakukan karena alat-
alat genital akan menciut dan mudah berdarah Wiknjosastro. 2002.hlm.924.
Universitas Sumatera Utara
Persiapan pre-operatif untuk kontrasepsi mantap pada wanita, meliputi: a. Informed
consent, b. Riwayat medis kesehatan yang meliputi: penyakit-penyakit pelvis,
adhesi perlekatan, pernah mengalami operasi abdominal operasi pelvis, riwayat diabetes melitus, penyakit paru-paru: Asthma, bronchitis, emphysema, dan obesitas.
c. Pernah mengalami problem dengan anastesi.
d. Penyakit-penyakit perdarahan.
e. Alergi.
c. Pemeriksaan fisik.
Harus meliputi kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anastesi, serta pemeriksaan kandungan untuk menemukan
kelainan-kelainan seperti leiomymata dan lain-lain. d.
Pemeriksaan laboraturium meliputi: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urine, dan Pap Smear Hartanto. 2004.hlm.244.
7. Keefektifan dan kegagalan kontrasepsi mantap
Kontrasepsi mantap pada wanita adalah bentuk metode kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti
efektifitasnya 99,4-99,8 per 100 wanita per tahun Everett. 2007.hlm.252.
8. Cara mencapai tuba falopii
Dikemukakan beberapa teknik untuk mencapai tuba agar dapat ditutup dengan tujuan terhentinya fungsi prokreasi sebagai berikut:
a. Transabdominal
1. Minilaparotomi pascapartum dan pascaabortus. 2. Minilaparotomi interval dikembangkan oleh Uchida 1961, yang dengan cepat dapat diterima di seluruh
dunia. 3. Laparoskopi – dikembangkan pertama oleh Anderson 1973, menjadi populer sekitar tahun 1970, di Amerika Serikat, Prancis Palmer, dan Steptue di
Inggris Manuaba. 2004.hlm.300.
Universitas Sumatera Utara
1 Minilaparotomi.
Minilaparotomi memanfaatkan insisi suprapubis kecil 3-5 cm menghindari intrumen-instrumen canggih dan dapat dilakukan hampir sama cepatnya dengan
sterilisasi laparoskopi. Uterus dimanipulasi dari vagina agar tuba falopii mendekati insisi. Tuba dikeluarkan melalui insisi dan dilakukan pemasangan penjepit atau
cincin. Cara lain, tuba dapat diligasi dengan menggunakan berbagai metode, yang sebagian besar melibatkan eksisi sebagian kecil tuba.
Minilaparotomi dapat dilakukan sebagai prosedur bedah tanpa rawat inap tetapi banyak ahli bedah menganjurkan agar pasien menginap semalam di rumah
sakit. 2
Laparoskopi Biasanya dilakukan anastesi umum AU, walaupun anastesi lokal AL atau
spinal lebih sering digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara berkembang yang belum ada ahli anastesia. Melalui insisi sub-umbilikus kecil, trokar dan kanula
dimasukkan kedalam abdomen yang telah terisi gas tersebut dan trokar diganti oleh laparoskop. Dengan sumber sinar serat optik tersambung, dilakukan inspeksi
terhadap organ-organ panggul. Forseps operasi dimasukkan melalui kanula kedua yang dimasukkan melalui daerah supra pubis atau fosa iliaka. Sterilisasi dilakukan
dengan diatermi atau pemasangan penjepit klip atau cincin di kedua tub. Setelah gas dikeluarkan dari rongga peritoneum, instrumen dikeluarkan dan insisi kulit
ditutup dengan jahitan benang yang dapat diserap atau tidak dapat diserap, penjepit atau staples Glasier. 2005.hlm.192.
Universitas Sumatera Utara
b. Transvaginal
1. Kolposkopi vaginal sterilisasi dikembangkan di dunia oleh Sonnawala India dengan spekulom berbentuk ”S” dan Manuaba Indonesia dengan rektoskopi
sebagai alat utama untuk mencari dan melihat tuba falopii. 2. Koldoskopi – alat laparoskopi khusus untuk sterilisasi vaginal melalui kavum Douglas. Vaginal
sterilisasi ini sudah banyak tidak dilakukan lagi karena pertimbangan infeksi dan keberhasilannya yang kecil. 3.Transuterina – mempergunakan histereskopi sebagai
petunjuk untuk mencari dan mengenal osteum tubae internum Manuaba. 2004.hlm.300.
9. Perkembangan teknik penutupan tuba falopii
Sejarah perkembangan untuk menutup tuba falopii agar fungsi prokreasinya dapat dihentikan, antara lain: Teknik Madlener 1919, teknik Irving 1925, teknik
Pomeroy 1930, teknik Parkland 1960, teknik Uchida 1960, teknik Koroener 1960, teknik toon ring 1970, teknik Koagulasi 1970, Teknik Hulka Clip 1973,
teknik NTTOT 1985, dan vasektomi tuba Manuaba 1995. Vasektomi tuba Ma tahun 1995 merupakan pengembangan teknik
sebelumnya yang dinamakan ”nontraumatic tubal occlution tecnique NTTOT” yang diasampaikan pada SAC society for advancement contraception di Prancis
pada tahun 1985 Manuaba. 2004. 301. Untuk lebih memahami berbagai teknik penutupan tuba, dijabarkan sebagai
berikut: 1.
Teknik kurnuektomi Merupakan salah satu teknik tua, yang berguna untuk menghilangkan fungsi
prokreasi, caranya: kornue fundus uteri dipotong sehingga sebagian besar tuba
Universitas Sumatera Utara
interestitial ikut diambil, dengan demikian, fungsi prokreasinya tidak mungkin berlangsung, selanjutnya, luka insisi dijahit kembali.
2. Teknik Madlener
Teknik ini dikemukakan pada taun 1919, caranya: buat loop tuba sekitar 3 cm, tuba di krus beberapa kali sehingga kanalisnya mengalami kerusakan, ikat
dengan benang sutra silk yang tidak diserap, dan selanjutnya tuba tidak dipotong dan tuba yang krus dilunakkan sehingga dapat ditanamkan di mesosalping.
3. Teknik Irving
Teknik ini dikemukakan pada tahun 1924, caranya: tuba dipotong 2 cm sekitar istimus, bagian proksimal ditanamkan pada uterus, dengan membuat lubang
sehingga aspek penutupan fungsi prokresinya terjamin, bagian distal juga ditanamkan pada mesosalping, perdarahan dirawat, dan selanjutnya, dinding
abdomen ditutup. 4.
Teknik Pomeroy Teknik ini dikemukakan pada tahun 1930. teknik ini dianggap ”golden
standard” dan sampai saat ini karena mudah dilakukan serta angka kegagalannya kecil, caranya: buat loop tuba sekitar 3 cm, ikat dengan catgut plain lainnya, potong
diatas jahitan dan biarkan, dan dinding abdominal ditutup berlapis. 5.
Teknik Parkland Teknik ini ditemukan pada tahun 1960, caranya: tuba dipegang dengan
babkok, ditarik sedikit ke atas, mesosalping dibawahnya dibuka, guna memasukkan benang ikatan sebelah pada dua tempat yang dibuka, tuba antara dua ikatan dipotong,
dan perdarahan dirawat dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
6. Teknik Uchida
Teknik Uchida ditemukan pada tahun 1960. Dikembangkan di Jepang, caranya: buat edema artifisial dengan saline + epinefrin sehingga tuba tampak putih,
tuba yang asli dikeluarkan, dipotong dan diikat de dua tempat, bagian proksimal ditanamkan dibawah mesosalping, sedangkan bagian distal di biarkan ke arah
peritoneum, dan mesosalping dijahit kembali dan perdarahan dirawat. 7.
Teknik kroener 1960. Teknik ini memotong fibriae sehingga kemampuan untuk ovum pick up tidak
ada. Ujung ligamentum infudibulopelvikum dijahit sehingga tidak terjadi perdarahan. Perdarahan yang terjadi di rawat.
8. Teknik Yoon ring 1970
Teknik ini dikembangkan oleh In Bae Yoon dan Coy Lay 1970 di Amerika Serikat, yang merupakan pita silastik, dengan diameter ± 1 mm dan untuk menjepit
loop tuba. Teknik ini banyak digunakan pada tahun 1970-1980. a. Dapat dilakukan dengan laparoskopi atau laparotomi dengan aplikatornya. Alat
ini dapat menarik sekitar 3 cm, tuba yang akan mengalami ishemia dan akhirnya silastik ban dapat di pasang. b. Selanjutnya, loop akan putus bila silastik tertanam di
mesosalping. 9.
Teknik koagulasi Dikembangkan sekitar tahun 1970, dengan mempergunakan laparoskopi.
Untuk melakukan koagulasi, dapat mempergunakan unipolar atau bipolar . Aliran listrik yang dialirkan dapat membakar koagulasi jaringan tuba dan
mesosalpingnya sehingga kanalisnya tertutup. Besarnya koagulasi bergantung pada lama dan besarnya aliran listrik yang dialirkan.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan unipolar, dengan alat khusus dapat diambil sebagian tubanya terpotong, dan bila bipolar hanya menghancurkan tuba menjadi jaringan yang tidak
berfungsi lagi. Akhirnya, sistem koagulasi dapat menimbulkan fistula tuba sebagai tempat masuknya spermatozoa ke dalam kavum peritonii. Dengan demikian, ada
kemungkinan dapat menimbulkan kehamilan ektopik. 10.
Teknik Ulka klip, caranya: Istimus dipegang dengan dua babkok. Diantara kedua babkok dipasang ulka
klip dengan laparotomi. Pemasangan ulka klip dapat juga dilakukan dengan laparoskopi. Akhirnya ulka klip akan ditutup oleh jaringan mesosalping. Ditemukan
juga beberapa perlengkapan dari teknik sterilisasi dengan menggunakan laparoskopi. 11.
Vasektomi tuba Manuaba Pengambangan dari nontraumatic tubal occlution tecnique NTTOT yang
mengeluarkan tuba dengan mempergunakan ”pean” sering menyebabkan tuba trauma-putus sehingga diganti dengan pengambilan tuba memakai ”fixing clamp alat
vasektomi”. Karena berlubang saat ditutup, tuba utuh dapat dikeluarkan dan selanjutnya
dilakukan sterilisasi dengan cara: diikat bersama dan dipotong, diikat terpisah dan dipotong, dilakukan koagulasi, dipasang Yoon ring, dan mesosalping tidak perlu
dijahit karena lubang untuk mengeluarkan tuba cukup kecil tanpa perdarahan Manuaba. 2004.hlm.301-306.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu tentang kontrasepsi mantap pada wanita,
sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel dependen
Skema.1. kerangka konsep
B. Hipotesa
Ada pengaruh pemberian penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan ibu tentang kontrasepsi mantap pada wanita.
Pengaruh Penyuluhan
Karakteristik ibu: -
Umur -
Pendidikan -
Pekerjaan -
Jumlah anak Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
C. Defenisi operasional
N o
Variabel Defenisi Operasional
Alat ukur Cara ukur
Hasil ukur Skala
1 Independen: Penyuluhan
Kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan
pesan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan -
- -
-
2
Dependen : Pengetahuan
ibu tentang kontrasepsi
mantap pada wanita
Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
mengenai kontrasepsi mantap pada wanita
meliputi; pengertian, keuntungan, indikasi dan
kontraindikasi
Kuesioner Wawancara - Rasio
3 Umur Batas usia responden
yang dihitung sejak seorang ibu lahir sampai
saat ini Kuesioner Wawancara
1= 20-24 tahun 2= 25-29 tahun
3= 30-34 tahun
Interval
4 Pendidikan Jenjang pendidikan
formal ibu yang terakhir dan memiliki ijazah
Kuesioner Wawancara 1 = SD 2 = SMP
3 = SMA 4= Diploma
5 = Sarjana Ordinal
5 Pekerjaan Sesuatu yang dilakukan
responden sebagai sumber mata
pencaharian. Kuesioner Wawancara
1 = Bekerja 2= Tidak
bekerja Nominal
6 Jumlah anak Banyaknya jumlah anak yang dilahirkan ibu
dalam satu keluarga. Kuesioner Wawancara
1 = 1 anak 2 = 2 anak
3 = 3 anak Nominal
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian