Pengetahuan 4. Pengertian Kerangka Konsep Hipotesa Defenisi operasional

disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan masyarakat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya,materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi penyuluhan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman, sehingga materi yang akan disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh sasaran. c. Metoda yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metoda curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, dan ceramah Effendy.2003.hlm236.

B. Pengetahuan 4. Pengertian

Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan merupakan tak lain dari hasil tahu. Ada dua macam pengetahuan, yaitu : a. Pengetahuan khusus yaitu mengenai yang satu saja. b. Pengetahuan umum yaitu yang berlaku bagi seluruh macam dan masing-masing macamnya. Baik pengetahuan umum, maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalamannya sendiri ataupun pengelaman orang lain Poedjawijatna. 2004.hlm.14-15. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden Notoatmodjo. 2003.hlm.129. Universitas Sumatera Utara

C. Program KB 1. Pengertian program KB

Menurut WHO World Health Organisation Expert Committee 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Hartanto. 2004.hlm.26-27. Di dalam memberikan pelayanan keluarga berencana di perlukan juga komunikasi, informasi dan edukasi KIE yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan. Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai berikut yaitu radio, televisi, mobil unit penerangan, penerbitan publikasi, pers surat kabar, film, kegiatan promosi, dan Pameran Hartanto. 2004.hlm.27-28.

2. Pelayanan kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen Winkjosastro. 2002.hlm.905. Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu, tujuan umum - pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS dan tujuan khusus -penurunan angka kelahiran yang bermakna dengan tiga fase yaitu 1. Fase menunda perkawinan kesuburan, 2. Fase menjarangkan kehamilan, 3. Fase menghentikan mengakhiri kehamilankesuburan. Hartanto. 2004.hlm.30 Universitas Sumatera Utara

D. Kontrasepsi Mantap wanita 1. Sejarah

Metode ini pertama kali dilontarkan oleh Hipokrates, tetapi metode ini tidak digambarkan dengan sempurna sampai pada tahun 1834 oleh Von Blundell. Pada tahun 1944, Dr. Dekker dan Cherry melaporkan hasil akhir prosedur kuldoskopi mereka yang berhasil, yang termasuk mencapai tuba falopii melalui vagina, bukan melalui abdomen. Tidak sampai tahun 1961, sterilisasi laparoskopik di gambarkan pertama kali oleh Uchida Everett. 2007.hlm.252.

2. Pengertian

Kontrasepsi mantap pada wanita adalah satu-satunya metode kontrasepsi wanita yang permanen Everett, 2007.hlm.252. Kontrasepsi mantap pada wanita biasanya dilakukan dengan menyumbat kedua tuba falopii yang dapat dicapai baik dengan laparotomi atau mini laparotomi atau, yang lebih sering laparoskopi Glasier Gebbie. 2005.hlm.191. Tubektomi atau sterilisasi adalah cara kontrasepsi permanen dan dipilih jika wanita tidak ingin hamil lagi Indarti. 2004.hlm.70. Kontrasepsi mantap pada wanita ditawarkan kepada keluarga yang telah lengkap setelah berumur 30 tahun dan dapat ditawarkan pada wanita di bawah 30 tahun hanya dalam keadaan yang sangat khusus Rabe. 2002. Kontrasepsi mantap adalah cara pengendalian fertilitas yang paling lazim dipakai oleh pasangan umur lebih dari 30 tahun dan adanya rasa takut terhadap resiko kehamilan pada umur lebih dari 30 tahun Siswadi. 2006.hlm.53. Kontrasepsi mantap adalah upaya untuk menghentikan fungsi prokreasi, tanpa terdapat gangguan dari fungsi genitalia lainnya Manuaba. 2004.hlm.299. Kontrasepsi mantap adalah metode kontrasepsi permanen untuk merencanakan masa reproduksi, metode kontrasepsi ini paling sering digunakan di Amerika Serikat Pillitteri,et al. 2002.hlm.191. Universitas Sumatera Utara

3. Keuntungan dan kerugian

a. Keuntungan Keuntungan kontrasepsi mantap wanita yaitu permanen, efektif, tidak mempengaruhi proses menyusui breastfeeding, tidak bergantung pada faktor sanggama, baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual tidak ada efek pada produksi hormon ovarium. Saifuddin. 2003. MK-79. b. Kerugian Kerugian kontrasepsi mantap wanita yaitu: melibatkan prosedur pembedahan dan anastesi, dan tidak mudah kembali subur Everett. 2007.hlm253.

4. Indikasi dan kontraindikasi

a. Indikasi Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya cocok untuk pasangan yang tidak menginginkan anak lagi. Secara lebih luas, indikasi sterilisasi dapat dibagi empat macam, yaitu: 1. Indikasi medis Yang termasuk dalam indikasi medis adalah penyakit yang berat kronik seperti jantung terutama derajat tiga dan empat, ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Tetapi tidak semua penyakit tersebut merupakan indikasi, hanya yang membahayakan keselamatan ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterilisasi. 2. Indikasi obstetris Indikasi obstetris adalah keadaan dimana resiko kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa. Termasuk Universitas Sumatera Utara ke dalam indikasi obstertris antara lain adalah multiparitas banyak anak, apalagi dengan usia yang relatif lanjut misal yang disebut grandemultigravida, yakni paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih, seksio sesarea dua kali atau lebih dan lain-lain. 3. Indikasi genetik Indikasi genetik adalah penyakit heriditer yang membahayakan kesehatan dan keselamatan anak, seperti Huntington’s chorea, Tay Sachs disease, hemophilia, Marfan’s syndrome, Wilson’s disease dan lain-lain. 4. Indikasi kontrasepsi Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan mengakhiri kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak menginginkan anak lagimeskipun tidak terdapat keadaan lain yang membahayakan keselamatan ibu seandainya ia hamil kembali. 5. Indikasi ekonomis Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga tersebut Siswosudarmo. 2001.hlm.52-53. b. Kontraindikasi Kontraindikasi kontrasepsi mantap pada wanita adalah masalah hubungan, ketidak setujuan terhadap operasi dari salah satu pasangan, penyakit psikiatrik, dan keadaan sakit atau disabilitas yang dapat meningkatkan resiko pada saat operasi Everett. 2007.hlm.253.

5. Efeksamping dan komplikasi kontrasepsi mantap

Menurut WHO World Health Organisation, efeksamping dan komplikasi akibat tindakan operasi kontrasepsi mantap pada wanita dibagi dalam komplikasi Universitas Sumatera Utara minora dan mayor. Komplikasi minor antara lain adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan, dan infeksi luka. Komplikasi mayor adalah perdarahan banyak yang membutuhkan operasi yang lebih jauh atau transfusi, perlukaan usus atau kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian Siswosudarmo. 2001.hlm.67-68.

6. Syarat-syarat kontrasepsi mantap pada wanita

Kontrasepsi mantap pada wanita yang makin lama makin diterima masyarakat, memerlukan syarat karena sifatnya yang permanen atau sulit untuk dilakukan rekanalisasi. Atas dasar tersebut harus dipertimbangkan untuk melaksanakan sterilisasi dengan cermat sehingga tidak menyesal di kemudian hari. a. Pertimbangan tersebut, di antaranya: 1. Anamnesis 1 Anamnesis umum meliputi: umur, paritas, dan jumlah anak hidup, apakah pernah mengalami tindakan operasi, apakah pernah infeksi di daerah panggul atau penyakit radang panggul PRP. 2 Anastesi psikiatris meliputi: kematangan jiwa emosinya, apakah terdapat gangguan psikiatris, apakah sudah mantap ingin mendapatkan sterilisasi, dan berikan kesempatan berfikir sebelum menandatangani informed consent. 3 Dukungan dana dan moril keluarga meliputi: apakah mendapatkan dorongan moril keluarga, berapa tahun telah melangsungkan perkawinan, apakah di dalam keluarga tidak terjadi masalah, dan berikan kesempatan untuk berunding dalam lingkungan keluarga. 4 Pengetahuan tentang kontrasepsi mantap wanita meliputi: memberikan penjelasan tentang kontrasepsi mantap, apakah tetap masih ingin Universitas Sumatera Utara melakukan operasi kontrasepsi mantap atau masih ada keinginan untuk rekanalisasi, dan tunjukkan kemungkinan komplikasi dini atau di masa yang akan datang. 2. Pemeriksaan fisik – umum, khusus dan pemeriksaan penunjang laboratorium. 3. Kesimpulan – memenuhi syarat sterilisasi atau dianjurkan memilih metode lainnya. Manuaba. 2004.hlm.300. Untuk kontrasepsi mantap juga memiliki syarat-syarat khusus yaitu 1. Sukarela atas dasar permintaan, yang dicantumkan dengan menandatangani informed consent, 2. Stabilitas mental dapat dipertanggungjawabkan, terbukti dengan keharmonisan dalam keluarga, 3. Memenuhi ”formula 100”, artinya perkalian antara jumlah anak dengan usia orang tua sama atau melebihi 100 Manuaba. 2004.hlm.301. b. Saat dilakukannya tindakan kontrasepsi mantap wanita Kontrasepsi mantap pada wanita atau sterilisasi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan, atau masa interval. Sesudah suatu keguguran kontrasepsi mantap pada wanita dapat langsung dilakukan. Dianjurkan agar kontrasepsi mantap pada wanita pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin. Kontrasepsi mantap pascapersalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba, infeksi dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang pada hari ke 7-10 pascapersalinan. Kontrasepsi mantap pada hari itu akan sulit dilakukan karena alat- alat genital akan menciut dan mudah berdarah Wiknjosastro. 2002.hlm.924. Universitas Sumatera Utara Persiapan pre-operatif untuk kontrasepsi mantap pada wanita, meliputi: a. Informed consent, b. Riwayat medis kesehatan yang meliputi: penyakit-penyakit pelvis, adhesi perlekatan, pernah mengalami operasi abdominal operasi pelvis, riwayat diabetes melitus, penyakit paru-paru: Asthma, bronchitis, emphysema, dan obesitas. c. Pernah mengalami problem dengan anastesi. d. Penyakit-penyakit perdarahan. e. Alergi. c. Pemeriksaan fisik. Harus meliputi kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anastesi, serta pemeriksaan kandungan untuk menemukan kelainan-kelainan seperti leiomymata dan lain-lain. d. Pemeriksaan laboraturium meliputi: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urine, dan Pap Smear Hartanto. 2004.hlm.244.

7. Keefektifan dan kegagalan kontrasepsi mantap

Kontrasepsi mantap pada wanita adalah bentuk metode kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti efektifitasnya 99,4-99,8 per 100 wanita per tahun Everett. 2007.hlm.252.

8. Cara mencapai tuba falopii

Dikemukakan beberapa teknik untuk mencapai tuba agar dapat ditutup dengan tujuan terhentinya fungsi prokreasi sebagai berikut: a. Transabdominal 1. Minilaparotomi pascapartum dan pascaabortus. 2. Minilaparotomi interval dikembangkan oleh Uchida 1961, yang dengan cepat dapat diterima di seluruh dunia. 3. Laparoskopi – dikembangkan pertama oleh Anderson 1973, menjadi populer sekitar tahun 1970, di Amerika Serikat, Prancis Palmer, dan Steptue di Inggris Manuaba. 2004.hlm.300. Universitas Sumatera Utara 1 Minilaparotomi. Minilaparotomi memanfaatkan insisi suprapubis kecil 3-5 cm menghindari intrumen-instrumen canggih dan dapat dilakukan hampir sama cepatnya dengan sterilisasi laparoskopi. Uterus dimanipulasi dari vagina agar tuba falopii mendekati insisi. Tuba dikeluarkan melalui insisi dan dilakukan pemasangan penjepit atau cincin. Cara lain, tuba dapat diligasi dengan menggunakan berbagai metode, yang sebagian besar melibatkan eksisi sebagian kecil tuba. Minilaparotomi dapat dilakukan sebagai prosedur bedah tanpa rawat inap tetapi banyak ahli bedah menganjurkan agar pasien menginap semalam di rumah sakit. 2 Laparoskopi Biasanya dilakukan anastesi umum AU, walaupun anastesi lokal AL atau spinal lebih sering digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara berkembang yang belum ada ahli anastesia. Melalui insisi sub-umbilikus kecil, trokar dan kanula dimasukkan kedalam abdomen yang telah terisi gas tersebut dan trokar diganti oleh laparoskop. Dengan sumber sinar serat optik tersambung, dilakukan inspeksi terhadap organ-organ panggul. Forseps operasi dimasukkan melalui kanula kedua yang dimasukkan melalui daerah supra pubis atau fosa iliaka. Sterilisasi dilakukan dengan diatermi atau pemasangan penjepit klip atau cincin di kedua tub. Setelah gas dikeluarkan dari rongga peritoneum, instrumen dikeluarkan dan insisi kulit ditutup dengan jahitan benang yang dapat diserap atau tidak dapat diserap, penjepit atau staples Glasier. 2005.hlm.192. Universitas Sumatera Utara b. Transvaginal 1. Kolposkopi vaginal sterilisasi dikembangkan di dunia oleh Sonnawala India dengan spekulom berbentuk ”S” dan Manuaba Indonesia dengan rektoskopi sebagai alat utama untuk mencari dan melihat tuba falopii. 2. Koldoskopi – alat laparoskopi khusus untuk sterilisasi vaginal melalui kavum Douglas. Vaginal sterilisasi ini sudah banyak tidak dilakukan lagi karena pertimbangan infeksi dan keberhasilannya yang kecil. 3.Transuterina – mempergunakan histereskopi sebagai petunjuk untuk mencari dan mengenal osteum tubae internum Manuaba. 2004.hlm.300.

9. Perkembangan teknik penutupan tuba falopii

Sejarah perkembangan untuk menutup tuba falopii agar fungsi prokreasinya dapat dihentikan, antara lain: Teknik Madlener 1919, teknik Irving 1925, teknik Pomeroy 1930, teknik Parkland 1960, teknik Uchida 1960, teknik Koroener 1960, teknik toon ring 1970, teknik Koagulasi 1970, Teknik Hulka Clip 1973, teknik NTTOT 1985, dan vasektomi tuba Manuaba 1995. Vasektomi tuba Ma tahun 1995 merupakan pengembangan teknik sebelumnya yang dinamakan ”nontraumatic tubal occlution tecnique NTTOT” yang diasampaikan pada SAC society for advancement contraception di Prancis pada tahun 1985 Manuaba. 2004. 301. Untuk lebih memahami berbagai teknik penutupan tuba, dijabarkan sebagai berikut: 1. Teknik kurnuektomi Merupakan salah satu teknik tua, yang berguna untuk menghilangkan fungsi prokreasi, caranya: kornue fundus uteri dipotong sehingga sebagian besar tuba Universitas Sumatera Utara interestitial ikut diambil, dengan demikian, fungsi prokreasinya tidak mungkin berlangsung, selanjutnya, luka insisi dijahit kembali. 2. Teknik Madlener Teknik ini dikemukakan pada taun 1919, caranya: buat loop tuba sekitar 3 cm, tuba di krus beberapa kali sehingga kanalisnya mengalami kerusakan, ikat dengan benang sutra silk yang tidak diserap, dan selanjutnya tuba tidak dipotong dan tuba yang krus dilunakkan sehingga dapat ditanamkan di mesosalping. 3. Teknik Irving Teknik ini dikemukakan pada tahun 1924, caranya: tuba dipotong 2 cm sekitar istimus, bagian proksimal ditanamkan pada uterus, dengan membuat lubang sehingga aspek penutupan fungsi prokresinya terjamin, bagian distal juga ditanamkan pada mesosalping, perdarahan dirawat, dan selanjutnya, dinding abdomen ditutup. 4. Teknik Pomeroy Teknik ini dikemukakan pada tahun 1930. teknik ini dianggap ”golden standard” dan sampai saat ini karena mudah dilakukan serta angka kegagalannya kecil, caranya: buat loop tuba sekitar 3 cm, ikat dengan catgut plain lainnya, potong diatas jahitan dan biarkan, dan dinding abdominal ditutup berlapis. 5. Teknik Parkland Teknik ini ditemukan pada tahun 1960, caranya: tuba dipegang dengan babkok, ditarik sedikit ke atas, mesosalping dibawahnya dibuka, guna memasukkan benang ikatan sebelah pada dua tempat yang dibuka, tuba antara dua ikatan dipotong, dan perdarahan dirawat dengan baik. Universitas Sumatera Utara 6. Teknik Uchida Teknik Uchida ditemukan pada tahun 1960. Dikembangkan di Jepang, caranya: buat edema artifisial dengan saline + epinefrin sehingga tuba tampak putih, tuba yang asli dikeluarkan, dipotong dan diikat de dua tempat, bagian proksimal ditanamkan dibawah mesosalping, sedangkan bagian distal di biarkan ke arah peritoneum, dan mesosalping dijahit kembali dan perdarahan dirawat. 7. Teknik kroener 1960. Teknik ini memotong fibriae sehingga kemampuan untuk ovum pick up tidak ada. Ujung ligamentum infudibulopelvikum dijahit sehingga tidak terjadi perdarahan. Perdarahan yang terjadi di rawat. 8. Teknik Yoon ring 1970 Teknik ini dikembangkan oleh In Bae Yoon dan Coy Lay 1970 di Amerika Serikat, yang merupakan pita silastik, dengan diameter ± 1 mm dan untuk menjepit loop tuba. Teknik ini banyak digunakan pada tahun 1970-1980. a. Dapat dilakukan dengan laparoskopi atau laparotomi dengan aplikatornya. Alat ini dapat menarik sekitar 3 cm, tuba yang akan mengalami ishemia dan akhirnya silastik ban dapat di pasang. b. Selanjutnya, loop akan putus bila silastik tertanam di mesosalping. 9. Teknik koagulasi Dikembangkan sekitar tahun 1970, dengan mempergunakan laparoskopi. Untuk melakukan koagulasi, dapat mempergunakan unipolar atau bipolar . Aliran listrik yang dialirkan dapat membakar koagulasi jaringan tuba dan mesosalpingnya sehingga kanalisnya tertutup. Besarnya koagulasi bergantung pada lama dan besarnya aliran listrik yang dialirkan. Universitas Sumatera Utara Perbedaan unipolar, dengan alat khusus dapat diambil sebagian tubanya terpotong, dan bila bipolar hanya menghancurkan tuba menjadi jaringan yang tidak berfungsi lagi. Akhirnya, sistem koagulasi dapat menimbulkan fistula tuba sebagai tempat masuknya spermatozoa ke dalam kavum peritonii. Dengan demikian, ada kemungkinan dapat menimbulkan kehamilan ektopik. 10. Teknik Ulka klip, caranya: Istimus dipegang dengan dua babkok. Diantara kedua babkok dipasang ulka klip dengan laparotomi. Pemasangan ulka klip dapat juga dilakukan dengan laparoskopi. Akhirnya ulka klip akan ditutup oleh jaringan mesosalping. Ditemukan juga beberapa perlengkapan dari teknik sterilisasi dengan menggunakan laparoskopi. 11. Vasektomi tuba Manuaba Pengambangan dari nontraumatic tubal occlution tecnique NTTOT yang mengeluarkan tuba dengan mempergunakan ”pean” sering menyebabkan tuba trauma-putus sehingga diganti dengan pengambilan tuba memakai ”fixing clamp alat vasektomi”. Karena berlubang saat ditutup, tuba utuh dapat dikeluarkan dan selanjutnya dilakukan sterilisasi dengan cara: diikat bersama dan dipotong, diikat terpisah dan dipotong, dilakukan koagulasi, dipasang Yoon ring, dan mesosalping tidak perlu dijahit karena lubang untuk mengeluarkan tuba cukup kecil tanpa perdarahan Manuaba. 2004.hlm.301-306. Universitas Sumatera Utara BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu tentang kontrasepsi mantap pada wanita, sebagai berikut: Variabel Independen Variabel dependen Skema.1. kerangka konsep

B. Hipotesa

Ada pengaruh pemberian penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan ibu tentang kontrasepsi mantap pada wanita. Pengaruh Penyuluhan Karakteristik ibu: - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Jumlah anak Pengetahuan Universitas Sumatera Utara

C. Defenisi operasional

N o Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1 Independen: Penyuluhan Kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan - - - - 2 Dependen : Pengetahuan ibu tentang kontrasepsi mantap pada wanita Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu mengenai kontrasepsi mantap pada wanita meliputi; pengertian, keuntungan, indikasi dan kontraindikasi Kuesioner Wawancara - Rasio 3 Umur Batas usia responden yang dihitung sejak seorang ibu lahir sampai saat ini Kuesioner Wawancara 1= 20-24 tahun 2= 25-29 tahun 3= 30-34 tahun Interval 4 Pendidikan Jenjang pendidikan formal ibu yang terakhir dan memiliki ijazah Kuesioner Wawancara 1 = SD 2 = SMP 3 = SMA 4= Diploma 5 = Sarjana Ordinal 5 Pekerjaan Sesuatu yang dilakukan responden sebagai sumber mata pencaharian. Kuesioner Wawancara 1 = Bekerja 2= Tidak bekerja Nominal 6 Jumlah anak Banyaknya jumlah anak yang dilahirkan ibu dalam satu keluarga. Kuesioner Wawancara 1 = 1 anak 2 = 2 anak 3 = 3 anak Nominal Universitas Sumatera Utara BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang

3 57 78

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan

3 77 92

Iklan Visual dan Minat Konsumsi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang)

0 31 107

Iklan Visual dan Minat Konsumsi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang)

0 10 107

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KELURAHAN KENANGAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

4 18 18

DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI TELEPON SELULER TERHADAP SIKAP SOSIAL ANAK USIA 9-12 TAHUN DI KELURAHAN KENANGAN BARU KECAMATAN PERCUT SEI TUAN.

1 12 33

PERAN KEPOLOSIAN DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DI KELURAHAN KENANGAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 24

HUBUNGAN ANTAR ETNIK DI PERMUKIMAN (SUATU STUDI KASUS DI PERUMNAS MEDAN II KELURAHAN KENANGAN BARU KECAMATAN PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG).

0 0 61

BILINGUALISME KEDWIBAHASAAN pada masyarakat 1

0 0 5

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG TUBEKTOMI PADA PASANGAN USIA SUBUR DI RW XI KELURAHAN WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Ibu tentang Tubektomi pada Pasangan Usia Subur di RW XI

0 0 13