Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sejak awal kedatangannya, perkembangan fotografi Indonesia selalu mengait dan mengalir bersama momentum politik perjalanan bangsa ini. Momentum inilah yang menentukan perkembangan medium ini dalam masyarakatnya dan, pada titik tertentu, juga turut berperan menciptakan momentum bagi masyarakatnya. Mulai dari momentum perubahan kebijakan politik kolonial, revolusi kemerdekaan, ledakan ekonomi awal 1980-an, sampai Reformasi 1998 http:fotografi. blog. gunadarma.ac.id?p=1401. Fotografi kini berkembang dan mempengaruhi hampir segala aspek kehidupan manusia. Pengaruhnya paling banyak terasa pada perkembangan media massa. Jika pada awal munculnya media massa hanya berisikan tulisan-tulisan, sekarang hampir seluruh media massa khususnya cetak dihiasi oleh foto. Berita tak hanya dapat tersampaikan dari sebuah tulisan, fotopun dapat menyampaikan sebuah berita. Tak hanya penerapannya, teknologi fotografi juga berkembang pesat. Jika melihat peristiwanya, fotografi sendiri sudah ditemukan pada sekitar tahun 1000 M. Dikatakan Al Hazen-lah yang pertama kali menemukan konsep dari fotografi. Pelajar berkebangsaan arab ini menulis bahwa citra dapat dibentuk dari sebuah cahaya yang melewati sebuah lubang kecil. Pada sekitar 400 tahun kemudian, Leonardo Da Vinci menulis fenomena yang sama. Berdasarkan penemuan Da Vinci, Battista Della Porta mempublikasikan sebuah buku yang membahas tentang Camera Obscura. Istilah ini diambil dari bahasa latin yaitu camera yang berarti kamar dan obscura yang artinya gelap. Melalui karyanya itu ia dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera. Pada awal abad ke-17 muncul sebuah penemuan menarik. Jika pada awal penemuannya lebih pada konsep fotografi yaitu proyeksi sebuah image atau citra, pada awal Universitas Sumatera Utara abad ke-17 ini ditemukan cara untuk merekam citra tersebut. Angelo Sala, seorang ilmuwan Italia, menemukan bahwa jika serbuk perak nitrat terkena cahaya maka warnanya akan berubah menjadi hitam. Namun masalah yang dihadapi Angelo adalah meskipun dapat merekam gambar dengan menggunakan serbuk itu, gambar yang terekam tidak bertahan lama. Beberapa tahun berikutnya Johann Heinrich Schulze dan Thomas wedgewood juga melakukan percobaan yang sama namun dengan hasil yang kurang memuaskan pula. Bahkan percobaan yang dilakukan oleh Schuize sendiri tidak berhubungan dengan bidang fotografi karena ia merupakan profesor farmasi dari sebuah universitas di Jerman. Perkembangan teknologi fotografi kemudian merambah ke bidang kesehatan. Pada tahun 1901, Conrad Rontgen berhasil mengembangkan teknologi fotografi sinar X untuk pemotretan tembus pandang. Karena kontribusinya di bidang kesehatan, Rontgen kemudian mendapatkan hadiah nobel bidang kesehatan dan peralatan pemotretan itu kemudian dinamai dengan nama belakangnya. Media cetak merupakan salah satu komunikasi yang menggunakan foto sebagai daya tariknya. “A picture speaks a thousand words”. Kalimat ini amat terasa kebenarannya dalam pemakaian foto sebagai alat promosi, entah itu untuk iklan media cetak, poster, brosur ataupun juga website. Pesan atau image yang ingin Anda sampaikan kepada orang lain harus terlihat dalam foto tersebut. Foto yang ‘berbicara’ akan mengangkat ciri khas produk Anda, menonjolkan kelebihannya dan menambah nilai jual. . Media massa berperan sebagai penengah dan penguhubung dalam pengertian bahwa: media massa seringkali berada diantara kita; media massa dapat saja berada diantara kita dengan institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita; media massa dapat menyediakan saluran penghubung bagi pelbagi institusi yang berbeda; media juga menyalurkan pihak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita untuk menghubungi pihak lain; media massa seringkali menyediakan baham bagi kita untuk membentuk persepsi Universitas Sumatera Utara kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta peristiwa tertentu. Melalui pengalaman langsung kita hanya mampu memperoleh sedikit pengetahuan. Media juga menerima sejumlah tanggung jawab untuk ikut aktif melibatkan diri dalam interaksi sosial dan kadang kala menunjukkan arah atau memimpin, serta berperan serta dalam menciptkan hubungan dan integrasi. Konsep media sebagai penyaring telah diakui masyarakat, karena media seringkali melakukan seleksi dan penafsiran terhadap suatu masalah yang dianggap membingungkan. Pengembangan pemanfaatan cahaya buatan untuk kegiatan fotografi seperti yang dikembangkan oleh Rotgen, juga dilakukan oleh Dr. Harold Edgerton. Dibantu oleh Gjon Mili, ia menemukan lampu yang bisa menyala mati dalam hitungan sepersekian detik. Teknologi ini sekarang dikenal dengan sebutan lampu flash blits. Pemanfaatan teknologi inframerah dalam fotografi juga banyak membantu dalam penelitian. Kabut yang semula tidak dapat ditembus cahaya, kini dapat ditembus dengan menggunakan teknologi inframerah. Sehingga pemotretan di daerah yang banyak diselimuti kabut menggunakan teknologi ini. Dikatakan bahwa perkembangan fotografi semakin pesat, seiring masuknya fotografi dalam dunia jurnalistik cetak. Pada mulanya sebuah foto hanya dapat disalin melalui lukisan tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar yang dimuat adalah gambar sebuah peristiwa kebakaran. Dan kemudian foto pengeboran minyak Shantytown karya Henry J. Newton adalah foto pertama yang dimuat oleh media cetak. Foto ini dimuat di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika pada 4 Maret 1880 http:yudhim.blogspot.com200801sejarah-fotografi.html Fotografi didatangkan sebagai bagian dari tradisi representasi visual baru yang dimungkinkan oleh teknologi kamera, dalam rangka lebih memperkenalkan tanah jajahan dan penghuninya: manusia, hewan dan tanaman. Tradisi ini kemudian berkembang sebagai dokumentasi visual yang secara sistematis mencatat properti dan wilayah pemerintah Universitas Sumatera Utara colonial, yang kemudian dipakai sebagai sertifikat keberhasilan Belanda memperadabkan tanah jajahan dan dipamerkan di berbagai ekspo kolonial dunia http: yudhim.blogspot.com200801sejarah-fotografi.html Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi berasal dari kata “foto” dan “grafi” yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya 1982: 94. Fotografi juga merupakan gambar, fotopun merupakan alat visual efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu. Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai pengatur atau perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto. Dari aspek teknik fotografi misalnya, yang dicermati adalah teknik pemotretan. Apakah cukup tajam dan fokus? Bagaimana pencahayaannya, bagaimana cropping, dan lain-lain. Dalam melakukan teknik fotografi, ada beberapa aspek yang harus dicermati, yang secara teknik sangat baik, namun lemah pada aspek aktualitas dan ekpresi, estetika dan kreativitas, sehingga kurang memberi greget pada penampilannya. Aspek-aspek tersebut antara lain Agnes: 2007. Aspek aktualitas, karena ini adalah foto jurnalistik, maka aspek ini sangat penting. Apakah momen yang dipilih cukup aktual? Apakah peristiwa yang terjadi cukup baru? Apakah isu yang dipilih masih relevan? dan lainnya. Meskipun foto itu adalah foto lepas stopper, harus selalau dapat dilihat “cantolan berita “ nya. Universitas Sumatera Utara 1. Aspek ekspresi, yang dicermati adalah, antara lain, bagaimana foto tersebut berbicara dan mnembangkitkan emosi pembacanya. Foto yang bicara, terkadang tidak perlu lagi diberi judul. Foto itu sudah langsung menggugah perasaan yang melihatnya. Inipun memerlukan kesabaran, ketelatenan, dan upaya keras . 2. Aspek estetika, yang dicermati dan dinilai adalah bagaimana foto tersebut ditampilkan dan menunjukkan dan mampu bercerita tentang peristiwa yang terjadi. Bagaimana komposisinya dapat membangkitkan sisi keindahan sebuah foto. Mengemas sebuah peristiwa melalui lensa dan warna-warna, sehingga foto itu dapat menggambar sebuah kejadian secara lengkap. 3. Aspek kreativitas, yang dicermati adalah sikap kejelian dan kegigihan fotografernya dalam menangkap sebuah peristiwa. Bagaimana memilih angle atau sudut pemotretan sehingga foto yang dihasilkan sangat unik http:www.merdeka.comberita.php?act=fullid=30kat=15. Biasanya media cetak punya fotografer sesuai bidang liputannya masing-masing. Bidang olahraga harus memotret event-event olahraga. Liputan kriminal mengambil gambar mereka yang terlibat kasus kejahatan. Bidang politik lain lagi harus meliput peristiwa politik. Semua tugas diberikan oleh atasan mereka yang disebut redaktur foto. Karena sekarang persaingan media begitu ketat maka keahlian seorang fotografer pun dituntut mampu mengambil berbagai peristiwa. Kadang seorang fotografer yang sedang bertugas di kepolisian tiba-tiba harus pindah ke gedung DPR, atau sedang berada di kantor kantor menteri harus segera ke lokasi bencana alam. Untuk meliput aktivitas presiden media cetak selalu menempatkan fotografernya sebagai wartawan istana. Sang fotografer berkantor di istana agar tak ada momen penting yang lewat, setelah seluruh kegiatan Presiden selesai sang fotografer baru boleh meninggalkan istana dan kembali ke kantor medianya. Universitas Sumatera Utara Adanya kegiatan fotografer dan hasilnya di media cetak, menimbulkan banyak apresiasi terhadap minat anak muda untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan fotografi ini. Sejak memasuki era digital, dunia fotografi telah mengalami revolusi yang sangat signifikan. Fotografi tidak lagi menjadi profesi yang hanya ditekuni oleh segelintir fotografer, namun telah menjadi salah satu profesi yang berkembang pesat, baik di dunia maupun tanah air. Fotografi telah menjadi bagian dari gaya hidup. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang cukup unik. Tidak hanya itu, fotografi juga telah menjadi salah satu hobi yang paling bergengsi dan digemari saat ini. Komunitas fotografi bermunculan di mana-mana, sehingga anak-anak muda tersebut tidak mau ketinggalan dalam kegiatan yang bergengsi dan menyenangkan. Peristiwa itu bisa dilihat dari tingginya minat para pencinta fotografi dan makin cepatnya perkembangan teknologi Suara Pembaruan Daily, 2009. Fotografi baru masuk dan berkembang di Indonesia, kira-kira setelah berkembang selama hampir satu abad di Barat, tepatnya pada seperempat akhir abad ke-19 sebagai alat dokumentasi. Dalam perjalanan perkembangan fotografi Indonesia , kini ada gejala menarik yang diperlihatkan oleh anak-anak muda di negeri ini. Semakin banyak dari mereka yang tertarik pada bidang fotografi dan berusaha mendalaminya. Kemudian semakin banyak pula sekolah atau pelatihan fotografi kursus fotografi yang mengajarkan para muridnya tentang belajar fotografi , teknik- teknik fotografi , seperti penguasaan kamera, penataan cahaya dan proses cuci cetak foto. Saat ini, seiring dengan perkembangan fotografi digital dan sosial media seperti Facebook, Friendster, blog yang pesat, banyak sekali yang ingin belajar fotografi. Orang- orang memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang ingin belajar untuk keperluan pribadi, seperti foto acara keluarga dan anak, ada juga yang untuk hobi dan sebagian lainnya untuk bekerja di bidang fotografi. Universitas Sumatera Utara Ada banyak sekolah seni bereputasi mengajar fotografi hari ini. Siswa tidak hanya belajar semua aspek teknis dari fotografi profesional, tapi juga akan belajar sejarah seni, sejarah fotografer, teori warna, dan komposisi. Kebanyakan sekolah seni dan fotografi sekolah juga termasuk kursus dalam praktik bisnis, dalam rangka untuk membuat siswanya bangun dan berjalan di karir baru sesegera mungkin. Siswa juga akan menerima bantuan dalam membuat portofolio sendiri untuk menunjukkan kepada calon pelanggan. Kebanyakan sekolah seni juga membantu mereka dalam penempatan kerja lulusannya dan konseling karier. Bagaimanapun, itu adalah untuk keuntungan mereka untuk membantu lulusannya mendapatkan pekerjaan, karena itu adalah titik program. Cara terbaik untuk mengejar karir di fotografi profesional adalah untuk mendaftar di sebuah sekolah fotografi. Salah satu sekolah fotografi terbaik yang ada di Kota Medan adalah sekolah fotografi Andi Lubis. Andi Lubis seorang fotografer yang berbasic fotografi jurnalistik. Pekerjaannya sebagai seorang redaktur di sebuah surat kabar di medan . Pengalaman sebagai seorang juru foto memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan di bidangnya. Sampai pada akhirnya beliau memutuskan untuk mendirikan sebuah kelas fotografi yang diberi nama Kelas Fotografi Andi Lubis. Kelas Fotografi Andi Lubis KFAL berdiri sejak 15 Des 2009. Sebenarnya kelas foto ini sudah ada sejak tahun 1998, tapi pada saat itu kelasnya berpindah- pindah. Selain itu ketertarikan terhadapa fotografi itu masi minim. Saat ini ada 40 orang yang sudah lulus dari Basic Intensive Class KFAL. Niatan membuat kelas ini semata ingin membuat orang dapat belajar fotografi dengan biaya terjangkau. Selain itu, menyiapkan tenaga kerja fotografi ditengah berkembangnya Industri kreatif di Indonesia . Kelas Fotografi Andi Lubis KFAL berada di galeri cinta jalan Multatuli No. 15 Medan. Kelas fotografi ini terdiri dari Basic, jurnalistik, lighting, beautyshoot, sampai kelas advance. Materi di kelas Basic antara lain pengenalan fotografi Universitas Sumatera Utara secara umum, pengetahuanteknis fotografi, bedah jenis kamera, pencahayaan, lensa dan karakternya, komposisi dan angle, praktek memotret kemudian diskusi dan evaluasi. Berdasarkan paparan di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan pembahasan masalah ini. Adapun judul yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: ”Fotografi Dan Minat Siswa Studi Korelasional Pengaruh Fotografi Di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Sekolah Fotografi Andi Lubis Medan.”

I.2 Perumusan Masalah