Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

secara umum, pengetahuanteknis fotografi, bedah jenis kamera, pencahayaan, lensa dan karakternya, komposisi dan angle, praktek memotret kemudian diskusi dan evaluasi. Berdasarkan paparan di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan pembahasan masalah ini. Adapun judul yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: ”Fotografi Dan Minat Siswa Studi Korelasional Pengaruh Fotografi Di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Sekolah Fotografi Andi Lubis Medan.”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengaruh fotografi di media cetak terhadap minat siswa di Sekolah Fotografi Andi Lubis Medan?”

I.3 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, berikut ini penulis merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya adalah agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu luas sehingga dapat menghindari kesalahpahaman. Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini menggunakan metode korelasi, yaitu metode yang bertujuan merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasihubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. 2. Penelitian ini dibatasi pada fotografi yang ada di media cetak Universitas Sumatera Utara 3. Objek penelitian ini dibatasi pada siswa dan alumni di sekolah Fotografi Andi Lubis Medan jalan Multatuli No. 15 Medan

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fotografi di media cetak terhadap minat siswa. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam bidang fotografi.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian tentang minat siswa. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam penerapan hobby fotografi pada anak muda. c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan menjadi pengetahuan bagi masyarakat yang menjadi kelompok pencinta fotografi.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan ttitik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 2001:39. Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk konsep, definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan Universitas Sumatera Utara relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6. Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan diantaranya adalah :

1.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Menurut Widjaja 1997: 8 istilah komunikasi dalam bahasa inggrisnya disebut dengan communication atau dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator. Menurut Effendy 1992: 5 komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Menurut Harold Laswell dalam Effendy, 1995: 10, komunikasi adalah who says what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima yaitu: 1. komunikator communicator, source, sender 2. pesan message 3. media channel, media 4. komunikan communicant, communicate, receiver, recipient 5. efek effect, impact, influence. Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sedangkan Carl I. Hovland menjelaskan communication is the procces by which an individual the communicator transmits stimuli usually verbal symbols to modifay the behavior of other individuals communicate. Atau komunikasi adalah proses dengan mana seorang individu komunikator mengoperkan stimuli biasanya lambang kata-kata untuk merubah tingkah laku individu lainnya komunikan. Universitas Sumatera Utara Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang komunikator kepada orang lain komunikan. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Jadi komunikasi itu akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan dengan tujuan untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku dari si komunikan. Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari: Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam penelitian ini adalah media cetak dan objeknya adalah para siswa pembaca media cetak. Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi TAN, 1981:104. Unsur komunikasi selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpakehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan. Moore dalam Rakhmat 1993:297 mengemukakan bahwa keberhasilan komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy 2000:41 mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan memenuhi syarat sebagai berikut: a. Pesan harus direncanakan b. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak Universitas Sumatera Utara c. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima 1.5.2 Media dan Media massa Beberapa asumsi dasar yang melatarbelakangi kerangka teori tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan bermakna tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan tersebut membuat kita mampu untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi kita terhadap pengalaman itu, dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu, serta menjamin kelangsungan perkembangan pengetahuan kita. Secara umum, dalam beberapa segi media massa berbeda dengan institusi pengetahuan lainnya misalnya seni, agama, pendidikan, dan lain-lain: 1. Media massa memiliki fungsi pengantar pembawa bagi segenap macam penetahuan. Jadi, media massa juga memainkan peran institusi lainnya. 2. Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkup publik; pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas, sukarela, umum dan murah. 3. Pada dasarnya hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama. Dia menjangkau lebih banyak orang daripada institusi lainnya dan sudah sejak dahulu ”mengambil alih” peran sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain. Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama masyarakat modern tidak ada yang menyangkal, menurut McQuail bukunya Mass Communication Theories 2000: 66, ada enam perspektif dalam hal melihat peran media. Pertama, melihat media massa seabagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. Universitas Sumatera Utara Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Ketiga, memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapt perhatian . Keempat, media massa acapkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternative yang beragam Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik. Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif. Menurut asumsi dasar di atas, lingkungan simbolik di sekitar informasi, gagasan, keperayaan, dan lain-lain seringkali kita ketahui melalui media massa, dan media pulalah yang dapat mengaitkan semua unsur lingkungan simbolik yang berbeda. Lingkungan simbolik itu semakin kita memiliki bersama jika kita semakin berorientasi pada sumber media yang sama. Meskipun setiap individu atau kelompok memang memiliki dunia persepsi dan pengalaman yang unik, namun mereka memerlukan kadar persepsi yang sama terhadap Universitas Sumatera Utara realitas tertentu sebagai prasyarat kehidupan sosial yang baik. Sehubungan dengan itu, sumbangan media massa dalam menciptakan persepsi demikian mungkin lebih besar daripada institusi lainnya. Peran media dalam kehidupan social bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa Afdjani: 2006.

I.5.3 Fotografi

Adi Wicaksono dalam papernya Realitas dalam makna fotografi mengatakan bahwa foto adalah representasi ulang dunia obyek atau kenyataan, menampilkan, mempersembahkan utuh kenyataan Kompas: 2001. Memang dalam segi proses karya foto dan karya seni rupa yang dihasilkan sang seniman sangat berbeda. Karya seni rupa benar-benar upaya dari sang seniman untuk dapat mentranformasikan apa yang ada baik itu abstrak perasaanemosi atau kasat mata. Seniman seni rupa lebih berperan dalam proses penciptaan karyanya dari awal hingga akhir bersinggungan langsung, ada intens kedekatan antara sang seniman dan karyanya. Seni rupa lebih bebas diekspresikan tanpa batasan-batasan, akhirnya karya seni rupapun berkembang, dari masa klasik, naturalis, ekspresionis, impresionis, dadais, suryalis, kubisme dan lain sebagainya. Sedangkan karya foto lebih kepada upaya menduplikasi Universitas Sumatera Utara kembali keadaan yang nyata ada reduplikasi kenyataan atau menyajikan kembalimempresentasikan kembali keadaan yang ada realistis kasat mata secara utuh, yang semua itu terjadi seketika. Maka karya fotogarfi seni lebih bersifat menyimbolkan apa yang diekspresikan oleh fotografer melalui subyek yang diabadikannya. Pada proses fotografi, kadang kala seorang fotografer tidak berperan penuh dari awal hingga terjadinya karya foto, kadang proses finishing seperti cuci dan cetak dikerjakan bukan oleh dirinya kecuali apabila ia pun memahami proses darkroom. Hal inilah yang kadang membuat fotografi diangap telah merusak kesenian, fotografi telah mengancam seniman seni rupa, Fotografi telah menodai kesucian kesenian dengan menghapus kesenimanan seperti yang dikatakan Rama Surya dalam Fotomedia 1996, berjudul Yang Kuat Yang Kalah selanjutnya hal sama dikemukakan oleh C.R Badcock dalam bukunya Kegilaan dan modernitas, penerbit Arcan, sejak fotografi muncul .... pelukis secara efektif menjadi musuh kultur modern dan musuh teknologi yang, dalam bentuk kamera, mengancam dan menghancurkan raison detre artistik. Selanjutnya fotografer pun dimarjinalkan dengan sebutan seniman instanmatik, tukang. Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran dari fotografi itu tak lain berarti menulis atau melukis dengan cahaya. Tentunya hal tersebut berasal dari arti kata fotografi itu sendiri yaitu berasal dari bahasa Yunani, photos cahaya dan graphos yang berarti tulisan. Melihat pengertian di atas, terlihat ada persamaan antara fotografi dan karya seni lukis atau menggambar. Yang jelas perbedaannya terletak pada media yang digunakannya. Bila dalam seni lukis yang dipakai gambar dengan menggunakan media warna cat, kuas dan kanvas. Sedangkan dalam fotografi menggunakan cahaya yang dihasilkan lewat kamera. Universitas Sumatera Utara Tanpa adanya cahaya yang masuk dan terekam di dalam kamera, sebuah karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain itu, adanya film yang terletak di dalam kamera menjadi media penyimpan cahaya tersebut. Film yang berfungsi untuk merekam gambar tersebut terdiri dari sebuah lapisan tipis. Lapisan itu mengandung emulsi peka di atas dasar yang fleksibel dan transparan. Emulsi mengandung zat perak halida, yaitu suatu senyawa kimia yang peka cahaya yang menjadi gelap jika terekspos oleh cahaya. Ketika film secara selektif terkena cahaya yang cukup maka sebuah gambar tersembunyi akan terbentuk. Tentunya gambar tersebut akan terlihat jika film yang telah digulung ke dalam selongsongnya kemudian dicuci dengan proses khusus. Salah satu teknik yang digunakan dalam fotografi adalah fotografi digital. Fotografi digital memudahkan kita memahami dunia fotografi, hasil jepretan langsung bisa di review melalui jendela LCD, sehingga kita bisa mengevaluasi hasil jepretan, karena data teknis yg berkaitan dengan Jepretan tadi terlihat dan terekam, berbeda dengan Fotografi Konvensional, dimana kita harus mencetaknya dulu baru dapat melihat, me-review dan mengevaluasi hasil jeperetan, data teknis-nya pun kita harus mencatatnya terlebih dahulu, sehingga butuh banyak biaya dan waktu yg terbuang untuk bisa memperbaiki kemampuan fotografi kita http:fotografi.blog.gunadarma.ac.id?p=1760 Aktivitas berkreasi dengan cahaya tersebut tentunya sangat berhubungan dengan pelakunya subjek dan objek yang akan direkam. Setiap pemotret mempunyai cara pandang yang berbeda tentang kondisi cuaca, pemandangan alam, tumbuhan, kehidupan hewan serta aktivitas manusia ketika melihatnya di balik lensa kamera. Cara memandang atau persepsi inilah yang kemudian direfleksikan lewat bidikan kamera. Hasilnya sebuah karya foto yang merupakan hasil ide atau konsep dari si pembuat foto. Universitas Sumatera Utara Andreas Feininger 1955 pernah menyatakan bahwa kamera hanyalah sebuah alat untuk menghasilkan karya seni. Nilai lebih dari karya seni itu dapat tergantung dari orang yang mengoperasikan kamera tersebut. Setiap orang dapat saja menjeprat-jepret dengan kamera untuk menghasilkan sebuah objek foto. Tapi tidak semua orang yang mampu memotret itu menghasilkan karya imaji yang mengesankan, sebuah foto yang sarat akan nilai di balik guratan warna dan komposisi gambarnya. Bila sebuah karya foto adalah hasil kreativitas dari si pemotret, tentu saja ada respon dari orang yang memandangnya. Almarhum Kartono Ryadi, fotografer kawakan di negeri ini pernah berkomentar, bahwa foto yang bagus adalah foto yang mempunyai daya kejut dari yang lain. Menurut Ferry Ardianto 2008 foto yang bagus adalah foto yang informatif yang mencakup konteks, konten, dan komposisi tata letak dan pencahayaan. Maksud dia, konteks berarti ada hal yang ingin divisualkan dengan jelas, misalnya tentang pemandangan. Di sisi lain, istilah content maksudnya apa yang ingin ditampilkan untuk memenuhi konteks gambar tersebut. Seiring dengan perkembangan era digital, media foto juga dilakukan dengan kamera digital. Berbeda dengan kamera konvensional, fotografi digital tidak lagi memerlukan film, kamar gelap dan aneka jenis bahan kimia untuk mencuci film. Sebagai pengganti film, di dalam kamera jenis ini dipakai alat berupa chip yang disebut charge couple device CCD untuk merekam gambar. Walaupun demikian, persepsi akan definisi dasar bahwa teknik fotografi adalah melukis dengan cahaya belum berubah. Pasalnya fotografi digital telah tercipta melalui proses kreatif manusia dengan bantuan kamera. Hukum-hukum fotografi yang mencakup pencahayaan, bukaan diagfragma, kecepatan speed dan ruang tajam depth of field, tidak mengalami perubahan. Menurut Purwanto 2008 fotografi dalam kedudukannya adalah seni yang sejajar dengan senirupa lainnya di Indonesia. Hanya saja sudah semestinya fotografi Universitas Sumatera Utara dengan segala bentuk eksplorasinya tidak boleh keluar dari batasan-batasan fotografi itu sendiri. Dalam fotografi yang bermakna seni untuk melihat, menuntut sikap pemotret untuk selalu mengasah teknik-teknik dasar fotografi itu sendiri. Elemen dasar tersebut berupa bentuk, tekstur, garis serta pola yang sangat memengaruhi imaji yang akan diabadikan. Bila elemen tersebut dikombinasikan dengan unsur komposisi, bingkai, sudut bidik serta pencahayaan yang tepat, tentunya akan menghasilkan foto yang lebih bermakna. Hasil karya seni memang relatif, bagaimana cara orang memandang, dari sudut mana. Para pembuat foto tentunya ingin orang lain menikmati dan menghargai hasil bidikannya.

I.5.4 Citra Fotografi

Ada cita rasa tertentu bila kita mengamati hasil sebuah potret. Pertama, ia membangunkan memori masa lalu kita. Kedua, kita dapat menelusuri angle atau sudut pandang si juru foto, karena sudut pandang peristiwa atau momen tertentu tentu berbeda bagi siapa saja, termasuk sudut pandang para fotografer ini. Pertimbangan ini tidak lepas dari cara seseorang memahami peristiwa, terutama dalam pameran ini adalah pada segi pertimbangan jurnalistik. Sebagai berita visual, fotografi juga konon mampu mewakili ribuan kata. Disinilah arti penting fotografi sebagai citra yang berpengaruh. Kekhasan bidang fotografi terletak pada alat bantu utamanya yaitu kamera berikut prosesnya. Sejak ditemukannya, camera obscura memang diharapkan untuk merekam realitas secara persis. Cikal kelahirannya antara lain dilatari keinginan pelukis untuk membuat gambar yang realis. Susan Sontag dalam In Plato’s Cave mengatakan bahwa fotografi seperti halnya lukisan, gambar dan tulisan adalah interpretasi dunia. Dulu kamera disambut baik oleh karena ketepatanya merekam realitas secara statis, namun pada perkembangan wacana, nampak ada debatan tentang realitas yang diabadikan. Kata kuncinya adalah fotografi bukan lagi mimetik atau tiruan dari realitas tapi hasil karya foto seperti yang dikatakan Susan Universitas Sumatera Utara Sontag adalah bentuk interpretasi dunia. Dilain hal, secara unik pameran ini memang hasil kreasi insan jurnalistik, berbeda dengan fotografi seni, yang tentunya ada pertimbangan segi estetik untuk mencapai kualitas karya yang personal.

I.5.5 Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. Teori AIDDA dalam Effendy 2003: 204 merupakan akronim dari : A : Attention Perhatian I : Interest Minat D : Disire HasratKeinginan D : Decision Keputusan A : Action Tindakan Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang terjadi pada diri khalayak komunikasi dalam menerima pesan komunikasi. Tahapan di atas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi baik komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, sebuah pesan komunikasi harus dapat menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian komunikannya. Jeffkins, 1997: 120. Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah komunikatornya. Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan suatu daya tarik pada dirinya source attractiveness yang selanjutnya dapat memancing perhatian komunikan terhadap pesan komunikasi yang disampaikannya. Namun yang harus diperhatikan juga bahwa dalam membangkitkan perhatiaan khalayak harus dihindari munculnya suatu himbauan yang negatif. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini komunikatornya adalah foto di media cetak, dan yang menjadi komunikan adalah masyarakat yang menikmati foto hasil seni fotografer di media cetak ini. Sebuah gambar di media cetak harus mampu membangkitkan perhatian pembacanya, dalam hal ini media cetak harus mampu membangkitkan perhatian pembaca sehingga akan muncul minat dalam diri khalayak untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang foto tersebut. Selanjutnya minat akan melahirkan rasa inginhasrat untuk melakukan seperti yang disampaikan oleh foto tersebut. Berdasarkan teori AIDDA, penelitian ini hanya sampai pada tahap Desire hasratkeinginan, tidak sampai pada tahap Decision Keputusan dan tahap Action tindakan, karena hal yang diteliti dalam penelitian ini adalah minat untuk belajar fotografi.

I.5.6 Minat

Seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah laku komunikan apabila antara mereka merasa adanya persamaan. Oleh karena itu, seorang komunikator harus dapat membangkitkan perhatian komunikan sehingga diantar mereka timbul persamaan makna akan suatu hal yang akan menjadi langkah awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian telah dibangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya menumbuhkan minat. Minat adalah keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang sangat kuat terhadap sesuatu. Minat adalah sikap yang menimbulkan perhatian, rasa ingin tahu lebih rinci dalam diri seseorang, dan adanya keinginan hasrat untuk melakukan sesuatu yang muncul akibat adanya objek tertentu. Minat adalah rasa sukasenang dan rasa tertarik pada suatu objek atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh dan biasanya ada kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi itu Pandji, 1995: 9. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Hurlock 1978: 115, minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Menurut Andi 1982: 62, minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan- kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Menurut Effendi 2003: 103, minat merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu yang telah menarik perhatiannya.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat krtitis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa Nawawi, 2001 : 40. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas, yaitu sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain Nawawi, 2001: 56. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah fotografi di media cetak 2. Variabel Terikat, yaitu sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas Nawawi, 2001: 57. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah minat siswa. Universitas Sumatera Utara 3. Variabel Antara, berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut. Variabel Antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

I.7 Model Teoritis