Fotografi Dan Minat Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Fotografi di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis Medan)

(1)

FOTOGRAFI DAN MINAT SISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Fotografi di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh

Anggina Masdalifah

060904102

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Fotografi dan Minat Siswa (Studi korelasional Pengaruh Fotografi di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis Medan) yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fotografi di media cetak terhadap minat siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis.

Adapun teori yang dianggap relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Media Massa, Fotografi, Citra Fotografi, Teori AIDDA dan Minat. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni meneliti sejauh mana hubungan antara fotografi di media cetak terhadap minat siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas Fotografi Andi Lubis dari 7 angkatan yang berbeda. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto. Karena jumlah populasi tidak sampai 100 orang maka teknik penarikan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah besarnya populasi.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field

Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank

Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam

penelitian ini digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara fotografi di media cetak terhadap minat siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis.


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis

dapat menyelesikan skripsi yang berjudul ”Fotografi dan Minat Siswa (Studi Korelasional

Pengaruh Fotografi di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir perkuliahan penulis sebagai syarat pendidikan Strata Satu

(S-1). Penulis berharap kedepannya skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dalam

mengembangkan penulisan. Tentunya skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis senantiasa mengharapkan gagasan baru, kritik serta saran yang

membangun demi perbaikan ke depan.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak yang tanpa itu semua kemungkinan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan

dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, Ayahanda Ir. H. Makmur dan Ibunda Hj. Ernawati Batubara. Terima

kasih atas kasih sayang, doa, dukungan moral dan material yang telah diberikan.

Terima kasih utuk semua dorongan dan semangat yang diberikan dan mohon maaf

yang sebesar-besarnya atas penantianmu selama ini.

2. Hj fauziah Nst atas motivasi nya agar segera menyelesaikan studi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku Dekan FISIP USU.

4. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

5. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.si selaku Sekretaris Departemen Ilmu komunikasi yang

telah banyak membantu penulis selama selama proses pengerjaan skripsi.

6. Bang Haris Wijaya S.sos M.comm selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali


(4)

kasih telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan

saran-saran sekaligus masukan yang sangat berarti.

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik yang telah memberikan pengetahuan

dan ilmu yang berharga.

8. Seluruh pegawai dan staf Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kak Ros, Bang Ria, Kak cut,Kak

Maya, Bang Udin dan staf lainnya di Departemen Ilmu komunikasi.

9. Bang Andi Lubis, Bang Ical dan seluruh staf kelas Fotografi Andi Lubis yang sudah

mau membantu peneliti mendapatkan data-data. Terima kasih atas waktunya dan maaf

karena penulis sudah banyak merepotkan selama beberapa bulan terakhir.

10. Seluruh alumni Kelas Fotografi Andi Lubis karena terlah bersedia menjadi objek

penelitian penulis.

11. Sahabat-sahabat penulis M. Gizhan Tamimi S.sos, Delvin Hamonangan Pasaribu SE,

Khairuna Malik SH atas motivasinya agar penulis terus bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk semua saran, nasihat dan semangatnya.

12.Teman-teman angkatan 2006 terutama Bayu Azhari, Putri Wulandari, Pradhani

syahvitri, Ade Ardianta Harahap, Ryan A Juskal, Bayu Juliandra. Terima kasih atas

kebersamaannya selama ini. Semua canda tawa, suka duka yang pernah kita lewati

bersama adalah kenangan terbaik yang pernah penulis punya.

13.Teman seperjuangan Putri Dwi Wulandari atas kebersamaan kita sejak seminar

proposal sampai skripsi ini selesai. Terima kasih untuk suka duka yang telah kita

lewati bersama.

14.Adik-adik angkatan 2007, 2008 khususnya Minarni Subianto, Nurzakia, dan Firda

yang telah banyak membantu penulis selama ini. Terima kasih untuk


(5)

15.Pihak lain yang namanya tidak tersebut di atas terima kasih atas motivasi, dorongan,

dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan membuka khazanah berfikir

kita mengenai fotografi.

Medan, Desember 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 9

I.3 Pembatasan Masalah ... 10

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

I.5 Kerangka Teori ... 11

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 11

I.5.2 Media dan Media Massa ... 14

I.5.3 Fotografi ... 16

I.5.4 Citra Fotografi ... 21

I.5.5 Teori AIDDA ... 22

I.5.6 Minat ... 23

I.6 Kerangka Konsep ... 24

I.7 Model Teoritis ... 26

I.8 Variabel Operasional ... 26

I.9 Defenisi Operasional ... 27

I.10 Hipotesis ... 30

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Pengertian Komunikasi ... 31

II.2 Komunikasi Massa ... 33

II.3 Media dan Media Massa ... 37

II.4 Fotografi ... 40

II.4.1 Pengertian Fotografi ... 40

II.4.2 Komposisi Fotografi ... 42


(7)

II.5 Citra Fotografi ... 49

II.6 Teori AIDDA ... 51

II.7 Minat ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1.1 Sejarah Perkembangan Kelas Fotografi Andi Lubis ... 57

III.1.2 Struktur Pengurus Kelas Fotografi Andi Lubis ... 58

III.2 Metode Penelitian ... 59

III.3 Populasi dan Sampel ... 59

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 60

III.5 Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 64

IV.1.1 Tahap Awal ... 64

IV.1.2 Pengumpulan Data ... 64

IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 65

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 66

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 66

IV.3.2 Fotografi ... 70

IV.3.3 Minat Siswa ... 84

IV.4 Analisis Tabel Silang ... 99

IV.5 Uji Hipotesa ... 104

IV.6 Pembahasan ... 106

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 109

V.2 Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

I.1 Variabel Operasional ... 27

II.1 AIDDA ... 54

IV.1 Usia ... 66

IV.2 Jenis Kelamin ... 67

IV.3 Pendidikan ... 67

IV.4 Pekerjaan ... 68

IV.5 Uang saku/penghasilan ... 69

IV.6 Teknik Pencahayaan Foto ... 70

IV.7 Bagian yang disukai dalam media cetak ... 71

IV.8 Jenis foto yang lebih disukai ... 72

IV.9 Foto yang ditampilkan menarik ... 73

IV.10 Ukuran foto disukai ... 74

IV.11 Komposisi foto ... 75

IV.12 Ketajaman fokus foto ... 76

IV.13 Foto yang ditampilkan relevan dengan topik ... 77

IV.14 Ketertarikan terhadap layout ... 78

IV.15 Foto yang disukai ... 79

IV.16 Keinginan menampilkan foto sendiri ... 80

IV.17 Pencahayaan foto yang paling disukai ... 81

IV.18 Ilmu fotografi penting ... 82

IV.19 Ketertarikan dengan pengetahuan tentang fotografi ... 83

IV.20 Minat untuk belajar fotografi ... 84

IV.21 Sumber Kelas Fotografi Andi Lubis ... 85

IV.22 Keseringan mencari hal yang bersifat pengetahuan fotografi .. 86

IV.23 Alasan belajar fotografi ... 87

IV.24 Keputusan mengambil kelas fotografi sudah tepat ... 88

IV.25 Tindakan belajar fotografi merupakan tindakan tepat ... 89

IV.26 Hasil foto di media cetak menambah motivasi belajar ... 90

IV.27 Kemampuan mengikuti materi yang diajarkan di KFAL ... 91

IV.28 Pengajar menguasai materi ... 92

IV.29 Kemampuan fotografi dapat dikembangkan ... 93

IV.30 Memiliki kemampuan memadai di bidang fotografi ... 94

IV.31 Mengikuti seluruh pelajaran ... 95

IV.32 Perasaan bahwa mampu menguasai bidang fotografi ... 96

IV.33 Pengetahuan fotografi sebelum bergabung di KFAL ... 97

IV.34 Keyakinan menguasai fotografi jika mengikuti semua materi . 98 IV.35 Hubungan antara foto yang ditampilkan menarik dan hasil di media cetak menambah motivasi belajar ... 100

IV.36 Hubungan antara keinginan menampilkan foto sendiri dan memiliki kemampuan di bidang fotografi ... 101

IV.37 Hubungan ketertarikan dengan pengetahuan tentang fotografi dan kemampuan fotografi dapat dikembangkan ... 102

IV.38 Hasil Uji Korelasi Spearman ... 104


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

I.1 Model Teoritis ... 26 II.1 Skema AIDDA ... 52


(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Fotografi dan Minat Siswa (Studi korelasional Pengaruh Fotografi di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis Medan) yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fotografi di media cetak terhadap minat siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis.

Adapun teori yang dianggap relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Media Massa, Fotografi, Citra Fotografi, Teori AIDDA dan Minat. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni meneliti sejauh mana hubungan antara fotografi di media cetak terhadap minat siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas Fotografi Andi Lubis dari 7 angkatan yang berbeda. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto. Karena jumlah populasi tidak sampai 100 orang maka teknik penarikan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah besarnya populasi.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field

Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank

Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam

penelitian ini digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara fotografi di media cetak terhadap minat siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis.


(11)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Sejak awal kedatangannya, perkembangan fotografi Indonesia selalu mengait dan

mengalir bersama momentum politik perjalanan bangsa ini. Momentum inilah yang

menentukan perkembangan medium ini dalam masyarakatnya dan, pada titik tertentu, juga

turut berperan menciptakan momentum bagi masyarakatnya. Mulai dari momentum

perubahan kebijakan politik kolonial, revolusi kemerdekaan, ledakan ekonomi awal 1980-an,

sampai Reformasi 1998 (http://fotografi. blog. gunadarma.ac.id/?p=1401).

Fotografi kini berkembang dan mempengaruhi hampir segala aspek kehidupan

manusia. Pengaruhnya paling banyak terasa pada perkembangan media massa. Jika pada awal

munculnya media massa hanya berisikan tulisan-tulisan, sekarang hampir seluruh media

massa khususnya cetak dihiasi oleh foto. Berita tak hanya dapat tersampaikan dari sebuah

tulisan, fotopun dapat menyampaikan sebuah berita.

Tak hanya penerapannya, teknologi fotografi juga berkembang pesat. Jika melihat

peristiwanya, fotografi sendiri sudah ditemukan pada sekitar tahun 1000 M. Dikatakan Al

Hazen-lah yang pertama kali menemukan konsep dari fotografi. Pelajar berkebangsaan arab

ini menulis bahwa citra dapat dibentuk dari sebuah cahaya yang melewati sebuah lubang

kecil. Pada sekitar 400 tahun kemudian, Leonardo Da Vinci menulis fenomena yang sama.

Berdasarkan penemuan Da Vinci, Battista Della Porta mempublikasikan sebuah buku yang

membahas tentang Camera Obscura. Istilah ini diambil dari bahasa latin yaitu camera yang

berarti kamar dan obscura yang artinya gelap. Melalui karyanya itu ia dianggap sebagai

penemu prinsip kerja kamera.

Pada awal abad ke-17 muncul sebuah penemuan menarik. Jika pada awal


(12)

abad ke-17 ini ditemukan cara untuk merekam citra tersebut. Angelo Sala, seorang ilmuwan

Italia, menemukan bahwa jika serbuk perak nitrat terkena cahaya maka warnanya akan

berubah menjadi hitam. Namun masalah yang dihadapi Angelo adalah meskipun dapat

merekam gambar dengan menggunakan serbuk itu, gambar yang terekam tidak bertahan

lama. Beberapa tahun berikutnya Johann Heinrich Schulze dan Thomas wedgewood juga

melakukan percobaan yang sama namun dengan hasil yang kurang memuaskan pula. Bahkan

percobaan yang dilakukan oleh Schuize sendiri tidak berhubungan dengan bidang fotografi

karena ia merupakan profesor farmasi dari sebuah universitas di Jerman.

Perkembangan teknologi fotografi kemudian merambah ke bidang kesehatan. Pada

tahun 1901, Conrad Rontgen berhasil mengembangkan teknologi fotografi sinar X untuk

pemotretan tembus pandang. Karena kontribusinya di bidang kesehatan, Rontgen kemudian

mendapatkan hadiah nobel bidang kesehatan dan peralatan pemotretan itu kemudian dinamai

dengan nama belakangnya.

Media cetak merupakan salah satu komunikasi yang menggunakan foto sebagai daya

tariknya. “A picture speaks a thousand words”. Kalimat ini amat terasa kebenarannya dalam

pemakaian foto sebagai alat promosi, entah itu untuk iklan media cetak, poster, brosur

ataupun juga website. Pesan atau image yang ingin Anda sampaikan kepada orang lain harus

terlihat dalam foto tersebut. Foto yang ‘berbicara’ akan mengangkat ciri khas produk Anda,

menonjolkan kelebihannya dan menambah nilai jual.

. Media massa berperan sebagai penengah dan penguhubung dalam pengertian bahwa:

media massa seringkali berada diantara kita; media massa dapat saja berada diantara kita

dengan institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita; media massa dapat

menyediakan saluran penghubung bagi pelbagi institusi yang berbeda; media juga

menyalurkan pihak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita untuk menghubungi


(13)

kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta peristiwa tertentu. Melalui pengalaman

langsung kita hanya mampu memperoleh sedikit pengetahuan.

Media juga menerima sejumlah tanggung jawab untuk ikut aktif melibatkan diri

dalam interaksi sosial dan kadang kala menunjukkan arah atau memimpin, serta berperan

serta dalam menciptkan hubungan dan integrasi. Konsep media sebagai penyaring telah

diakui masyarakat, karena media seringkali melakukan seleksi dan penafsiran terhadap suatu

masalah yang dianggap membingungkan.

Pengembangan pemanfaatan cahaya buatan untuk kegiatan fotografi seperti yang

dikembangkan oleh Rotgen, juga dilakukan oleh Dr. Harold Edgerton. Dibantu oleh Gjon

Mili, ia menemukan lampu yang bisa menyala mati dalam hitungan sepersekian detik.

Teknologi ini sekarang dikenal dengan sebutan lampu flash (blits). Pemanfaatan teknologi

inframerah dalam fotografi juga banyak membantu dalam penelitian. Kabut yang semula

tidak dapat ditembus cahaya, kini dapat ditembus dengan menggunakan teknologi

inframerah. Sehingga pemotretan di daerah yang banyak diselimuti kabut menggunakan

teknologi ini. Dikatakan bahwa perkembangan fotografi semakin pesat, seiring masuknya

fotografi dalam dunia jurnalistik cetak. Pada mulanya sebuah foto hanya dapat disalin melalui

lukisan tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar adalah The Daily Graphic pada 16

April 1877. Gambar yang dimuat adalah gambar sebuah peristiwa kebakaran. Dan kemudian

foto pengeboran minyak Shantytown karya Henry J. Newton adalah foto pertama yang

dimuat oleh media cetak. Foto ini dimuat di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika

pada 4 Maret 1880 (http://yudhim.blogspot.com/2008/01/sejarah-fotografi.html)

Fotografi didatangkan sebagai bagian dari tradisi representasi visual baru yang

dimungkinkan oleh teknologi kamera, dalam rangka lebih memperkenalkan tanah jajahan dan

penghuninya: manusia, hewan dan tanaman. Tradisi ini kemudian berkembang sebagai


(14)

colonial, yang kemudian dipakai sebagai sertifikat keberhasilan Belanda memperadabkan

tanah jajahan dan dipamerkan di berbagai ekspo kolonial dunia ((http://

yudhim.blogspot.com/2008/01/sejarah-fotografi.html)

Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi berasal dari

kata “foto” dan “grafi” yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut:

foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah

menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan

cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya (1982: 94).

Fotografi juga merupakan gambar, fotopun merupakan alat visual efektif yang dapat

menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu

yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu

berlalu.

Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi. Komunikasi yang

dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai

pengatur atau perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media

foto. Dari aspek teknik fotografi misalnya, yang dicermati adalah teknik pemotretan. Apakah

cukup tajam dan fokus? Bagaimana pencahayaannya, bagaimana cropping, dan lain-lain.

Dalam melakukan teknik fotografi, ada beberapa aspek yang harus dicermati, yang secara

teknik sangat baik, namun lemah pada aspek aktualitas dan ekpresi, estetika dan kreativitas,

sehingga kurang memberi greget pada penampilannya. Aspek-aspek tersebut antara lain

(Agnes: 2007).

Aspek aktualitas, karena ini adalah foto jurnalistik, maka aspek ini sangat penting.

Apakah momen yang dipilih cukup aktual? Apakah peristiwa yang terjadi cukup baru?

Apakah isu yang dipilih masih relevan? dan lainnya. Meskipun foto itu adalah foto lepas


(15)

1. Aspek ekspresi, yang dicermati adalah, antara lain, bagaimana foto tersebut berbicara

dan mnembangkitkan emosi pembacanya. Foto yang bicara, terkadang tidak perlu lagi

diberi judul. Foto itu sudah langsung menggugah perasaan yang melihatnya. Inipun

memerlukan kesabaran, ketelatenan, dan upaya keras .

2. Aspek estetika, yang dicermati dan dinilai adalah bagaimana foto tersebut ditampilkan

dan menunjukkan dan mampu bercerita tentang peristiwa yang terjadi. Bagaimana

komposisinya dapat membangkitkan sisi keindahan sebuah foto. Mengemas sebuah

peristiwa melalui lensa dan warna-warna, sehingga foto itu dapat menggambar sebuah

kejadian secara lengkap.

3. Aspek kreativitas, yang dicermati adalah sikap kejelian dan kegigihan fotografernya

dalam menangkap sebuah peristiwa. Bagaimana memilih angle atau sudut pemotretan

sehingga foto yang dihasilkan sangat unik

(http://www.merdeka.com/berita.php?act=full&id=30&kat=15).

Biasanya media cetak punya fotografer sesuai bidang liputannya masing-masing.

Bidang olahraga harus memotret event-event olahraga. Liputan kriminal mengambil gambar

mereka yang terlibat kasus kejahatan. Bidang politik lain lagi harus meliput peristiwa politik.

Semua tugas diberikan oleh atasan mereka yang disebut redaktur foto.

Karena sekarang persaingan media begitu ketat maka keahlian seorang fotografer pun

dituntut mampu mengambil berbagai peristiwa. Kadang seorang fotografer yang sedang

bertugas di kepolisian tiba-tiba harus pindah ke gedung DPR, atau sedang berada di kantor

kantor menteri harus segera ke lokasi bencana alam. Untuk meliput aktivitas presiden media

cetak selalu menempatkan fotografernya sebagai wartawan istana. Sang fotografer berkantor

di istana agar tak ada momen penting yang lewat, setelah seluruh kegiatan Presiden selesai


(16)

Adanya kegiatan fotografer dan hasilnya di media cetak, menimbulkan banyak

apresiasi terhadap minat anak muda untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan fotografi ini.

Sejak memasuki era digital, dunia fotografi telah mengalami revolusi yang sangat signifikan.

Fotografi tidak lagi menjadi profesi yang hanya ditekuni oleh segelintir fotografer, namun

telah menjadi salah satu profesi yang berkembang pesat, baik di dunia maupun tanah air.

Fotografi telah menjadi bagian dari gaya hidup. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang

cukup unik. Tidak hanya itu, fotografi juga telah menjadi salah satu hobi yang paling

bergengsi dan digemari saat ini. Komunitas fotografi bermunculan di mana-mana, sehingga

anak-anak muda tersebut tidak mau ketinggalan dalam kegiatan yang bergengsi dan

menyenangkan. Peristiwa itu bisa dilihat dari tingginya minat para pencinta fotografi dan

makin cepatnya perkembangan teknologi (Suara Pembaruan Daily, 2009).

Fotografi baru masuk dan berkembang di Indonesia, kira-kira setelah berkembang

selama hampir satu abad di Barat, tepatnya pada seperempat akhir abad ke-19 sebagai alat

dokumentasi. Dalam perjalanan perkembangan

yang diperlihatkan oleh anak-anak muda di negeri ini. Semakin banyak dari mereka yang

tertarik pada bidang fotografi dan berusaha mendalaminya. Kemudian semakin banyak pula

sekolah at

proses cuci cetak foto.

Saat ini, seiring dengan perkembangan fotografi digital dan sosial media seperti

Facebook, Friendster, blog yang pesat, banyak sekali yang ingin belajar fotografi.

Orang-orang memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang ingin belajar untuk keperluan pribadi,

seperti foto acara keluarga dan anak, ada juga yang untuk hobi dan sebagian lainnya untuk


(17)

Ada banyak sekolah seni bereputasi mengajar fotografi hari ini. Siswa tidak hanya

belajar semua aspek teknis dari fotografi profesional, tapi juga akan belajar sejarah seni,

sejarah fotografer, teori warna, dan komposisi. Kebanyakan sekolah seni dan fotografi

sekolah juga termasuk kursus dalam praktik bisnis, dalam rangka untuk membuat siswanya

bangun dan berjalan di karir baru sesegera mungkin.

Siswa juga akan menerima bantuan dalam membuat portofolio sendiri untuk

menunjukkan kepada calon pelanggan. Kebanyakan sekolah seni juga membantu mereka

dalam penempatan kerja lulusannya dan konseling karier. Bagaimanapun, itu adalah untuk

keuntungan mereka untuk membantu lulusannya mendapatkan pekerjaan, karena itu adalah

titik program. Cara terbaik untuk mengejar karir di fotografi profesional adalah untuk

mendaftar di sebuah sekolah fotografi. Salah satu sekolah fotografi terbaik yang ada di Kota

Medan adalah sekolah fotografi Andi Lubis.

Andi Lubis seorang fotografer yang berbasic fotografi jurnalistik. Pekerjaannya

sebagai seorang redaktur di sebuah surat kabar di medan . Pengalaman sebagai seorang juru

foto memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan di bidangnya. Sampai pada akhirnya

beliau memutuskan untuk mendirikan sebuah kelas fotografi yang diberi nama Kelas

Fotografi Andi Lubis. Kelas Fotografi Andi Lubis (KFAL) berdiri sejak 15 Des 2009.

Sebenarnya kelas foto ini sudah ada sejak tahun 1998, tapi pada saat itu kelasnya

berpindah-pindah. Selain itu ketertarikan terhadapa fotografi itu masi minim. Saat ini ada 40 orang

yang sudah lulus dari Basic Intensive Class KFAL.

Niatan membuat kelas ini semata ingin membuat orang dapat belajar fotografi dengan

biaya terjangkau. Selain itu, menyiapkan tenaga kerja fotografi ditengah berkembangnya

Industri kreatif di Indonesia . Kelas Fotografi Andi Lubis (KFAL) berada di galeri cinta jalan

Multatuli No. 15 Medan. Kelas fotografi ini terdiri dari Basic, jurnalistik, lighting,


(18)

secara umum, pengetahuan/teknis fotografi, bedah jenis kamera, pencahayaan, lensa dan

karakternya, komposisi dan angle, praktek memotret kemudian diskusi dan evaluasi.

Berdasarkan paparan di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

dan pembahasan masalah ini. Adapun judul yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:

”Fotografi Dan Minat Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Fotografi Di Media Cetak

Terhadap Minat Siswa di Sekolah Fotografi Andi Lubis Medan).”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan permasalahan

dari penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengaruh fotografi di media cetak terhadap minat

siswa di Sekolah Fotografi Andi Lubis Medan?”

I.3 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, berikut ini penulis

merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya adalah agar permasalahan

yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu luas sehingga dapat menghindari

kesalahpahaman.

Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini menggunakan metode korelasi, yaitu metode yang bertujuan merupakan

teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan

antara satu variabel dengan variabel lainnya.


(19)

3. Objek penelitian ini dibatasi pada siswa dan alumni di sekolah Fotografi Andi Lubis

Medan jalan Multatuli No. 15 Medan

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fotografi di media cetak terhadap minat siswa.

b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam bidang fotografi.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian tentang minat siswa.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam penerapan hobby fotografi pada anak muda.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan menjadi pengetahuan bagi masyarakat yang menjadi kelompok pencinta fotografi.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan ttitik tolak atau landasan berpikir dalam

memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan

disoroti (Nawawi, 2001:39).

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan


(20)

relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat,

2004:6). Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan diantaranya adalah :

1.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Menurut Widjaja (1997: 8) istilah komunikasi dalam bahasa inggrisnya disebut

dengan communication atau dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau

pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan

melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.

Menurut Effendy (1992: 5) komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat,

atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.

Menurut Harold Laswell (dalam Effendy, 1995: 10), komunikasi adalah who says

what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam

komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima yaitu:

1. komunikator (communicator, source, sender)

2. pesan (message)

3. media (channel, media)

4. komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)

5. efek (effect, impact, influence).

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian

pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Sedangkan Carl I. Hovland menjelaskan communication is the procces by which an

individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modifay the behavior of other individuals (communicate). Atau komunikasi adalah proses dengan mana

seorang individu (komunikator) mengoperkan stimuli (biasanya lambang kata-kata) untuk


(21)

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan

oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan

gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa

keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya

yang timbul dari lubuk hati. Jadi komunikasi itu akan berhasil apabila pesan yang

disampaikan oleh komunikator tersebut menimbulkan dampak atau efek tertentu pada

komunikan dengan tujuan untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku

dari si komunikan.

Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi.

Unsur komunikasi terdiri dari: Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut

komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam

penelitian ini adalah media cetak dan objeknya adalah para siswa pembaca media cetak.

Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan dalam

membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain. Kemampuan komunikator mencakup

keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi ( TAN, 1981:104).

Unsur komunikasi selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu unsur

penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpakehadiran pesan, proses komunikasi

tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti,

dan dapat diterima komunikan. Moore dalam Rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa

keberhasilan komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy (2000:41)

mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Pesan harus direncanakan


(22)

c. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima

1.5.2 Media dan Media massa

Beberapa asumsi dasar yang melatarbelakangi kerangka teori tersebut adalah sebagai

berikut. Pertama, institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi

pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan bermakna

tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan tersebut membuat kita mampu

untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi kita terhadap pengalaman

itu, dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu, serta menjamin kelangsungan

perkembangan pengetahuan kita. Secara umum, dalam beberapa segi media massa berbeda

dengan institusi pengetahuan lainnya (misalnya seni, agama, pendidikan, dan lain-lain):

1. Media massa memiliki fungsi pengantar (pembawa) bagi segenap macam penetahuan.

Jadi, media massa juga memainkan peran institusi lainnya.

2. Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkup publik; pada dasarnya

media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas,

sukarela, umum dan murah.

3. Pada dasarnya hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama.

Dia menjangkau lebih banyak orang daripada institusi lainnya dan sudah sejak dahulu

”mengambil alih” peran sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain. Peran media massa dalam

kehidupan sosial, terutama masyarakat modern tidak ada yang menyangkal, menurut

McQuail bukunya Mass Communication Theories (2000: 66), ada enam perspektif dalam hal

melihat peran media. Pertama, melihat media massa seabagai window on event and

experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa

yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui


(23)

Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia,

yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak

“bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai

keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai

refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka.

Ketiga, memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi

berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi

atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak

“dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapt perhatian .

Keempat, media massa acapkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau

alternative yang beragam

Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai

informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan

umpan balik.

Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu

lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya

komunikasi interaktif.

Menurut asumsi dasar di atas, lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan,

keperayaan, dan lain-lain) seringkali kita ketahui melalui media massa, dan media pulalah

yang dapat mengaitkan semua unsur lingkungan simbolik yang berbeda. Lingkungan

simbolik itu semakin kita memiliki bersama jika kita semakin berorientasi pada sumber

media yang sama. Meskipun setiap individu atau kelompok memang memiliki dunia persepsi


(24)

realitas tertentu sebagai prasyarat kehidupan sosial yang baik. Sehubungan dengan itu,

sumbangan media massa dalam menciptakan persepsi demikian mungkin lebih besar daripada

institusi lainnya.

Peran media dalam kehidupan social bukan sekedar sarana diversion, pelepas

ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang

signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya,

sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi

sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya

mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah

dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu.

Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas.

Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa

(Afdjani: 2006).

I.5.3 Fotografi

Adi Wicaksono dalam papernya "Realitas dalam makna fotografi" mengatakan bahwa

foto adalah representasi ulang dunia obyek atau kenyataan, menampilkan, mempersembahkan

utuh kenyataan (Kompas: 2001). Memang dalam segi proses karya foto dan karya seni rupa

yang dihasilkan sang seniman sangat berbeda. Karya seni rupa benar-benar upaya dari sang

seniman untuk dapat mentranformasikan apa yang ada baik itu abstrak (perasaan/emosi) atau

kasat mata. Seniman seni rupa lebih berperan dalam proses penciptaan karyanya dari awal

hingga akhir (bersinggungan langsung), ada intens kedekatan antara sang seniman dan

karyanya.

Seni rupa lebih bebas diekspresikan tanpa batasan-batasan, akhirnya karya seni

rupapun berkembang, dari masa klasik, naturalis, ekspresionis, impresionis, dadais, suryalis,


(25)

kembali keadaan yang nyata ada (reduplikasi kenyataan) atau menyajikan

kembali/mempresentasikan kembali keadaan yang ada (realistis) kasat mata secara utuh, yang

semua itu terjadi seketika. Maka karya fotogarfi seni lebih bersifat menyimbolkan apa yang

diekspresikan oleh fotografer melalui subyek yang diabadikannya.

Pada proses fotografi, kadang kala seorang fotografer tidak berperan penuh dari awal

hingga terjadinya karya foto, kadang proses finishing seperti cuci dan cetak dikerjakan bukan

oleh dirinya (kecuali apabila ia pun memahami proses darkroom). Hal inilah yang kadang

membuat fotografi diangap telah merusak kesenian, fotografi telah mengancam seniman seni

rupa, "Fotografi telah menodai kesucian kesenian dengan menghapus kesenimanan"

seperti yang dikatakan Rama Surya dalam Fotomedia (1996), berjudul Yang Kuat Yang

Kalah selanjutnya hal sama dikemukakan oleh C.R Badcock dalam bukunya "Kegilaan dan modernitas", penerbit Arcan, "sejak fotografi muncul .... pelukis secara efektif menjadi musuh kultur modern dan musuh teknologi yang, dalam bentuk kamera, mengancam dan menghancurkan raison d'etre artistik". Selanjutnya fotografer pun dimarjinalkan dengan

sebutan seniman instanmatik, tukang.

Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau proses

penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran dari fotografi itu tak lain

berarti "menulis atau melukis dengan cahaya". Tentunya hal tersebut berasal dari arti kata

fotografi itu sendiri yaitu berasal dari bahasa Yunani, photos (cahaya) dan graphos yang

berarti tulisan.

Melihat pengertian di atas, terlihat ada persamaan antara fotografi dan karya seni

lukis atau menggambar. Yang jelas perbedaannya terletak pada media yang digunakannya.

Bila dalam seni lukis yang dipakai gambar dengan menggunakan media warna (cat), kuas dan


(26)

Tanpa adanya cahaya yang masuk dan terekam di dalam kamera, sebuah karya seni fotografi

tidak akan tercipta.

Selain itu, adanya film yang terletak di dalam kamera menjadi media penyimpan

cahaya tersebut. Film yang berfungsi untuk merekam gambar tersebut terdiri dari sebuah

lapisan tipis. Lapisan itu mengandung emulsi peka di atas dasar yang fleksibel dan

transparan. Emulsi mengandung zat perak halida, yaitu suatu senyawa kimia yang peka

cahaya yang menjadi gelap jika terekspos oleh cahaya. Ketika film secara selektif terkena

cahaya yang cukup maka sebuah gambar tersembunyi akan terbentuk. Tentunya gambar

tersebut akan terlihat jika film yang telah digulung ke dalam selongsongnya kemudian dicuci

dengan proses khusus.

Salah satu teknik yang digunakan dalam fotografi adalah fotografi digital. Fotografi

digital memudahkan kita memahami dunia fotografi, hasil jepretan langsung bisa di review

melalui jendela LCD, sehingga kita bisa mengevaluasi hasil jepretan, karena data teknis yg

berkaitan dengan Jepretan tadi terlihat dan terekam, berbeda dengan Fotografi Konvensional,

dimana kita harus mencetaknya dulu baru dapat melihat, me-review dan mengevaluasi hasil

jeperetan, data teknis-nya pun kita harus mencatatnya terlebih dahulu, sehingga butuh banyak

biaya dan waktu yg terbuang untuk bisa memperbaiki kemampuan fotografi kita

(http://fotografi.blog.gunadarma.ac.id/?p=1760)

Aktivitas berkreasi dengan cahaya tersebut tentunya sangat berhubungan dengan

pelakunya (subjek) dan objek yang akan direkam. Setiap pemotret mempunyai cara pandang

yang berbeda tentang kondisi cuaca, pemandangan alam, tumbuhan, kehidupan hewan serta

aktivitas manusia ketika melihatnya di balik lensa kamera. Cara memandang atau persepsi

inilah yang kemudian direfleksikan lewat bidikan kamera. Hasilnya sebuah karya foto yang


(27)

Andreas Feininger (1955) pernah menyatakan bahwa "kamera hanyalah sebuah alat

untuk menghasilkan "karya seni". Nilai lebih dari karya seni itu dapat tergantung dari orang

yang mengoperasikan kamera tersebut. Setiap orang dapat saja menjeprat-jepret dengan

kamera untuk menghasilkan sebuah objek foto. Tapi tidak semua orang yang mampu

memotret itu menghasilkan karya imaji yang mengesankan, sebuah foto yang sarat akan nilai

di balik guratan warna dan komposisi gambarnya.

Bila sebuah karya foto adalah hasil kreativitas dari si pemotret, tentu saja ada respon

dari orang yang memandangnya. Almarhum Kartono Ryadi, fotografer kawakan di negeri ini

pernah berkomentar, bahwa foto yang bagus adalah foto yang mempunyai daya kejut dari

yang lain. Menurut Ferry Ardianto (2008) foto yang bagus adalah foto yang informatif yang

mencakup konteks, konten, dan komposisi (tata letak dan pencahayaan). Maksud dia, konteks

berarti ada hal yang ingin divisualkan dengan jelas, misalnya tentang pemandangan. Di sisi

lain, istilah content maksudnya apa yang ingin ditampilkan untuk memenuhi konteks gambar

tersebut.

Seiring dengan perkembangan era digital, media foto juga dilakukan dengan kamera

digital. Berbeda dengan kamera konvensional, fotografi digital tidak lagi memerlukan film,

kamar gelap dan aneka jenis bahan kimia untuk mencuci film. Sebagai pengganti film, di

dalam kamera jenis ini dipakai alat berupa chip yang disebut charge couple device (CCD)

untuk merekam gambar.

Walaupun demikian, persepsi akan definisi dasar bahwa teknik fotografi adalah

"melukis dengan cahaya" belum berubah. Pasalnya fotografi digital telah tercipta melalui

proses kreatif manusia dengan bantuan kamera. Hukum-hukum fotografi yang mencakup

pencahayaan, bukaan diagfragma, kecepatan (speed) dan ruang tajam (depth of field), tidak

mengalami perubahan. Menurut Purwanto (2008) fotografi dalam kedudukannya adalah seni


(28)

dengan segala bentuk eksplorasinya tidak boleh keluar dari batasan-batasan fotografi itu

sendiri.

Dalam fotografi yang bermakna seni untuk melihat, menuntut sikap pemotret untuk

selalu mengasah teknik-teknik dasar fotografi itu sendiri. Elemen dasar tersebut berupa

bentuk, tekstur, garis serta pola yang sangat memengaruhi imaji yang akan diabadikan. Bila

elemen tersebut dikombinasikan dengan unsur komposisi, bingkai, sudut bidik serta

pencahayaan yang tepat, tentunya akan menghasilkan foto yang lebih bermakna. Hasil karya

seni memang relatif, bagaimana cara orang memandang, dari sudut mana. Para pembuat foto

tentunya ingin orang lain menikmati dan menghargai hasil bidikannya.

I.5.4 Citra Fotografi

Ada cita rasa tertentu bila kita mengamati hasil sebuah potret. Pertama, ia

membangunkan memori masa lalu kita. Kedua, kita dapat menelusuri angle atau sudut

pandang si juru foto, karena sudut pandang peristiwa atau momen tertentu tentu berbeda bagi

siapa saja, termasuk sudut pandang para fotografer ini. Pertimbangan ini tidak lepas dari cara

seseorang memahami peristiwa, terutama dalam pameran ini adalah pada segi pertimbangan

jurnalistik. Sebagai berita visual, fotografi juga konon mampu mewakili ribuan kata.

Disinilah arti penting fotografi sebagai citra yang berpengaruh.

Kekhasan bidang fotografi terletak pada alat bantu utamanya yaitu kamera berikut

prosesnya. Sejak ditemukannya, camera obscura memang diharapkan untuk merekam realitas

secara persis. Cikal kelahirannya antara lain dilatari keinginan pelukis untuk membuat

gambar yang realis. Susan Sontag dalam In Plato’s Cave mengatakan bahwa fotografi seperti

halnya lukisan, gambar dan tulisan adalah interpretasi dunia. Dulu kamera disambut baik oleh

karena ketepatanya merekam realitas secara statis, namun pada perkembangan wacana,

nampak ada debatan tentang realitas yang diabadikan. Kata kuncinya adalah fotografi bukan


(29)

Sontag adalah bentuk interpretasi dunia. Dilain hal, secara unik pameran ini memang hasil

kreasi insan jurnalistik, berbeda dengan fotografi seni, yang tentunya ada pertimbangan segi

estetik untuk mencapai kualitas karya yang personal.

I.5.5 Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. Teori

AIDDA dalam Effendy (2003: 204) merupakan akronim dari :

A : Attention (Perhatian)

I : Interest (Minat)

D : Disire (Hasrat/Keinginan)

D : Decision (Keputusan)

A : Action (Tindakan)

Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang terjadi pada diri khalayak

(komunikasi) dalam menerima pesan komunikasi.

Tahapan di atas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi (baik

komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan

membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, sebuah pesan komunikasi harus dapat

menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian komunikannya.

(Jeffkins, 1997: 120).

Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah komunikatornya.

Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan suatu daya tarik pada dirinya (source

attractiveness) yang selanjutnya dapat memancing perhatian komunikan terhadap pesan

komunikasi yang disampaikannya. Namun yang harus diperhatikan juga bahwa dalam

membangkitkan perhatiaan khalayak harus dihindari munculnya suatu himbauan yang


(30)

Dalam hal ini komunikatornya adalah foto di media cetak, dan yang menjadi

komunikan adalah masyarakat yang menikmati foto hasil seni fotografer di media cetak ini.

Sebuah gambar di media cetak harus mampu membangkitkan perhatian pembacanya, dalam

hal ini media cetak harus mampu membangkitkan perhatian pembaca sehingga akan muncul

minat dalam diri khalayak untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang foto tersebut. Selanjutnya

minat akan melahirkan rasa ingin/hasrat untuk melakukan seperti yang disampaikan oleh foto

tersebut.

Berdasarkan teori AIDDA, penelitian ini hanya sampai pada tahap Desire

(hasrat/keinginan), tidak sampai pada tahap Decision (Keputusan) dan tahap Action

(tindakan), karena hal yang diteliti dalam penelitian ini adalah minat untuk belajar fotografi.

I.5.6 Minat

Seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah laku

komunikan apabila antara mereka merasa adanya persamaan. Oleh karena itu, seorang

komunikator harus dapat membangkitkan perhatian komunikan sehingga diantar mereka

timbul persamaan makna akan suatu hal yang akan menjadi langkah awal suksesnya

komunikasi. Apabila perhatian telah dibangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya

menumbuhkan minat.

Minat adalah keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang sangat kuat

terhadap sesuatu.

Minat adalah sikap yang menimbulkan perhatian, rasa ingin tahu lebih rinci dalam diri

seseorang, dan adanya keinginan/ hasrat untuk melakukan sesuatu yang muncul akibat

adanya objek tertentu.

Minat adalah rasa suka/senang dan rasa tertarik pada suatu objek atau aktivitas tanpa

ada yang menyuruh dan biasanya ada kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi itu


(31)

Sedangkan menurut Hurlock (1978: 115), minat merupakan sumber motivasi yang

mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

Menurut Andi (1982: 62), minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu

campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau

kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

Menurut Effendi (2003: 103), minat merupakan kelanjutan dari perhatian yang

merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan. Minat dapat menyebabkan

seseorang giat melakukan sesuatu yang telah menarik perhatiannya.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat

krtitis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar

penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001 : 40).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan

hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar

konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan

mengubahnya menjadi variabel.

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas, yaitu sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau

mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain (Nawawi,

2001: 56). Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah fotografi di media cetak

2. Variabel Terikat, yaitu sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul

dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 2001: 57). Variabel


(32)

3. Variabel Antara, berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi

sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

tersebut. Variabel Antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

I.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk

menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Gambar I.1 Model Teoritis


(33)

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat

operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni

sebagai berikut:

Tabel I.1 Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Fotografi di Media Cetak

Variabel Terikat (Y)

Minat siswa

1. Pencahayaan 2. Pemilihan Objek 3. Komposisi gambar 4. Ketajaman sekitar fokus 5. Jarak ke objek

1. Perhatian 2. Minat

Karakter Responden

Ciri khas responden

Variabel Terikat (Y)

Minat siswa

Variabel Bebas (X)


(34)

Karakteristik Responden

3. Hasrat 4. Keputusan 5. Tindakan

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

5. Uang saku/penghasilan

I.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara

untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional merupakan sutu informasi ilmiah

yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Defenisi

operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (fotografi di media cetak), terdiri dari :

a.Pencahayaan, yaitu Pencahayaan merupakan jumlah cahaya yang jatuh ke media

fotografi (film atau sensor cahaya) selama proses pengambilan gambar.

Pencahayaan dihitung dalam satuan lux detik, dan bisa dihitung dari nilai

pencahayaan /exposure value (EV) dan luminansi latar. Pencahayaan merupakan

kombinasi antara waktu dan terang cahaya yang diterima oleh material sensitif

cahaya. Waktu dikendalikan oleh kecepatan rana dan terang cahaya dikendalikan

oleh diafragma. Kecepatan rana yang lebih rendah (membiarkan medium terkena

cahaya lebih lama) dan diafragma yang lebih lebar (membiarkan cahaya masuk

lebih banyak) menghasilkan pencahayaan yang lebih besar.

b. Pemilihan objek, yaitu pilihan-pilihan yang digunakan fotografer dalam melakukan

pemilihan objek yang akan difoto.

c.Komposisi gambar yaitu: keseimbangan dimensi-dimensi yang berhubungan dengan

dimensi-dimensi fotografi. Aturan komposisi mengacu pada rule-of-thirds (garis dan


(35)

Perhatikan juga keseimbangan penempatan objek dan kedalaman dimensi dengan

adanya framing (bingkai) di bagian foreground (umumnya untuk landscape) dan

memperhatikan penempatan horizon. Perhatikan juga aspek lain seperti

Point-of-Interest (PoI) yang kerap membuat foto sederhana justru nampak bagus.

d. Ketajaman sekitar fokus Kedalaman fokus

suatu istilah

subyek

yang berkaitan denga

tolerance. Walaupu

digunakan untuk menjelaskan kedalaman ruang, pada era modern kedalaman fokus

digunakan sebagai ukuran pergesera

dengan mempertahankan ketajaman

e.Jarak ke objek, yaitu jarak antar si fotografer dengan objek yang akan difotonya.

Penentuan jarak ke objek menentukan ketajaman objek yang akan difoto.

2. Variabel Terikat (Minat siswa), terdiri dari :

a. Attention (perhatian) yaitu perhatian siswa terhadap fotografi yang dilihatnya di

media cetak.

b. Interest (kepentingan) yaitu kepentingan siswa yang berhubungan dengan hobinya

dalam hal fotografi

c. Desire (keinginan) yaitu keinginan siswa untuk mengikuti pendidikan setelah melihat

fotografi di media cetak.

d. Decision (keputusan) yaitu keputusan siswa untuk memilih jenis pendidikan yang

didalaminya setelah melihat hasil fotografi yang ada di media cetak.

e. Action (tindakan) yaitu tindakan yang diambil siswa dalam menentukan pilihan untuk


(36)

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) terdiri dari :

a. Usia yaitu tingkatan umur para responden.

b. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel.

c. Pendidikan yaitu tingkatan sekolah terakhir yang dilalui oleh responden.

d. Pekerjaan yaitu jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh responden

e. Uang saku / Penghasilan, yaitu faktor ekonomi yang ada pada mahasiswa berupa

jumlah uang yang diterima perbulannya.

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan

karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995: 43). Hipotesis adalah

kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji

kebenarannya (Nawawi, 2001: 44).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut :

Ho : Tidak terdapat pengaruh Fotografi Di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di

Sekolah Fotografi Andi Lubis Medan.

Ha : Terdapat pengaruh Fotografi Di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Sekolah


(37)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1 Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia

lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang

terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup

bermasyarakat.

Secara etimologis atau menurut asal katanya komunikasi atau communication dalam

bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico,

communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah

pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi,

yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan

bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002:41).

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh

seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan

sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat

dalam komunikasi itu adalah manusia . karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini

adalah komunikasi manusia atau dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social

communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia,

dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat

terjadinya komunikasi.

Secara paradigmatis, komunikasi adalahproses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau


(38)

Menurut Harold D. Lasswel, bahwa cara terbaik untuk menjelaskan kegiatan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what

effect?.

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur

sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

- Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu Effendy

(2004: 10).

Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)

d. Mempengaruhi (to influence)

Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change)

c. Perubahan perilaku (behavior change)


(39)

II.2 Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia,

salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi

mengandung pengertian suatu proses dimana organisai media memproduksi dan

menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana

pesan tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja, 2002: 21).

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media

cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari

pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Massa dalam

arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media

massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran

media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton,

pemirsa atau pembaca.

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam

Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan

saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal,

berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan

menimbulkan efek tertentu.

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980), yaitu

komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah

besar orang dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan

media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi

-keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut

sebgai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah bioskop.


(40)

Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi massa

dalah sebuah proses dimana pesan – pesan yang diperoleh secara masal/tidak sedikit itu

disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.

Banyak definisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli

komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu

sama lain. Melalui definisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi massa, yaitu :

1. Komunikator Terlembagakan.

Komunkator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan ntar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2. Pesan Bersifat Umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

3. Komunikatornya Anonim dan Heterogen.

Komunikator tidak mengenal komunikasn (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikasn komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan.

Komunikasi massa itu ada keserempakandalam proses penyebaran pesan-pesannya.serempak disini berbarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

5. Komunikasi mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikasn pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

7. Stimuli Alat Indra ”Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto, 2004: 7).

Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Saverin, 2007: 4), perubahan

teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri


(41)

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan

anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai

sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang

kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas:

1. Fungsi Pengawasan

Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan

kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal

yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment

kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

2. Fungsi Sosial Learning

Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa

bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi

massa itu berlangsung.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang

memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara

luas dalam waktu cepat.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan


(42)

5. Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena

komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada

media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Adapun efek komunikasi massa oleh Lavidge dan Steiner, 1961 terdiri atas enam

langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif,

afektif, dan konatif. Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan dengan

tingkah laku kita terhadap sesuatu (Saverin, 2007: 16).

II.3 Media dan Media Massa

Tidak ada dalam teori media yang telah menyajikan dilema dan perdebatan yang pelik

dalam kajian komunikasi massa selain studi khalayak media atau khalayak (audience). Para

pembuat teori media berada pada posisi yang saling berjauhan mengenai konsensus tentang

bagaimana untuk mengkonseptualkan khalayak dan pengaruh khalayak. Ada dua pandangan

berhadapan tentang sifat khalayak telah melibatkan dua dialektika yang berhubungan.

Media massa adalah perpanjangan alat indera. Dengan media massa, orang

memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara

langsung. Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki semuanya. Media massa datang

menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik. Televisi menjadi jendela

kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita. Apa

yang kita lihat, tergantung ke arah mana pengelola siaran televisi mengarahkan kameranya.

(Hasan Syukur Paradigma Televisi Era Globalisasi, http:/ / www. Pikiran - rakyat.


(43)

Pertama adalah adanya pertentangan antara dua gagasan yang menyatakan bahwa

khalayak adalah publik massa dan di sisi yang lain, gagasan yang menyatakan bahwa

khalayak adalah komunitas kecil. Kedua adalah pertentangan antara gagasan yang

menyatakan khalayak adalah pasif dan gagasan yang meyakini bahwa khalayak adalah aktif.

Perdebatan di atas kemudian terlihat dengan jelas mewarnai teori-teori di bawah ini. Ada lima

jenis media masa yang dikenal sebagai "The big five of mass media" yaitu televisi, film,

radio, majalah dan koran dengan fungsi komunikasi yang saling melengkapi yaitu social

function dan Individual Function.

Surat kabar atau biasa disebut juga koran merupakan salah satu kekuatan sosial dan

ekonomi yang cukup penting dalam masyarakat. Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari

bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah

dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi

berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas,

olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya.

Ada juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita

untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan

tertentu.

Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur.

Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar

mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar

harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan. Kebanyakan negara mempunyai setidaknya

satu surat kabar nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia contohnya adalah

KOMPAS. Pemilik surat kabar, atau sang penanggung jawab, adalah sang penerbit, Orang

yang bertanggung jawab terhadap isi surat kabar disebut editor


(44)

Fungsi utama dari surat kabar adalah menyiarkan informasi. Khalayak berlangganan

atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai peristiwa atau hal

yang terjadi di bumi kita ini. Pada umumnya informasi ini berbentuk berita yang mencakup

peristiwa yang terjadi, apa yang dilakukan orang, apa gagasan atau pikiran orang, apa yang

dikatakan orang, dan sebagainya (Effendi, 1992: 54).

Di negara-negara Barat, pers disebut sebagai kekuatan yang keempat, setelah kaum

agamawan, kaum bangsawan, dan rakyat. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Thomas

Carlyle pada paruhan pertama abad ke-19. Hal ini menunjukkan kekuatan pers dalam

melakukan advokasi dan menciptakan isu-isu politik. Karena itu tidak mengherankan bila

pers sering ditakuti, atau malah "dibeli" oleh pihak yang berkuasa.

Di Indonesia, pers telah lama terlibat di dalam dunia politik. Di masa penjajahan

Belanda pers ditakuti, sehingga pemerintah mengeluarkan haatzai artikelen, yaitu

undang-undang yang mengancam pers apabila dianggap menerbitkan tulisan-tulisan yang

"menaburkan kebencian" terhadap pemerintah

II.4 Fotografi

II.4.1 Pengertian Fotografi

Belajar fotografi bukan sekedar memotret. Tapi bagaimana menangkap sisi estetis

sebuah objek untuk kemudian kita bekukan ke dalam sebuah keabadian berupa potret yang

mampu membangkitkan imajinasi dan apresiasi positif dari orang yang melihatnya di lain

waktu (Det, 2010).

Fotografi telah dirintis manusia sejak zaman Aristoteles, bahkan mungkin

sebelumnya. Aristoteles mengadakan percobaan dengan merentangkan kulit yang diberi

lubang kecil, digelar di atas tanah, dan diberi antara untuk menangkap cahaya


(45)

dapat memproduksi gambar ditandai oleh lahirnya collodion yang ditemukan oleh Frederick

Scott Archer Collodion merupakan bahan baku fotografi.

Bahan ini dilapiskan ke kaca dan langsung dipasang pada kamera obscura untuk

menghasilkan gambar. Meskipun kualitas gambarnya belum tajam namun penemuan ini

membuat para fotografer pada zaman itu terkagum-kagum. Pada masa itu cara ini digunakan

untuk memotret di seluruh Eropa dan Amerika. Kamera yang digunakan adalah kamera

obscura. Kemudian ditemukan kamera portable yang pengoperasiannya juga secara manual.

Seorang fotografer harus mempelajari berbagai fungsi anatomi kamera agar dapat

mengoperasikannya secara baik. Kesalahan teknis sedikit dapat menyebabkan kegagalan

fatal. Tidak berputarnya gulungan roll film dapat menyebabkan semua hasil bidikan tidak

terekam, sehingga semua foto tidak dapat tercetak. Kegagalan seperti ini harus dihindari,

apalagi bila peristiwa yang dipotret tidak dapat diulang

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kecanggihan teknologi,

fotografi mengalami kemajuan yang pesat. Ditemukannya berbagai peralatan fotografi telah

mendukung peningkatan kualitas karya. Kamera pun jadi makin multi fungsi dengan adanya

tombol-tombol otomatik, misalnya program Shutter speed dan bukaan diafragma. Berbagai

jenis pemotretan, seperti close-up dan lansekap dipermudah dengan fungsi kamera yang

semakin canggih. Penemuan-penemuan baru telah membuat seseorang dapat membidikkan

kameranya ke obyek secara mudah. Sementara itu bahan untuk memproduksi dan

mereproduksi gambar juga semakin berkualitas.

Sejak ditemukannya film gulung (roll film) oleh George Eastman pada tahun 1895,

teknik produksi dan reproduksi fotografi mengalami revolusi teknologi yang cukup pesat.

Berbagai penemuan tersebut telah mempermudah fotografer untuk berkarya. Para fotografer

menjadi lebih kritis untuk membedakan antara karya yang baik dan yang kurang. Usaha


(46)

cara berpedoman pada komposisi. Penguasaan komposisi yang benar berdasarkan pedoman

komposisi akan sangat membantu pemotret pemula untuk melatih kepekaan estetiknya dalam

memotret sehingga dihasilkan foto yang memiliki nilai seni lebih daripada sekedar foto biasa.

Foto yang asal jepret seringkali hasilnya berkesan biasa saja, hanya menarik minat orang

yang berkepentingan. Sedangkan orang lain yang tidak berkepentingan sama sekali tidak

tertarik untuk melihatnya.

II.4.2 Komposisi Fotografi

Pengetahuan mengenai komposisi dapat membantu fotografer untuk menghasilkan

foto yang baik. Penerapan komposisi ini dapat dilakukan dengan kamera manual yang tingkat

kesulitannya relatif lebih tinggi, semi otomatik yang tingkat kesulitannya sedang atau

full-otomatic camera seperti pocket camera yang sangat mudah penggunaannya.

Komposisi merupakan salah satu unsur penentu tingginya nilai estetik karya fotografi.

Menurut Charpentier (1993), komposisi adalah cara bagaimana gambar membagi sebuah

bidang gambar. Penentuan komposisi dilakukan pada saat membidik obyek foto. Untuk itu

diperlukan penataan terhadap unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan suatu gambar dalam

sebuah bidang gambar, sehingga obyek fotografi dapat tampil sebagai point of interest (pusat

perhatian). Lebih dulu mata pengamat karya foto akan dipandu untuk memperhatikan bagian

yang menjadi pusat perhatian utama (main point of interest), baru kemudian memperhatikan

pusat perhatian kedua (secondary point of interest), sehingga sebagian pesan yang akan kita

sampaikan mealui foto dapat diterima dengan baik.

Awalnya tentukan dulu satu dominasi yang akan menjadi pusat perhatian utama (main

point of interest), karena suatu gambar sebaiknya menceritakan tidak lebih dari sebuah cerita


(47)

diperhatikan unsur-unsur pendukungnya agar mempermudah untuk menentukan apa yang

akan ditonjolkan.

Unsur-unsur pendukung komposisi sebagai berikut: (Yuliadewi, 1999)

1. Ujud (shape), yaitu tatanan dua dimensional, mulai dari titik, garis lurus, poligon (garis

lurus majemuk/terbuka/tertutup), dan garis lengkung (terbuka, tertutup, lingkaran).

Tekniknya dapat berupa kontras pencahayaan yang ekstrim seperti siluet, penonjolan

detail-detail benda, mengikutkan subyek menjadi garis luar atau outline dari sebuah tone

warna tertentu. Ujud benda dapat diambil dari berbagai posisi kamera, seperti dari bawah

subyek. Manipulasi ujud dengan menggunakan berbagai macam lensa, mulai dari lensa

sudut lebar hingga lensa fokus panjang atau long-focus. Contohnya adalah foto siluet

manusia yang berdiri di tepi pantai menyaksikan matahari terbenam, siluet nelayan yang

mempersiapkan diri di saat matahari terbenam di tepi pantai untuk menangkap ikan, atau

foto piramid dan Sphinx dengan menonjolkan tekstur batunya di Mesir.

2. Bentuk (form), yaitu tatanan yang memberikan kesan tiga dimensional, seperti kubus,

balok, prisma, dan bola. Dalam fotografi ditunjukkan dengan gradasi cahaya dan

bayangan, dan kekuatan warna. Untuk menghasilkan foto yang baik sebaiknya

mengambil cahaya samping dengan sudut-sudut tertentu, dan menghindari pencahayaan

frontal.

3. Pola (pattern), yaitu tatanan dari kelompok sejenis yang diulang untuk mengisi bagian

tertentu di dalam bingkai foto, sehingga memberikan kesan adanya keseragaman.

Contohnya adalah foto segerombolan bebek, tumpukan pot dari tanah liat.

4. Tekstur (texture) yaitu tatanan yang memberikan kesan tentang keadaan permukaan

suatu benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut, dan seterusnya).

Tekstur akan tampak dari gelap terang atau bayangan dan kekontrasan yang timbul dari


(48)

matahari pagi dan matahari sore yang merupakan kunci sukses foto lansekap. Contohnya

adalah foto close up kembang kol atau tekstur pohon.

5. Kontras (contrast) atau disebut juga nada, yaitu kesan gelap atau terang yang menentukan suasana (atmosphere/mood), emosi, dan penafsiran sebuah citra. Kontras

warna disebabkan oleh warna-warna primer, yaitu merah, biru, dan kuning, atau akibat

dari penempatan warna primer terhadap warna komplemennya , seperti hijau, jingga, dan

ungu. Meskipun penggunaan warna tergantung pada pengalaman pribadi, namun ada

aturan umum bahwa warna yang berat akan menyeimbangkan warna-warna lemah.

Warna-warna berat atau keras berkesan penting dan bila digunakan sedikit kontras warna

akan ada aksentuasi yang tidak mengganggu keseluruhan warna. Misalnya, foto

pemandangan di tepi danau dengan aksentuasi rumah kayu bercat merah menyala.

6. Warna (colour) yaitu unsur warna yang dapat membedakan objek, menentukan mood

daripada foto kita, serta memberi nilai tambah untuk menyempurnakan daya tarik.

Warna dapat ditimbulkan melalui pilihan pencahayaan serta exposure, sedikit

underexposing akan memberikan hasil yang low-key, dan sedikit overexposing atau

penggunaan filter warna akan memberikan hasil warna yang kontras. Idealnya, sebuah

foto mempunyai satu subyek utama dan satu warna utama, sedang subyek dan warna

lainnya merupakan pendukung. Sebuah komposisi yang warnanya terdiri dari tingkat

warna sejenis akan menghasilkan foto yang tenang.

7. Unsur-unsur pendukung komposisi ini sangat dipengaruhi oleh sumber cahaya yang

berupa cahaya seadanya, seperti cahaya matahari, lampu jalan atau cahaya dari lampu

studio. Perbedaan sumber cahaya dan sudut pencahayaan akan meberikan hasil yang

berbeda.


(49)

Dari satu obyek yang sama dapat dihasilkan berbagai macam komposisi. Hasil

pemotretan sebuah obyek dengan sudut pengambilan dari sisi kiri akan berbeda dibandingkan

dari sisi kanan, berbeda pula bila diambil dari sisi atas, dan bawah. Perbedaan sudut

pengambilan gambar akan membedakan hasil gambar. Cara pemotretan demikian dapat

memberikan beberapa alternatif karya untuk dapat dipilih yang terbaik bagi suatu keperluan

pemotretan.

Penerapan Komposisi dapat dibagi atas:

a. Fotografi Iklan

Definisi iklan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berita pesanan untuk

mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan

(Poerwadarminta, 1993), iklan dapat pula berarti pemberitahuan kepada khalayak ramai

mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang dalam media massa seperti surat kabar dan

majalah. Iklan sebelum diluncurkan ke pasar melalui beberapa konsep yang disusun dan

direvisi biro iklan dengan persetujuan klien atau pelanggan. Dalam rangkaian proses tersebut

dibutuhkan keterlibatan fotografer iklan yang berperan memotret obyek iklan yang sudah

direncanakan oleh biro iklan. Pemilihan obyek iklan atau yang lebih sering disebut dengan

model iklan telah ditentukan oleh biro iklan dengan persetujuan atau permintaan klien atau

pelanggan. Komposisi obyek pemotretan iklan juga sudah diatur sebelumnya. Demikian pula

citra yang ingin ditampilkan dalam pemotretan yang berpengaruh besar terhadap citra iklan

bahkan produk yang diiklankan. Dengan demikian, peran fotografer adalah mengerjakan

pemotretan iklan sesuai dengan komposisi obyek yang diminta oleh biro iklan.

Fotografer berkreasi dengan mengambil beberapa sudut pengambilan obyek dengan

alternatif gaya obyek maupun pencahayaan. Iklan yang akan diambil sebagai studi kasus

adalah iklan Citra White. Citra White merupakan produk yang memposisikan dirinya di pasar


(1)

KUESIONER PENELITIAN Fotografi dan Minat Siswa

(Studi Korelasional Pengaruh Fotografi di Media Cetak Terhadap Minat Siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis Medan)

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah setiap pertanyaan terlebih dahulu dan pahami dengan seksama. 2. Jawablah setiap pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan.

3. Berilah tanda silang (X) atau checklist (√) untuk jawaban yang Anda anggap paling benar/ sesuai.

4. Kotak dengan kode bernomor yang terletak di sisi kanan pertanyaan, mohon jangan diisi.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Selamat Mengisi…

No. Responden : 1 2 A. Karakteristik Responden

1. Usia :

a. 15-24 tahun

b. 25-34 tahun 3

c. 35-44 tahun 2. Jenis kelamin :

a. Pria

b. Wanita 4

3. Pendidikan a. SMP b. SMA

c. D3 5

d. S1 4. Pekerjaan:

a. Pelajar/mahasiswa b. Pegawai Negeri/BUMN


(2)

c. Pegawai swasta 6 d. Wiraswasta

e. Freelance 5. Penghasilan

a. Rp.500.000,- Rp.1.500.000,- b. Rp.1.600.000,- Rp.2.600.000,-

c. Rp.2.700.000,- Rp.3.700.000,- 7

d. Rp.3.800.000,- Rp.4.800.000,- e. > Rp.5.000.000,-

B. Fotografi di Media Cetak

Media cetak yang paling sering anda baca :……….

6. Apakah tehnik pencahayaan pada foto-foto yang disajikan di media cetak tersebut sudah cukup baik?

a. Sangat baik

b. Baik

c. Kurang baik 8

7. Bagian manakah yang lebih anda sukai dalam media cetak? a. Foto

b. Berita

c. Iklan 9

8. Menurut anda di media cetak foto yang bagaimana yang lebih disukai? a. Foto berwarna

b. Foto hitam putih 10

9. Apakah foto-foto yang ditampilkan di media cetak saat ini menarik perhatian anda? a. Ya

b. Sekali-sekali

c. Tidak pernah 11

10.Menurut anda bagaimana ukuran foto yang disukai untuk disajikan di media cetak? a. Besar

b. Kecil

c. Standar 12

11.Apakah komposisi foto yang ada pada media cetak tersebut menurut anda sudah baik? a. Sangat baik

b. Baik


(3)

12.Menurut anda bagaimana ketajaman fokus pada foto yang sering anda lihat di media cetak?

a. Sangat tajam

b. Tajam 14

c. Kurang tajam

13.Apakah foto yang ditampilkan di media cetak tersebut cukup relevan dengan topik? a. Sangat relevan

b. Relevan

c. Tidak relevan 15

14.Apakah anda menyukai tata letak (layout) di media cetak yang anda lihat? a. Sangat tertarik

b. Tertarik

c. Kurang tertarik 16

15.Foto yang bagaimana yang lebih disukai di media cetak? a. Close up

b. Long shoot 17

c. Medium shoot

16.Pernahkah anda berkeinginan untuk menampilkan foto karya anda di media cetak yang sering anda lihat?

a. Sangat ingin

b. Kurang ingin 18

c. Tidak ingin sama sekali

17.Menurut anda foto yang bagaimana yang paling anda sukai? a. Terang

b. Gelap 19

c. Standart C. Minat Siswa

18. Apakah anda merasa bahwa ilmu mengenai fotografi adalah sesuatu yang penting? a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak 20

19. Apakah anda merasa bahwa anda memiliki ketertarikan dengan pengetahuan tentang fotografi?

a. Ya

b. Kadang-kadang 21


(4)

20.Apakah anda berminat untuk mengikuti pelajaran mengenai fotografi? a. Sangat berminat

b. Berminat 22

c. Kurang berminat

21.Darimana anda mengetahui tentang Kelas Fotografi Andi Lubis (KFAL)? a. Teman

b. Brosur

c. Lainnya : ……….. 23

22.Apakah anda sering mencari hal-hal yang bersifat tentang pengetahuan fotografi? a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak 24

23.Apakah dasar yang menyebabkan anda belajar fotografi di KFAL? a. Motivasi pribadi

b. Diajak teman 25

c. Dipaksa

24.Menurut anda keputusan mengambil kelas fotografi merupakan keputusan yang tepat a. Sangat tepat

b. Kurang tepat

c. Tidak tepat sama sekali 26

25.Apakah menurut anda tindakan anda untuk belajar di KFAL merupakan tindakan yang tepat?

a. Ya

b. Kadang-kadang 27

c. Tidak tepat

26.Apakah menurut anda hasil foto-foto yang ada di media cetak menambah motivasi anda untuk belajar?

a. Ya

b. Kadang-kadang 28

c. Tidak tepat

27.Apakah menurut anda materi yang diajarkan di KFAL bisa anda ikuti dengan baik? a. Bisa

b. Kurang bisa


(5)

28.Apakah menurut anda tenaga pengajar yang ada saat ini adalah orang yang menguasai materi di bidangnya?

a. Ya

b. Kadang-kadang 30

c. Tidak

29.Apakah anda merasa yakin kemampuan fotografi anda dapat dikembangkan di KFAL ini?

a. Yakin

b. Kurang yakin 31

c. Tidak yakin

30.Aapakah anda merasa saat ini bahwa anda telat memiliki kemampuan di bidang fotografi yang memadai?

a. Memiliki

b. Kurang memiliki 32

c. Tidak memiliki

31.Apakah anda mengikuti seluruh pelajaran yang ada di KFAL? a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak 33

Jika tidak apa alasan anda : ……….. 32.Apakah anda merasa bahwa anda pasti bisa menguasai bidang fotografi dengan

disiplin belajar yang anda punya saat ini? a. Pasti bisa

b. Kurang bisa 34

c. Tidak bisa

33.Apakah sebelum belajar di KFAL anda punya pengetahuan tentang fotografi ? a. Ya

b. Sedikit

c. Tidak 35

34.Jika anda mengikuti semua materi di KFAL, apakah anda yakin bisa menguasai bidang fotografi?

a. Ya

b. Sedikit 36


(6)

35.Saran anda untuk Kelas Fotografi Andi Lubis (KFAL) :

………. ……….. ………..