Tayangan Jejak Petulang Dan Minat Berpetualang Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap Minat Berpetualang Siswa SMA Negeri 1 Berastagi)

(1)

TAYANGAN JEJAK PETULANG DAN MINAT BERPETUALANG SISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap Minat Berpetualang Siswa SMA Negeri 1 Berastagi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh : Ivoni C 070904058

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis intensitas siswa SMA Negeri 1 Berastagi menonton Tayangan Jejak petualang di Trans 7. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi dan untuk menganalisis pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori komunikasi massa, teori S-O-R, televisi, dan teori minat. Dimana ingin diketahui pengaruh tayangan televisi terhadap minat siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yakni meneliti hubungan tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi. Sedangkan rumus statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus koefisien korelasi Spearman.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Berastagi yang berjumlah 666 orang. Untuk menentukan besarnya sampel (sampling) digunakan rumus Taro Yamane dan didapat sampel sebesar 87 responden. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Stratified random sampling dan Purposive sampling.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa rs= 0,733. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford berada pada skala >0,71. Dengan demikian terdapat hubungan yang tinggi ; kuat antara tayangan Jejak Petualang di Trans 7 dengan minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tayangan Jejak Petualang di Trans 7 dengan minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kebaikan dan penyertaan yang diberikanNya. Bukan karena kuat, gagah dan kemampuan yang dimiliki, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas pemeliharaanNya dan rancangan damai sejahtera yang Dia berikan.

Ucapan terimakasih yang terdalam penulis persembahkan kepada kedua orang tua, ayah Alm.Ismail Sembiring dan ibu tercinta Luceria Siahaan yang telah memberikan banyak nasehat,dukungan moril maupun materi, cinta dan doa yang tak putus-putusnya. Ucapan terimakasih juga peneliti persembahkan kepada saudara-saudaraku yang luar biasa Zefri Sembiring, Andreas Sembiring, dan Efraim Sembiring atas dukungan, kasih dan doa-doanya.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, nasehat serta dukungan dari banyak pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra.Rusni, MA sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis hingga rampungnya skripsi ini. Terimakasih sebesar-besarnya untuk waktu, keramahan dan bimbingan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra.Fatmawardi Lubis, MA selaku ketua departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Ibu Dra.Dayana, M.Si selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.

5. Terimakasih kepada seluruh staf Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara : Kak Icut, Kak Maya dan Kak Ros.

6. Bapak Colia Selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Berastagi atas izin dan bantuannya selama melakukan penelitian.

7. Sahabat-sahabatku tercinta Wita, Juni, dan Mita dan saudara-saudara sekost Loren, Lora dan Aseng atas dukungan yang tak henti kepada penulis.

8. Orang yang paling kukasihi Yuda Pratama atas dukungan dan cinta yang sangat memotivasiku.

9. Sahabat-sahabat seperjuanganku di Ilmu komunikasi Feni dan Nisa, serta teman-teman Ilmu Komunikasi 2007 : Astri, Tetty, Natasia, Ira simanjorang dan semua teman-teman 07 yang belum dapat penulis tulis satu persatu.

Tiada seorangpun pribadi yang sempurna, demikian juga penulis. Menyadari hal itu, penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan tugas akhir ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Medan, Oktober 2011

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI Abstraksi………i Kata Pengantar……….…………ii Daftar Isi………..iv Daftar Tabel………vi Daftar Gambar……….…….viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………...1

1.2Perumusan Masalah………..7

1.3Pembatasan Masalah……….7

1.4Tujuan dan Manfaat penelitian………..8

1.5Kerangka Teori………...9

1.5.1. Komunikasi Massa………..9

1.5.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa………..10

1.5.3. Program Tayangan Acara Televisi………12

1.5.4. S-O-R………13

1.5.5. Minat………14

1.6Kerangka Konsep………..……...14

1.7Model Teoritis………..…………16

1.8Operasional Variabel………..………..17

1.9Definisi Operasional………..…………...17

1.10 Hipotesis………..………...19

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1Komunikasi……….21

2.1.1 ProsesKomunikasi……….21

2.1.2 Elemen-Elemen Komunikasi……….24

2.1.3 Fungsi-Fungsi Komunikasi………...26

2.2Komunikasi Massa………..…28

2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa………...…...28

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa………30

2.3Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ………...……...32

2.4Program Tayangan Televisi………34

2.5S-O-R………..36

2.6Psikologi Remaja………...…………...42


(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1Deskripsi Lokasi Penelitian………...50

3.2Sekilas Tentang Tayangan Jejak Petualang………...57

3.3Metode Penelitian………..58

3.4Populasi dan Sampel………..58

3.4.1 Populasi………....58

3.4.2 Sampel………..59

3.5Teknik Penarikan Sampel………...61

3.6Teknik Pengumpulan Data……….61

3.7Analisis Data………..62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1Pelaksanaan Pengumpulan Data………66

4.2Proses Pengolahan Data……….……67

4.3Analisis Deskriptif………..…….…68

4.4Hipotesis………...104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan………..………106

5.2Saran………..………..107 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Operasional Variabel ... 1

Tabel 2 : Jumlah Siswa Aktif SMA Negeri 1 Berastagi ... 2

Tabel 3 : Jenis Kelamin ... 68

Tabel 4 : Usia... 69

Tabel 5 : Kelas ... 70

Tabel 6 : Intensitas Menonton ... 71

Tabel 7 : Pendapat Responden Mengenai Wanita Sebagai Presenter ... 72

Tabel 8 : Pendapat Responden Mengenai Penampilan Fisik Presenter ... 73

Tabel 9 : Pendapat Responden Mengenai Cara Berbicara Presenter ... 74

Tabel 10 : Pendapat Responden Mengenai Tata Bahasa Presenter ... 75

Tabel 11 : Pendapat Responden Mengenai Bahasa Tubuh/Gesture Presenter ... 76

Tabel 12 : Pendapat Responden mengenai konsep acara tayangan Jejak Petualang sebagai tontonan para petualang ... 77

Tabel 13 : Pendapat Responden mengenai kemasan acara/penyajian tayangan Jejak Petualang ... 78

Tabel 14 : Pendapat Responden mengenai tema acara yang ditampilkan tayangan Jejak Petualang ... 79

Tabel 15 : Pendapat Responden mengenai kegiatan dalam tayangan Jejak Petualang ... 80

Tabel 16 : Pendapat Responden mengenai waktu penayangan tayangan Jejak Petualang ... 81

Tabel 17 : Pendapat Responden mengenai durasi penayangan tayangan Jejak Petualang ... 82

Tabel 18 : Tingkat kepuasan responden terhadap durasi penayangan tayangan Jejak petualang ... 83

Tabel 19 : Pendapat responden bahwa daerah-daerah yang dikunjungi dalam tayangan Jejak petualang menarik ... 84

Tabel 20 : Pendapat responden mengenai pemilihan daerah-daerah yang dikunjungi dalam tayangan Jejak petualang ... 85


(8)

Tabel 21 : Pendapat Responden mengenai kesesuaian daerah yang dikunjungi

menjadi tempat berpetualang ... 86 Tabel 22 : Pendapat responden bahwa daerah yang dikunjungi memiliki potensi

alam dan budaya yang unik ... 87 Tabel 23 : Motivasi Responden menonton tayangan Jejak Petualang untuk

meningkatkan pengetahuan ... 88 Tabel 24 : Motivasi Responden menonton tayangan Jejak Petualang untuk mengisi

waktu

luang ... 89 Tabel 25 : Motivasi Responden menonton tayangan Jejak Petualang untuk

mengurangi

kebosanan ... 90 Tabel 26 : Motivasi Responden menonton tayangan Jejak Petualang untuk

menghibur diri ... 91 Tabel 27 : Perhatian Responden terhadap setiap detil tayangan Jejak Petualang ... 92 Tabel 28 : Ketetapan Responden Pada Chanel Trans 7 Saat Menonton Tayangan

Jejak

Petualang ... 93 Tabel 29 : Pemahaman Responden Terhadap pesan yang disampaikan dalam

tayangan Jejak Petualang ... 94 Tabel 30 : Pendapat Responden mengenai tayangan Jejak Petualang dalam

menambah pengetahuan mengenai potensi alam dan budaya Indonesia ... 95 Tabel 31 : Pendapat Responden mengenai pesan yang disampaikan dalam tayangan

Jejak Petualang ... 96 Tabel 32 : Ketertarikan Responden melihat tayangan Jejak Petualang episode

selanjutnya ... 97 Tabel 33 : Pengaruh Tayangan Jejak Petualang Terhadap minat untuk berpetualang ... 98 Tabel 34 : Minat Berpetualang Responden untuk berpetualang ke daerah yang

dijelajah dalam tayangan Jejak Petualang ... 99 Tabel 35 : Pendapat Responden mengenai kesesuaian daerah yang ditampilkan


(9)

Tabel 36 : Intensitas menonton tayangan Jejak Petualang dan pengaruh tayangan Jejak Petualang dalam menambah pengetahuan mengenai potensi alam dan

budaya Indonesia ... 101 Tabel 37 : Intensitas menonton tayangan Jejak Petualang dalam satu bulan dan

Pengaruh tayangan Jejak Petualang terhadap minat untuk berpetualang ... 103 Tabel 38 : Correlations ... 104

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Teori S-O-R ... 38 Gambar 2 : Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Berastagi ... 56


(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis intensitas siswa SMA Negeri 1 Berastagi menonton Tayangan Jejak petualang di Trans 7. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi dan untuk menganalisis pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori komunikasi massa, teori S-O-R, televisi, dan teori minat. Dimana ingin diketahui pengaruh tayangan televisi terhadap minat siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yakni meneliti hubungan tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi. Sedangkan rumus statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus koefisien korelasi Spearman.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Berastagi yang berjumlah 666 orang. Untuk menentukan besarnya sampel (sampling) digunakan rumus Taro Yamane dan didapat sampel sebesar 87 responden. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Stratified random sampling dan Purposive sampling.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa rs= 0,733. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford berada pada skala >0,71. Dengan demikian terdapat hubungan yang tinggi ; kuat antara tayangan Jejak Petualang di Trans 7 dengan minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tayangan Jejak Petualang di Trans 7 dengan minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Media massa merupakan media yang dapat digunakan untuk mempublikasikan sesuatu, baik itu informasi, berita, atau produk tertentu di khalayak luas. Penyajiannya dilakukan semenarik mungkin untuk menarik perhatian dari khalayak. Salah satu dari media massa itu adalah televisi. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi dirumah dengan menggunakan wire atau microwafe (wireless cables) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Televisi karena bentuknya yang dapat menampilkan gambar dan suara sekaligus, maka media yang satu ini dapat menarik perhatian masyarakat lebih banyak dari media lainnya, yang mana kemudiannya dapat mempengaruhi pikiran hingga perilaku khalayak pemirsanya. Kemampuan televisi melampaui media lain dalam menarik perhatian khalayak ditunjang oleh budaya masyarakat Indonesia yang lebih kuat dalam hal budaya lisan. Pengaruh televisi dalam menarik perhatian masyarakat, dapat kita lihat ketika televisi telah menguasai jarak sosial dan geografis. Acara-acara yang ditampilkan oleh media televisi lebih memiliki pengaruh dari pada media lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, ataupun tabloid. Hal ini berkaitan dengan harga yang jauh lebih murah dan penggunaannya yang lebih mudah dari pada


(12)

televisi sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi, berita, maupun hiburan dalam bentuk tontonan.

Televisi menyajikan berbagai macam tayangan yang dikemas secara menarik dapat menyedot perhatian pemirsa. Tayangan seperti berita, reality show, talk show, infotaiment dan berbagai bentuk acara lainya dikemas sedemikian rupa guna menarik perhatian para pemirsa yang sesuai dengan selera dan kebutuhan para pemirsanya.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman alam yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai objek wisata alam. Hal ini memberikan ide atau gagasan untuk mengangkat wisata alam sebagai suatu topik yang menarik dalam penayangan program televisi. Dimana wisata alam merupakan bentuk kegiatan yang memanfaatkan sumber alam dan tata lingkungan yang berupa hutan, gunung, sungai, laut,pantai, gua, ataupun suku budaya dan adat istiadat.

Dengan banyaknya potensi alam yang ada di Indonesia, maka media merasa bahwa kekayaan alam Indonesia perlu diangkat sebagai suatu program yang menjual dimana pesan yang disampaikan dalam program tersebut adalah program informasi yang dapat menambah wawasan tentang alam Indonesia.

Program wisata alam di televisi yang semakin banyak bermunculan tidak lepas dari rasa ingin tahu manusia akan pendokumentasian kekayaan alam dengan melakukan eksplorasi ke berbagai tempat yang memiliki potensi alam. Dari lingkup yang sederhana ini menjadikan manusia ingin lebih menambah wawasan dengan tidak hanya sekedar melakukan petualangan ataupun


(13)

penjelajahan, melainkan melakukan sebuah ekspedisi yang penuh dengan tantangan.

Program televisi yang menggambarkan petualangan kealam bebas merupakan salah satu cara memperoleh informasi dan wawasan ekspedisi alam. Hal seperti ini lah yang di tayangkan oleh stasiun TV swasta Trans 7 yang berkomitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif salah satunya dengan menghadirkan program televisi jejak petualang yang berdasarkan atas laporan dari sebuah petualangan yang di dokumentasikan.

Program yang hadir pada setiap hari senin hingga jumat pada pukul 16.00 WIB ini merupakan program dokumenter yang khusus dihadirkan bagi para petualang sejati. Sesuai namanya, Jejak petualang menayangkan perjalanan-perjalanan ke berbagai tempat yang penuh dengan ekspedisi petualangan yang penuh dengan tantangan. Keanekaragaman hayati, budaya, dan eksotika bawah laut merupakan kekayaan potensi alam nusantara. Program ini menyajikan pesona alam yang dikemas secara apik serta menghadirkan kedalam ruang keluarga pemirsa Trans7. Dipadu dengan presenter wanita yang energik dan penuh semangat tanpa mengurangi sisi feminitas.

Sebagai salah satu segmen acara yang terlama di stasiun televisi ini, jejak petualang hadir sebagai tayangan dokumenter untuk memberikan nuansa dan pengalaman baru bagi pemirsa yang gemar melakukan petualangan ke alam bebas. Tayang sejak tahun 2003 ketika stasiun TV Trans 7 masih bernama TV 7,


(14)

tak terhitung lagi berapa lokasi di wilayah Indonesia ini yang sudah dijamah oleh tim jejak petualang, mulai dari pantai, pegunungan, kawasan pedalaman, dan perut bumi(gua) sekali pun. Program ini juga pernah beberapa kali mengadakan temu kumpul dengan komunitas pecinta alam, seperti yang digelar dalam kegiatan Jambore Jejak Petualang di Jawa Barat, dan terakhir dilaksanakan di kawasan Gunung semeru, Jawa Timur pada tahun 2005. Program acara sejenis tayangan jejak petualang juga dihadirkan oleh stasiun televisi lain. Misalnya saja seperti tayangan nuansa 1000 pulau yang tayang di stasiun televisi TV One sejak tahun 2008, dan tayangan archipelago yang tayang pada stasiun televisi Metro TV. Tetapi tayangan jejak petualang adalah tayangan yang paling lama hadir dilayar kaca dan di hadirkan dengan presenter wanita membuat tayangan ini beda dan lebih unik dari tayangan lainnya.

Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki banyak potensi alam yang bagi orang-orang yang memiliki jiwa petualang akan menjadi wadah yang sangat menarik untuk memuaskan hasrat berpetualang mereka. Dengan berpetualang, mereka akan menemukan banyak sekali pengalaman baru dan informasi mengenai keanekaragaman potensi alam serta budaya dari tempat yang mereka kunjungi. Namun demikian, masih banyak daerah di Indonesia yang belum dikenal bahkan oleh masyarakat Indonesia sendiri, tapi memiliki banyak potensi yang sangat unik dan menarik untuk dinikmati. Sehingga informasi yang dimiliki masyarakat Indonesia mengenai wilayah dan potensi alam Indonesia sangat minim. Untuk itulah tayangan jejak petualang mencoba merangkai acara menarik ini.


(15)

Tayangan jejak petualang adalah tayangan yang berdurasi 30 menit yang disajikan dengan sangat menarik sehingga pemirsa akan tetap tertarik menikmati setiap informasi yang disajikan. Dalam salah satu episodenya, tayangan jejak petualang mencoba mengekpedisi daerah Pandeglang yang kaya akan potensi alam. Pantai Carita, pantai Ciputih, kawasan wisata Tanjung Lesung, dan Taman Wisata Ujung Kulon serta pulau-pulau kecil seperti pulau Peucang dan pulau Handeulum menjadi sasaran tim jejak petualang. Dalam episode ini tim jejak petualang dipukau oleh pemandangan alam yang luar biasa oleh eksotisme wisata Pandeglang, snorkling dan diving di pulau Panaitan, snorkling dan diving di Cihandareusa pulau Peucang, Surfing di Legon Bajo pulau Panaitan, dan wisata lainnya di Pandeglang.

Program televisi wisata alam seperti jejak petualang ini muncul dengan berbagai kemasan sehingga dapat memberikan wacana tersendiri dan wawasan unik bagi pencintanya untuk mempunyai gambaran mengenai suatu program ekspedisi alam di televisi, misalnya sebagai refrensi untuk melakukani kegiatan di alam.

SMA Negeri 1 Berastagi yang lebih dikenal sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Negeri 1 Berastagi adalah salah salah satu Sekolah Menengah Atas yang berada di Kabupaten Karo provinsi Sumatera Utara. Sebagai satu-satunya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang berada di kabupaten Karo, sekolah ini telah dibenahi dengan berbagai fasilitas yang dapat menunjang prestasi sekolah secara keseluruhan dan siswa secara pribadi. Salah satunya adalah dengan pelengkapan laboratorium belajar siswa mulai dari


(16)

laboratorium IPA, laboratorium kimia, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, laboratorium multimedia, perpustakaan serta jaringan wifi di seruruh lokasi sekolah sehingga siswa diharapkan bisa dengan mudah mendapatkan tambahan materi dalam mendukung proses belajar-mengajar di sekolah. Agar menghasilkan siswa-siswa yang lebih berkompetensi, setiap hari sabtu seluruh warga sekolah juga di wajibkan menggunakan bahasa Inggris dalam lingkungan sekolah. SMA Negeri 1 Berastagi juga memiliki berbagai ekstrakurikuler yang menjadi wadah siswa dalam mengembangkan bakat dan minat siswa diantaranya adalah Pasukan pengibar bendera sekolah (PASKIBRAS), siswa pencinta alam sekolah (SANGPALAS), Ikatan bola basket sekolah (IBBS), Marching band, Paduan suara, dan lain-lain.

Siswa sebagai generasi muda bangsa yang lazimnya memiliki rasa ingin tahu dan minat berpetualang yang besar membutuhkan informasi mengenai alam Indonesia dan berbagai potensinya. Sebagai generasi muda yang memiliki intelektual dan pandangan kritis, siswa biasanya akan lebih selektif dalam memilih program acara yang ditontonnya.

Siswa SMA Negeri 1 Berastagi dipilih menjadi responden karena menurut peneliti siswa SMA Negeri 1 Berastagi merupakan khalayak yang memiliki minat berpetualang dan membutuhkan informasi mengenai alam Indonesia dan berbagai potensi yang dimilikinya. Selain itu, sebagai siswa yang berada dalam lingkungan sekolah rintisan bertaraf internasional mereka dianggap memiliki daya analisis yang lebih responsif dalam menentukan sikap dengan apa yang ada disekitarnya.


(17)

Penelitian ini akan dilakukan dengan cara memilih sampel yang mewakili populasi dan menyebarkan kuesioner. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Sejauh manakah Tayangan Jejak Petualang berpengaruh terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi.”

1.3 Pembatasan masalah

Untuk membatasi lingkup penelitian yang terlalu luas, sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.

Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian bersifat korelasional yaitu mencari hubungan atau menjelaskan hubungan antara Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans7 terhadap minat berpetualang siswa.

2. Responden penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Berastagi yang menonton tayangan Jejak Petualang.


(18)

1.4.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis intensitas siswa SMA Negeri 1 Berastagi menonton tayangan jejak petualang di Trans 7.

2. Untuk menganalisis minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi. 3. Untuk menganalisis pengaruh tayangan jejak petualang di Trans 7 terhadap

minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi.

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai tayangan jejak petualang dan minat berpertualang siswa.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada mahasiswa FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

pemikiran kepada praktisi pertelevisian dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan penelitian ini.

1.5 Kerangka teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari mana sudut pandang penelitian akan disoroti. (Nanawi, 2001 : 39).


(19)

Menurut Kerlinger (Rakhmat, 2004 : 6), teori merupakan suatu himpuan konstruk (konsep) yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Dalam sebuah penelitian harus ada teori-teori yang mendukung suatu penelitian tersebut. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh(terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004 :3).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”. Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan siklus dari komunikasi media massa (mass media communication). Mereka membatasi pengertian komunikasi massa pada komunikasi dengan menggunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi (Effendy, 1986 : 20).


(20)

1.5.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Perkembangan teknologi melahirkan suatu media baru yang dapat menyajikan informasi secara cepat kepada masyarakat yaitu televisi. Televisi sebagai alat menangkap siaran dan gambar. Televisi berasal dari kata tele ; tampak dan vision ; jauh atau digabungkan menjadi satu makna yang berarti “jauh dan tampak” atau dengan kata lain televisi merupakan suatu alat untuk “melihat dari jarak jauh”.

Menurut Effendy (1986 : 21) yang dimaksud dengan televisi adalah siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah. Komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan serempak dalam komunikannya yang heterogen.

Televisi merupakan salah satu dari sejumlah media massa yang ada sekarang ini. Dimana media massa yang satu ini memiliki daya tarik yang cukup kuat dibandingkan dengan media massa lainnya. Disebabkan adanya unsur kata-kata, musik, serta sound effect media televisi mampu menarik perhatian khalayak lebih baik.

Televisi sebagai media komunikasi massa, secara umum memiliki lima fungsi utama, yaitu:

1. Pendidikan, 2. Hiburan,


(21)

4. Iklan, dan 5. Seleksi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikenakan terintegrasinya kelima indera yang dimiliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 10% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulate Experience) dari media audiovisual tersebut (Darwanto 2007 :119).

Darwanto juga mengemukakan, dalam kaitannya terhadap peningkatan pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain:

1. Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat dilihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.

2. Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan yang dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah kegiatan belajar di sekolah usai.

3. Kemasan acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas dan ditampilkan secara menarik.

4. Gaya penampilan pesan. Dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan, apakah host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan


(22)

menarik, sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga memahami pesan yang disampaikan.

5. Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.

1.5.3 Program Tayangan Acara Televisi

Wahyudi mengemukakan secara umum siaran televisi dapat dibagi menjadi tiga golongan besar (Wahyudi 1986 : 215), yaitu :

a. Siaran Berita

Siaran berita bertitik tolak dari pengertian berita. Bila kita berbicara tentang berita, berarti harus mengandung unsur-unsur:

- Aktual, atau baru, yang berarti mengandung makna kecepatan - Faktual, atau fakta/kenyataan, yang berarti tidak boleh berbohong. - Penting dan menarik.

b. Siaran Non Berita

Siaran Non-Berita biasanya siaran-siaran yang tidak memiliki nilai politik dan strategis. Disini yang diutamakan adalah keindahan dan sasarannya adalah kepuasan penonton. Boleh tidak faktual, artinya boleh sesuatu yang tidak masuk di akal. Yang termasuk dalam kategori siaran televisi non berita adalah :

- Sandiwara - Musik


(23)

- Acara-acara yang tidak mempunyai nilai politis dan strategis. c. Siaran Iklan

Siaran iklan adalah siaran yang khusus ditujukan untuk promosi suatu produk, kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk memperkenalkan sesuatu guna kepentingan komersial. Media televisi memungkinkan dalam waktu relatif singkat pesan dapat sampai kepada penonton yang jumlahnya cukup besar.

1.5.4 S-O-R

Menurut Effendy (1992 : 254), teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus Organism-Response yang awalnya berasal dari ilmu psikologi. Objek material psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Menrut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga orang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Model stimulus-rensponse (rangsangan-tanggapan), atau lebih popular dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dan komunkasi. Menurut model ini dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dan stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut


(24)

terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Model S-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber : (Effendy, 2004:255)

Dalam prinsip S-O-R secara gamblang dijelaskan tentang sebuah proses belajar dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul akibat stimulus tertentu. Artinya bahwa orang-orang dapat memprediksi keterkaitan yang erat antara pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa terhadap reaksi yang akan muncul dalam diri penerima (receiver) akibat pesan tersebut.

1.5.5 Minat

Menurut Cangara (2002 : 65) minat berarti perhatian, rasa suka/senang, rasa tertarik atau hasrat terhadap suatu keinginan. Menurut

stimulus

Response (Perubahan Sikap)

Organism - perhatian - pengertian - penerimaan


(25)

Effendy ( 2000 : 103) minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan tindakan yang diharapkan.

Minat ialah suatu keadaan dalam diri Individu yang mampu mengarahkan perhatiannya untuk objek tertentu yang dianggap penting yang mampu mendorong mereka untuk cenderung mencari objek yang disenangi tersebut, adapun ciri-ciri minat dapat dilihat dari uraian tersebut yaitu :

- Minat timbul dari perhatian terhadap subjek

- Setiap orang mempunyai kesukaan terhadap objek yang diminati. - Minat memunculkan kecenderungan hati untuk mencari objek yang

disenangi

- Minat ditunjukkan dalam bentuk hasrat melakukan sesuatu kegiatan. Bila dikaitkan dengan penelitian ini maka minat adalah sikap yang timbul dalam diri pemirsa setelah mereka mengetahui atau menonton tayangan Jejak Petualang tersebut.

1.6 Kerangka konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merutpakan uraian yang bersifat kritis dalam memeperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dalam mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nanawi, 1995 : 33).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat


(26)

perhatian ilmu sosial. Dalam pengertian ilmiah, konsep harus memiliki kriteria yang tepat dalam menjelaskan variabel penelitian (Burgin, 2005 : 58).

Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi varibel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebgai berkut :

1. Variabel Bebas ( X )

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya (Kriyanto, 2008 : 21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan jejak petualang di trans 7.

2. Variabel Terikat ( Y )

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyanto, 2008 : 21). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat berpetualang siswa.

1.7 Model teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait atau dengan lainnya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Variabel Bebas (X)

Tayangan Jejak Petualang di Trans 7

Variabel Terikat (Y)

Minat berpetualang siswa


(27)

1.8 Operasional Variabel

Tabel 1. Operasional Variabel

Variabel teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Tayangan Jejak Petualang di Trans 7

1. Pembawa acara 2. Materi acara 3. Waktu Tayangan 4. Daerah-daerah yang

dikunjungi. Variabel terikat (Y)

Minat Berpetualang siswa

1. Perhatian 2. Pengertian 3. penerimaan 4. Keinginan

Karakteristik responden

1. Jenis kelamin 2. Usia

3. Kelas

4. Frekuensi Menonton

1.9 Definisi Operasional

Definisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1995 : 46). Definisi variabel operasional dalam penelitian ini adalah :


(28)

a. Variabel bebas ( X )

1. Pembawa acara : Pembawa acara yang berperan sebagai komunikator dalam tayangan jejak petualang. Yang dilihat adalah penampilan, cara berbicara, dan tata bahasa yang digunakan pembawa acara.

2. Materi acara : Materi acara sebagai pesan dalam tayangan jejak petualang yang disampaikan kepada komunikan.

3. Waktu tayang : waktu dan durasi tayangan jejak petualang yang dihadirkan lewat televisi.

4. Daerah-daerah yang dikunjungi : Daerah-daerah unik dan menarik yang dikunjungi tim jejak petualang.

b. Variabel terikat ( Y )

1. Perhatian : Perhatian siswa SMA Negeri 1 sebagai responden ketika mengakses, melihat dan mengetahui tayangan jejak petualang di Trans 7.

2. Pengertian : pengertian siswa SMA Negeri 1 Berastagi mengenai pesan yang disampaikan dalam tayangan Jejak Petualang di Trans 7.

3. Penerimaan : penerimaan siswa SMA Negeri 1 Berastagi terhadap pesan yang disampaikan dalam tayangan Jejak Petualang di Trans 7.


(29)

4. Keinginan : Keinginan siswa SMA Negeri 1 untuk berpetualang seperti tayangan jejak petualang di Trans 7.

Karakteristik responden merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda satu dengan yang lainnya. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Kelamin merupakan jenis kelamin siswa SMA Negeri 1 Berastagi, yaitu pria dan wanita.

2. Usia merupakan umur siswa SMA Negeri 1 Berastagi yang menjadi responden.

3. Kelas merupakan tingkatan kelas siswa SMA Negeri 1 Berastagi yang menjadi responden.

4. Frekuensi Menonton merupakan kekerapan atau seberapa sering responden menonton tayangan Jejak Petualang

1.10 Hipotesis

Hipotesis secara bahasa berasal dari kata Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Maka, dari kedua kata tersebut, hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat yang kurang, maksudnya hipotesis ini merupakan pendapat atau pertanyaan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji lebih dulu dan karena bersifat sementara atau dugaan awal. Hipotesis harus diuji melalui riset dengan mengumpulkan data empiris. Hipotesis merupakan sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan,


(30)

karena ia merupakan instrumen kerja dari teori. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat pengaruh tayangan jejak petualang terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi

Ha : Terdapat pengaruh tayangan jejak petualang terhadap minat berpetualang siswa SMA Negeri 1 Berastagi


(31)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

Secara epistemology istilah kata komuikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin yakni communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan pemaknaan adalah sama makna.mengenai suatu hal. Komunikasi berlangsung apabila diantara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan terhadap suatu hal yang dikomunikasikan. Jika seseorang mengerti mengenai akan suatu hal yang disampaikan oleh orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain hubungan diantara mereka bersifat komunikatif (Effendy, 2004:30).

Definisi komunikasi menurut Berelson dan stainer dalam Fisher adalah penyampaian ide, informasi, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui symbol kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990 : 10). Shannon dan Weaver menyatakan bahwa komunikasi menyangkut semua prosedur melalui pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain (Effendy, 1986 : 9).

Harold Lasswell mengatakan bahwa cara yang paling baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut; “who says what in which channel to whom with what effect” (Effendy, 2004:10) paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertannyaan yang diajukan itu, yakni:


(32)

- Komunikator - Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicat, communicate, receiver, recipient) - Efek (effect, influence)

II.1. 1 Proses Komunikasi

Proses komunikasi dapat diartikan sebgai “Transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan-pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan (Ruslan, 2003 :73). Esensi dalam proses komunikasi adalah untuk memperoleh kesamaan makna di antara orang yang terlibat dalam proses komunikasi antar manusia.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Proses komunikasi terbagi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder (Effendy, 2000 : 11).

a. Proses Komunikasi secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, warna, gambar, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.


(33)

b. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media perantara.

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Pada umumnya kalau kita berbicara di kalangan masyarakat, yang dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana diterangkan di atas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang(symbol) beserta isi (content) – yakni pikiran atau perasaan – yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message), yang tak dapat dipisahkan. Tidak seperti media dlam bentuk surat, telepon, radio da lain-lainnya yang jelaa tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang tak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan sebagainya.

II.1. 2 Elemen-elemen Komunikasi

Rasberry dan Lindsay (Pohan, 2005 : 55) merinci elemen-elemen komunikasi yang biasanya terjadi dalam peristiwa proses komunikasi manusia dengan relative


(34)

1) Sumber (source, encoder, communication, sender, initiator), adalah setiap orang (kelompok, lembaga) yang mengambil inisiatif, memprakarsai penyampaian pesan-pesan, ide-ide, buah pikiran, gagasan.

2) Penyandian (enconding), sintem saraf pusat dari komunikator atau inisiator mengubah rangsangan pikiran dan ide-ide itu dari symbol, tanda, lambang, bunyi, dan suara gerak tubuh guna membawa pesan secara sempurna.

3) Pesan-pesan (messages), adalah keseluruhan dari system symbol, kata-kata, bunyi, ekspresi muka, ekspresi vocal, gerak tubuh, penampilan dan lain-lain yang membawa makna tertentu bagi penerima (receiver) atau pendengarnya.

4) Pengiriman atau penyampaian (transmission), pesan-pesan yang sudah diinformasikan dalam bentuk bahasa verbal dan nonverbal tersebut dikirim kepada lingkungan, ini memungkinkan ketersediaan dan kemudahan bagi penerima sehingga otak dan otot penerima menanggapinya dalam berbagai bentuk reaksi seperti suara, gerakan tubuh dan sebagainya.

5) Saluran (channel, medium), adalah sarana terpilih seperti: surat, telepon, tatap muka dan lain-lain untuk melalui mana pesan-pean dikirim kepada orang yang dituju (individu, kelompok kecil, group, organisasi)

6) Penerima (receiver), adalah penerima,pendengar, mitra bicara dimana tanggapannya tergantung pada sejauh mana ketepatan atau ketelitian dalam mengutamakan pemilihan rasa, kebutuhan, lingkungan, dan pemahaman terhadap pesan serta menaruh kepercayaan terhadap kejujuran komunikator.


(35)

7) Pemaknaan sandi (decoding) atau menterjemahkan sandi, adalah proses mental (psikologis) dimana penerima menterjemahkan (decoding) symbol bahasa verbal dan nonverbal yang digunakan komunikator tersebut ke dalam pengertiannya.

8) Penafsiran pesan (interpreting), adalah proses menyeleksi secara mental dalam diri penerima dalam menafsirkan pesan yang diterimanya menurut kompleks latar belakang seperti: pengetahuan, sikap, pengalaman, tingkat pendidikan dan budaya serta sistem sosial dimana penerima hidup dan dibesarkan.

9) Umpan balik (feedback), adalah tanggapan kembali penerima (receiver) terhadap pesan yang dapat dipahami dan dirasakan kembali kepada komunikator. Kemampuan ketepatan komunikator menangkap keseluruhan tanggapan penerima (receiver) yang diungkapkan baik secara sadar maupun tidak sadar, dinyatakan dalam kompleks tanggapan berupa ekspresi vocal, ekspresi muka, dan petunjuk nonverbal lainnya, keseluruhan tanggapan kembali tersebut sangat penting bagi pengukuran efektivitas sejauh mana tingkat keberhasilan komunikasi tercapai.

II.1. 3 Fungsi Komunikasi

Effendi (2000 : 27) menjelaskan, apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran pesan dan berita, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide, maka


(36)

1) Informasi : Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2) Sosialisasi (pemasyarakatan) : Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarkat.

3) Motivasi : Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4) Perdebatan dan diskusi : Menyediakan dan saling tukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah public, menyediakan bukti-bukti yng relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegitan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

5) Pendidikan : Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yng diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6) Memajukan kebudayaan : Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan


(37)

memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya.

7) Hiburan : Penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.

8) Integrasi : Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenl dan mengerti dan menghargai kondisi, pendangan, dan keinginan orang lain.

Sedangkan menurut Harold D. Lasswell, proses komunikasi di masyarakat menunjukkan tiga fungsi :

1) Pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environment), penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat dan bagian-bagian unsur di dalamnya.

2) Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi lingkungan (correlation of the components of society in making a response to the environment).

3) Penyebarluasan warisan sosial (transmission of the social inheritance). Disini berperan sebagai pendidik, baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun di sekolah, yang meneruskan warisan sosial kepada keturunan berikutnya.


(38)

II.2 Komunikasi Massa

II.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Ciri-ciri dan karakteristik komunikasi massa meliputi sifat dan unsure yang tercakup didalamnya (Suprapto, 2006:13). Adapun karakteristik komunikasi massa adalah:

1. Sifat komunikan, yaitu komunikasi massa yang ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relative besar, heterogen, dan anonym. Jumlah besar yang dimaksud hanya dalam periode waktu yang singkat saja dan tidak dapat diukur, beberapa total jumlahnya. Bersifat heterogen berarti khalayak bersifat berasal dari latar belakang dan pendidikan, usia,suku, agama dan pekerjaan yang beragam, sehingga faktor yang menyatukan khalayak yang heterogen ini adalah minat dan kepentingan yang sama. Anonim berarti bahwa komunikator tidak mengenal siapa khalayaknya, apa pekerjaannya, berapa usianya, dan lain sebagainya.

2. Sifat media massa, yaitu serempak dan cermat. Serempak (simultaneity) berarti bawa keserempakan kontak antara komunikator dengan komunikan yang demikian besar jumlahnya. Pada saat yang sama, media massa dapat membuat khalayak secara serempak dapat menaruh perhatian kepada pesanyang disampaikan oleh komunikator. Selain itu sifat dari media massa adalah cepat (rapid), yang berarti memungkinkan pesan yang disampaikan pada banyak orang dalam waktu yang cepat.


(39)

3. Sifat pesan, pesan yang disampaikan melalui media massa adalah bersifat umum (public). Media massa adalah sarana untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk kelompok orang tertentu. Karena pesan kepada khalayak, bukan untuk kelompok orang tertentu. Karena pesan komunikasi melalui media massa bersifat umum, maka lingkungannya menjadi universal tentang segala hal, dan dari berbagai tempat diseluruh dunia. Sifat lain dari pesan melalui media massa adalah sejenak (transient), yaitu hanya untuk sajian seketika saja.

4. Sifat komunikator, karena media massa merupakan lembaga organisasi, maka komunikator dalam media massa, seperti wartawan, sutradara, penyiar, pembawa acara, adalah komunikator yang terlembagakan. Media massa merupakan organisasi yang rumit, pesan-pesan yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil kerja kolektif, oleh sebab itu, berhasil tidaknya komunikasi massa ditentukan oleh berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi massa.

Sifat atau efek yang ditimbulkan pada komunikan tergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh para komunikator. Apakah tujuannya agar komunikan hanya sekedar tahu saja, atau komunikan merubah sikap atau pandangannya, atau komunikan dapat berubah tingkah lakunya, bahkan komunikan hanya mengkonsumsi berita sesuai dengan kebutuhan yang ingin mereka dapatkan dari media.


(40)

Menurut Cangara, komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta, dan ide (Winardono, 2006 : 57). Komunikasi massa dapat berfungsi untuk :

a. Informasi, yaitu kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta, opini, pesan, komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya. Baik itu dalam lingkungan daerah maupun internasional.

b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.

c. Motivasi, mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain memalui apa yang mereka baca, lihat, dengar melalui media massa.

d. Bahan diskusi, yaitu menyediakan informasi untuk menacapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak.

e. Pendidikan, yaitu dengan menyajikan informasi yang mengandung nilai edukasi, sehingga membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara informal.

f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebuadayaan melalui pertukaran siaran radio, televisi, atau media cetak.pertukaran ini memungkinkan peningkatan daya kreativitas guna


(41)

memajukan kebudayaan nasional masing-masing negara, serta memperkuat kerjasama masing-masing negara.

g. Hiburan, media massa adalah sarana yang banyak menyita waktu luang semua golongan usia, dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetikanya dituangkan dalam bentuk lagu, lirik, bunyi, gambar, dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya hiburan lain.

h. Integrasi, yaitu banyaknya negara-negara didunia dewasa ini diguncang oleh kepentingan-kepentingan tertentu, karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi seperti satlit dapat digunakan untuk menghubungkan perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan mempekokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

II.3 Televisi sebagai media komunikasi massa

Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Menurut effendi (2002 : 21), seperti halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi :


(42)

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambar-gambar yang factual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang mampu memuaskan pemirsa dirumah jika dibandingkan dengan media lainnya. Hal ini dikarenakan efek audio dan visual yang memiliki unsur immediacy dan realism.

Immediacy, mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stastiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. Penyiar yang sedang membaca berita, pemuka masyarakat yang sedang membaca pidato atau petinju yang sedang melancarkan pukulannya, tampak dan terdengar oleh pemirsa, seolah-olah mereka berada ditempat periatiwa itu terjadi, meskipun mereka berada dirumah masing-masing jauh dari tempat kejadian, tapi mereka dapat menyaksikan pertandingan dengan jelas dari jarak yang amat dekat. Lebih-lebih ketika menyaksikan pertandingan sepak bola, misalnya mereka akan dapat melihat wajah seorang penjaga gawang lebih jelas, dibandingkan dengan jika mereka berdiri di tribun sebagai penonton.

Realism, yang berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan ketika suatu acara ditayangkan secara langsung (Live). Jadi pemirsa langsung dapat melihat dan mendengar sendiri. Bedanya televisi dengan media cetak adalah berita yang disampaikan langsung direkam


(43)

dan hanya menggunakan sedikit editan untuk mendapatkan inti dari kejadian yang ingin disampaikan, sedangkan bila di media cetak, berita yang sama harus mengalami pengolahan terlebih dahulu oleh wartawan baru kemudian disajikan pada pembaca.

2. Fungsi Pendidikan (The Education Function)

Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak dan disampaikan secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat televisi menyiarkan acaranya secara teratur dan terjadwal seperti pelajaran bhasa Indonesia, matematika, dan lainnya. Selain itu televisi juga menyajikan acara pendidikan yang bersifat informal seperti sandiwara, legenda, dan lain-lain.

3. Fungsi Hiburan (The Entertaint Function)

Dalam negara yang masyarakatnya masih bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat pada televisi siarannya tampaknya lebh dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat menampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati di rumah-rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak dimengerti bahasa asing bahkan yang tuna aksara.


(44)

II.4 Program Acara Tayangan Televisi

Pengaruh siaran televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah terlepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof.Dr. R, Mar’at, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, dimana televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka terhanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).

Frank Jefkins (Effendy, 2002 : 105-108) menyebutkan ada sejumlah karakteristik khusus dalam program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi, dan warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang nampak haruslah dibuat semenarik mungkin. Sedangkan program acara televisi terdiri dari :

a. Buletin berita nasional, seperti : Siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun televisi swasta lokal.

b. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah actual secara lebih mendalam.


(45)

c. Program-program acara olahraga, baik olah raga di dalam atau diluar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam atau luar negeri.

d. Program acara mengenai topik-topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis dan lain sebagainya.

e. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya.

f. Acara musik, seperti konser music pop, music rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.

g. Acara bagi anak-anak, seperti penayangan film kartun.

h. Acara-acara keagamaan, seperti siraman rohani, acara ramadhan, dan hari-hari besar keagamaan lainnya.

i. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

j. Acara bincang-bincang atau sering juga disebut dengan talkshow.

II.5 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisn-Response. Ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak


(46)

mengherankan, karena objek yang material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.

Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesandan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah :

a. Pesan (stimulus. S)

b. Komunikan (Organism, O)

c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate dalam hal how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia”, perubahan serta pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis, Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian


(47)

c. Penerimaan

Gambar : Teori S-O-R

Gamabar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 2004 : 254).

stimulus

Response (Perubahan Sikap)

Organism - perhatian - pengertian - penerimaan


(48)

Teori ini, pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksii terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience.

Prinsip teori ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik mengenai terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori jaruh hipodermik memandang bahwa sebuah pemberitaan di media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan kedalam pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan. Dalam masyarakat massa, prinsip ini mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah individu, bukan ditujukan pada orang perorang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespon pesan informasi itu.

Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori ini yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individual differences).

Disini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience. Teori DeFleur secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan respon. (Bungin, 2006 : 277).


(49)

Teori S-O-R ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya bicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perlaku seseorang, kelompok, atau masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan prilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar individu, yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi apabila stimulus diterima oleh organism berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dan organism (diterima), maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu, organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan, maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut(perubahan prilaku). http://www.geocities.com/klinikikm/pendidikan-perilaku/perubahan-perilaku.htm

Selanjutnya, teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsangan) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus


(50)

semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Pemberian informasi sangat penting untuk dapat mengubah komponen kognisi. Komponen kognisi merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan sistem dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.

II.6 Psikologi Remaja

Masa remaja menurut Mappiare (Ali, 2004 : 9), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai degan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini, umumnnya anak sedang duduk du bangku sekolah menengah.

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescene sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental,


(51)

emosional, sosial dan fisik. Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson (Ali, 2004 : 16) disebut dengan identitas ego (ego identity). Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja. Yaitu sebagai berikut :

1. Kegelisahan

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Namun sesungguhnya belum memiliki banyak kemampuan untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara angan-angan yang tinggi


(52)

dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.

2. Pertentangan

Sebagai individu yng sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Oleh Karen itu pada umumnya remaja seringkali mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dan orangtua.

3. Mengkhayal

Keinginan untuk menjelajah dan bertulang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya hambatan dari segi keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orangtuanya. Akibatnnya mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi.

4. Aktivitas Berkelompok

Berbagai macam keinginan para remaja sering tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua seringkali melemahkan semangat dari para remaja. Kebanyakan remaja kemudian menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan


(53)

rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.

5. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (High curiosity). Karena dorongan oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin berpetualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Oleh karena itu, yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan positif, kreatif, dan produktif, misalnya ingin menjelajah alam sekitar untuk kepentingan penyelidikan dan ekspedisi.

Ali (2004 : 27) juga menjelaskan bahwa pada tahap perkembangan kreativitas remaja pada usia 15 hingga 18 tahun berada pada tahap operasional formal. Pada masa ini, remaja telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.

Dilihat dari perspektif ini, perkembangan kreativitas remaja berada pada posisi seiring dengan tahapan operasional formal. Artinya, perkembangan kreativitasnya sedang berada pada tahap yang amat potensial. Ciri-ciri kreativitas antara lain adalah :


(54)

3. Memiliki inisiatif,

4. Memiliki ketekunan yang tinggi, 5. Cenderung kritis terhadap orang lain,

6. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya, 7. Selalu ingin tahu,

8. Peka atau perasa, 9. Enerjik dan ulet,

10.Menyukai tugas-tugas yang majemuk, 11.Percaya kepada diri sendiri,

12.Mempunyai rasa humor, 13.Memiliki rasa keindahan,

14.Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.

Dalam perkembangannya, banyak remaja sekarang menghabiskan waktu didepan televisi, radio, video dan media-media lain yang memiliki pengaruh penting di dalam hidup banyak remaja. Arnett (Santrock, 2003 : 315) menjelaskan fungsi media massa bagi remaja diantaranya adalah:

1. Hiburan

Remaja seperti halnya orang dewasa, sering menggunakan media sekedar untuk hiburan dan perbedaan yang menyenangkan dari kesibukan keseharian.

2. Informasi

Remaja menggunakan media untuk mendapatkan informasi, terutama tentang topik yang menyangkut minat mereka.


(55)

Remaja cenderung untuk lebih mencari sensasi dibanding orang dewasa; media tertentu memberikan rangsangan terus-menerus dan baru yang menarik remaja.

4. Menaggulangi kesulitan

Remaja menggunakan media untuk menangulangi kelelahan dan ketidakbahagiaan. Dua respon penanggulangan yang dilakukan remaja adalah mendengarkan musik dan menonton televisi.

5. Model peran berdasarkan jenis kelamin

Media memberikan model peranan wanita dan pria; gambaran media-media ini mengenai wanita dan pria dapat mempengaruhi sikap dan perilaku remaja terhadap gender.

6. Jati diri budaya orang muda

Penggunaan media memberikan banyak remaja perasaan terhubung dengan jaringan dan budaya teman sebaya, yang lebih luas, yang tergabung oleh jenis-jenis nilai dan ketertarikan yang disampaikan media yang berorientasi remaja.

II.7 Minat

N. As’ad (1991 : 54) mendefinisikan minat sebagai sikap yang membuat seseorang senang terhadap suatu objek, situasi, dan ide-ide tertentu.


(56)

Menurut Effendy (1986 : 103) minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati oleh seseorang diperhatikan secara terus menerus dan disertai dengan rasa senang. Minat juga merupakan sikap yang dapat membuat seseorang senang terhadap objek, situasi atau ide-ide tertentu yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi tersebut. Minat seseorang baik bersifat sementara maupun tetap dan berbagai sistem motivasi yang dominan merupakan faktor penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya. Bentuk-bentuk minat adalah sebagai berikut : (Rakhmat, 2005 : 51-52)

1. Perhatian

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi apabila kita mengkosentrasikan diri pada salah satu alat indra yang lain (Rakhmat, 2005:51). Secara eksternal, stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain : gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan. Secara internal, ada beberapa faktor yang menarik perhatian kita yaitu biologis dan faktor sosiopsikologis. Motif sosiogenesis, kebiasaan dan kemauan, juga mempengaruhi apa yang kita perhatikan.


(57)

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga merupakan memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2005 : 52). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor fungisional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan hal-hal lainnya yang kita sebut dengan faktor personal; faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimui fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu; faktor situasional yaitu berkaitan dengan bahasa nonverbal seperti petunjuk prosemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik; dan faktor personal terdiri atas pengaalaman, olaman, motivasi, dan kepribadian.

3. Keinginan

Keinginan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan keinginan adalah tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Richard Dewey dan W.J Humber, keinginan merupakan : (1) hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan, (2) berdasarkan pengetahuan tentang, cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan; (3) dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan; (4) pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan (Rakhmat, 2005 : 43).


(58)

Minat itu sendiri senantiasa terarahkan kepada suatu hal atau suatu objek. Tidak adanya minat tanpa ada objek. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk karena adanya kebutuhan seseorang sepanjang perkembangan seseorang tersebut. Kebutuhan ini sebagai stimulus atau perangsang. Jadi agar stimulus dapat menimbulkan minat tentu haruslah menarik minat (manusia cenderung menyukai yang menarik bagi diri dan menguntungkannya). Bagaimana agar stimulus tersebut dapat menarik, haruslah melalui proses :

a) Adanya perhatian terhadap stimulus

b) Stimulus dapat mengerti

c) Stimulus tersebut dapat diterima (penerimaan)

Ketiga kondisi tersebut adalah proses timbulnya minat terhadap stimulus.. Objek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tayangan jejak petualang yang ditayangkan oleh Trans 7.


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Sejarah dan Perkembangan SMA Negeri 1 Berastagi

Sejak meletusnya Gerakan 30 S/PKI, Indonesia mengalami krisis yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok menjadi tinggi. Tidak ketinggalan ongkos dari Berastagi ke Kabanjahe naik dari Rp. 1.250 menjadi Rp. 10.000. Maka pada bulan Oktober 1965 terjadilah aksi unjuk rasa damai pelajar-pelajar Berastagi, yaitu yang bersekolah di Kabanjahe seperti : SMA Negeri Kabanjahe, SPG Negeri Kabanjahe, SMA Masehi Kabanjahe, dan SMA RK Kabanjahe. Aksi unjuk rasa ini dilaksanakan dengan berjalan kaki bersama dari Berastagi ke Kabanjahe, karena tidak sanggup membayar ongkos. Unjuk rasa damai ini dipimpin oleh Adil Bangun, Pinem Ginting dan Asrik. Unjuk rasa damai ini didominasi oleh pelajar-pelajar dari Berastagi yang bersekolah di SMA Negeri Kabanjahe selama lebih-kurang satu bulan lamanya.

Aksi unjuk rasa tersebut tidak hanya menuntut penurunan ongkos, tapi juga menuntut didirikannya sebuah SMA Negeri di Berastagi. Sekitar tahun 1966, para pelajar tersebut mengambil alih gedung Eks Hoakiau di Berastagi. Sebagai tindak lanjut atas aksi tersebut, maka sejak tanggal 1 Agustus 1966 didirikanlah SMA Negeri Kabanjahe FILIAL (Kelas-kelas) Berastagi yang menempati Eks Hoakiau di Jalan Jamin Ginting, Gang Serasi (SD Letjen Jamin Ginting sekarang) dengan siswa


(60)

SMA Negeri Kabanjahe yang naik kelas II jurusan SOS, yang berjumlah lebih kurang 28 orang, yakni : Sada Arih Surbakti, Marhen/Martin Sinulingga, Nasional Surbakti, Jasa Barus, Harta Malem Br Purba, Minda Mora Br Tarigan dan lain-lain, serta Siswa Baru Kelas 1 sebanyak 2 Kelas. Pelaksana Harian Kepala Sekolah pada saat itu adalah Bukit Ginting, dengan Guru-guru antara lain : S. Tarigan, N. Ginting, B. Sembiring, R. Ginting, R. Tarigan, S Br Sembiring dan BTH. Ginting.

Pada sekitar tahun 1968, SMA Negeri Kabanjahe filial Berastagi pindah lokasi dari Gang Serasi ke Gedung Eks Hoakiau (SMA Negeri 1 Berastagi Sekarang) bergabung dengan SMEP dan STM.

Di awal tahun 1971, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1971, sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0143/1971, SMA Negeri Kabanjahe di Berastagi dengan resmi diubah menjadi SMA Negeri Berastagi, yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Juli 1971.

Sebagai tindak lanjut atas Keputusan yang diterima sekitar bulan Agustus 1972 tersebut, maka dibuat Surat tersebut diterima sekitar bulan Agustus 1972, maka dibuatlah acara peresmiannya pada bulan September 1972. Kepala Sekolah pada waktu itu adalah Saban Tarigan, dengan Guru-gurunya antara lain : Nesei Ginting, Jendalit Br Surbakti, Perlu Tarigan, Bintang Kaban, Bersih Sembiring, Cipta Br Purba, Selamat Ginting, Rejeki Tarigan, Tani Ginting, dll. Pada tanggal 28 September 1989, dengan Surat Nomor : 703/I05.6/SMA.03/D/1989, Gedung STM Negeri Berastagi diserahterimakan kepada SMA Negeri Berastagi.


(61)

Sekitar tahun 1996, SMA Negeri Berastagi berubah nama menjadi SMU Negeri 1 Berastagi kira-kira selama 5 tahun. Sekitar bulan Oktober 2002, nama SMU Negeri 1 Berastagi berubah menjadi SMA Negeri 1 Berastagi sampai sekarang.

Pada tahun 2002, SMA Negeri 1 Berastagi mendapat kepercayaan dari Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah menjadi salah satu sekolah Piloting IT (Information Technology). Pada tahun 2005, SMA Negeri 1 Berastagi kembali mendapat kepercayaan dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara untuk mengelola Kelas Unggulan.

Pada tahun 2007, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah dalam hal ini Direktorat Peningkatan Mutu SMA memberikan kepercayaan kepada SMA Negeri 1 Berastagi menjadi salah satu Sekolah Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSBI)

Oleh para alumninya, SMA Negeri 1 Berastagi dikenal dengan singkatan SMANSAGI. Sebagai sarana untuk saling bertukar informasinya serta untuk saling melepas rindu bagi para alumni maupun kalangan umum, maka dibuatlah Website dan E-mail SMA Negeri 1 Berastagi :

1. www.sman1berastagi.sch.id 2. smansagi@yahoo.com

3.


(62)

a. Visi

Insan Karo Cerdas dan Kompetitif Secara Global Berbasis Wawasan Kebangsaan Indonesia (The intelligent and globally competitive of Karonese based on the principles of Indonesian)

b. Misi

1. Membekali dan membina budi pekerti siswa yang terpuji sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya Bangsa demi menjaga keutuhan NKRI (The students' recommended moral building and provisioning in accordance with the nobleness of the Nation's culture in preserving the wholeness of the Unitary State of the Republic of Indonesia)

2. Memberdayakan potensi kecerdasan siswa baik dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maupun sosial-emosionalnya (The students' potential intelligence endeavoring in both Science and Technology and their social emotional) 3. Menumbuhkan penghayatan terhadap agama yang dianutnya menjadi sumber

kearifan dalam bertindak (The students' full religious experience emerging to be the wisdom of behavior)

4. Meningkatkan kemampuan daya saing bagi warga sekolah untuk mampu bersaing (The competitiveness improving of the school members to be able to compete nationally and internationally)

5. Menerapkan manajemen partisipasi dengan melibatkan seluruh warga sekolah, Komite Sekolah, Pemerintah Pusat dan Daerah, Alumni, Tokoh Pendidikan dan Masyarakat (Participation management applying with the


(63)

school members, the School Committee, Central and Regional Government, Alumnus, Educational and Social Figures)

c. Tujuan

- Tujuan Jangka Pendek (Short-Term Purposes)

1. Memberikan pelajaran Budi Pekerti kepada siswa (Teaching moral and character for the students)

2. Menggunakan Multimedia dalam pembelajaran (Applying the Active Multi Media Learning)

3. Melaksanakan English Day di setiap Hari Sabtu bagi warga sekolah (Actualizing English Day on Saturdays for all the school members) 4. Melaksanakan pembinaan iman untuk menangkal pergaulan bebas,

penggunaan narkoba, tawuran, kekerasan dan penyakit masyarakat lainnya (Actualizing belief building in order to avoid juvenile delinquencies, drugs abuse, gang fights, violences and other social troubles)

5. Memiliki tim olahraga, seni, KIR dan olimpiade yang mampu bersaing di tingkat nasional (Having the nationally competitive teams of sports, arts, science and olimpiade)

6. Meningkatkan mutu lulusan untuk dapat diakui secara internasional (Increasing quality of the graduates to be internationally acknowledged) 7. Menjalin kerjasama yang baik bagi seluruh warga sekolah, Komite Sekolah,

Pemerintah Pusat dan Daerah, Alumni, Tokoh Pendidikan dan Masyarakat (Establishing respectable cooperation for all the school members, the School


(64)

Committee, Central and Regional Government, Alumna, Educational and Social Figures)

- Tujuan Jangka Panjang (Long-Term Purposes)

1. Melaksanakan English Day disetiap Hari Senin dan Sabtu bagi warga sekolah (Actualizing English Day on Mondays and Saturdays for all the school members)

2. Memiliki tim olahraga, seni, KIR dan olimpiade yang mampu bersaing di tingkat internasional (Having the internationally competitive teams of sports, arts, science and olimpiad)

3. Peningkatan kwalitas sekolah untuk dapat diakui secara internasional (Increasing the school quality to be internationally acknowledged)

III.1.3. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Berastagi

Gambar 2


(65)

Sumber : www.sman1berastagi.sch.id

III.2. Sekilas Tentang Tayangan Jejak Petualang

Tayangan jejak petualang merupakan program tayangan dokumenter yang dihadirkan secara khusus oleh stasiun televisi swasta Trans 7 bagi para penonton

Kepala Sekolah SMA.N.1 B.Tagi

Alberto Colia S.pd. M.pd Koordinator RSBI Deni Tarigan S.pd Pengurus Komite Sekolah

Rahman Sitepu M.Ba

WAKASEK Kesiswaan

Matsyah Ginting S.Pd WAKASEK Sarana Prasarana

Efredi Perangin-angin S.Pd WAKASEK Kurikulum

Richard Tarigan S.Pd

WAKASEK Humas

Drs. Apen Ginting

Wali Kelas/ Pembimbing Akademik

Laboratorium

Kimia : Elmin Rajagukguk

Fisika : Dra. Sarinah

Biologi : Dra. Aminata Barus

Bahasa : Susilawati Br G S.s

Komputer : Drs. Dasin

Multimedia : Kabinettaf Bangun

Pustakawan

Pintaria Br

BP/BK UKS

Iriani S.pd

Tata Usaha

1.Kepala : Rahmawati Br T

2. Kepegawaian : Rahma T

3. Akademik : Betsyeba S

4. Bendahara : M. Fatton

5.Kesekertariatan : Julian S

Guru MG/MP

Pengurus OSIS


(1)

Tabel 37 Crosstabulation

Intensitas menonton tayangan Jejak Petualang dalam satu bulan * Pengaruh tayangan Jejak Petualang terhadap minat untuk berpetualang

Count

Pengaruh tayangan Jejak Petualang terhadap

minat untuk berpetualang Total

Sangat

berminat Berminat Kurang berminat

Sangat berminat intensitas menonton

tayangan Jejak Petualang dalam satu bulan

Setiap hari Tayang

5 2 0

6 4

10

7

Seminggu dua kali 19 19 44

Sebulan sekali 10 22 36

Total

34 43 87

Tabel menjelaskan tentang hubungan antara intensitas menonton tayangan

Jejak Petualang dalam satu bulan dengan pengaruh tayangan Jejak Petualang

terhadap minat untuk berpetualang. Dari 87 responden 7 orang menonton tayangan

jejak petualang setiap hari tayang, 44 orang menonton dua kali dalam seminggu,36

orang menonton sebulan sekali.

Sedangkan sangat berminat untuk berpetualang sebanyak 34 orang, 43 orang

berpendapat berminat dan 10 orang berpendapat kurang berminat. Dari data diatas,

dapat diketahui hubungan antara intensitas responden menonton tayangan Jejak

Petualang dengan pengaruh tayangan Jejak Petualang terhadap minat untuk


(2)

dibahas adalah pengaruh tayangan Jejak Petualang terhadap minat untuk

berpetualang, yaitu berminat. Maka bahasannya adalah sebagai berikut:

• Setiap hari tayang 100% 2,2% 87

2

= x

• Dua kali seminggu 100% 21,8% 87

19

= x

• Sebulan sekali 100% 25,8%

87 22

= x

Berdasarkan data dapat dilihat persentase responden yang menonton

tayangan jejak petualang sebulan sekali yang mengatakan hubungan pengaruh

tayangan Jejak Petualang terhadap minat berpetulang adalah 25,8% Dengan

demikian terdapat hubungan antara intensitas menonton tayangan Jejak Petualang

dengan minat untuk berpetualang siswa.

Tabel 38 Correlations Tayangan Jejak Petualang Minat Berpetualang siswa Spearman's rho Tayangan Jejak Petualang Correlation

Coefficient 1.000 .733(**)

Sig. (2-tailed) . .000

N 87 87

Minat Berpetualang siswa

Correlation

Coefficient .733(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 87 87


(3)

Uraian:

1. Pada perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan Spearman Rho

Koefisien didapat hasil .733 yang diartikan sebagai 0,733. Angka tersebut

adalah angka koefisien korelasi. Angka tersebut menunjukan hubungan yang

tinggi ; kuat antara variabel X dengan variabel Y karena terletak antara 0,71 –

0,90 pada skala Guilford. Dengan demikian, dapat diuraikan bahwa terdapat

hubungan yang tinggi ; kuat antara tayangan Jejak Petualang di Trans 7 dan

minat berpetualang siswa.

2. Signifikansi atau nilai penerimaan hasil korelasi Spearman Rho dapat diuji

dengan menyusun hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat hubungan antara dua variabel

Ha : terdapat hubungan antara dua variabel

3. Dasar pengambilan keputusan signifikansi:

Jika thitung > ttabel , maka hubungannya signifikan dan Ho ditolak.

Jika thitung < ttabel , maka hubungannya tidak signifikan dan Ho diterima.

4. Dari tabel diketahui bahwa nilai korelasi (r) = 0,733 dan signifikansi (2

tailed) = 0,000 (100%). Disini diketahui bahwa nilai signifikansi adalah

0,000 (100%) ≥ α = 0,05 (95%). Dengan demikian, maka hubungan antara variabel x dan y (rxy) sebesar 0,000 secara statistik dan dapat dikatakan


(4)

Sedangkan Ha, yakni terdapat hubungan antara tayangan Jejak Petualang di

Trans 7 dan minat berpetualang siswa diterima.

Sedangkan untuk peramalan indeks korelasi yang menentukan besar

hubungan variabel X (Tayangan Jejak Petualang) terhadap variabel Y (Minat

Berpetualang Siswa), digunakan rumus:

Kp = (rs)² x 100%

Kp = (0,733)² x 100%

Kp = 0,537x 100%

Kp = 53,7%

Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap

variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 53,7% dan terdapat 46,3%


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dilakukan sesuai dengan

langkah-langkah yang dituntun dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti, menurut para

responden, Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 merupakan tayangan

inspiratif yang mampu memberikan informasi, pengetahuan dan hiburan.

Tayangan ini dapat menarik perhatian dari berbagai kalangan baik

mahasiwa, pelajar maupun umum. Hal itu dikarenakan tayangan Jejak

Petulang ini merupakan tayangan yang selalu menampilkan banyak potensi

alam dan budaya Indonesia baik yang sudah dikenal masyarakat maupun

yang belum dikenal masyarakat, sehingga banyak informasi dan hiburan

yang dapat diambil dari tayangan ini.

2. Siswa SMA Negeri 1 Berastagi tertarik menonton tayangan Jejak Petualang

ini karena tayangan ini merupakan tayangan yang menarik untuk ditonton

karena penonton merasa bahwa banyak informasi mengenai potensi alam

dan budaya Indonesia. Disamping itu tayangan Jejak Petulang juga membuat


(6)

SMA Negeri 1 Berastagi tertarik untuk menonton tayangan Jejak Petualang

di Trans 7.

3. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan penulis, terdapat hubungan

antara tayangan Jejak Petulang di Trans 7 dengan Minat Berpetulang Siswa

SMA Negeri 1 Berastagi. Terdapat hubungan yang kuat dan tinggi (0,733)

antara tayangan Jejak Petualang dengan Minat Berpetualang Siswa.

Sedangkan uji signifikasi yang dilakukan dalam penelitian menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara tayangan Jejak Petulang dan Minat

Berpetualang Siswa.

V.2 Saran

Adapun beberapa saran yang diajukan, yaitu sebagai berikut:

1. Durasi penayangan Jejak Petualang sebiknya diperpanjang mengingat bahwa

tayangan ini memiliki banyak peminat dan pemirsa televisi merasa bahwa

durasi 30 menit terlalu singkat untuk memaparkan semua potensi alam dan

budaya Indonesia.

2. Sebaiknya iklan dalam tayangan ini dikurangi, karena dianggap mengurangi


Dokumen yang terkait

Picture Health Warning di Kotak rokok Terhadap Minat Merokok Siswa (Studi Korelasional Komunikasi Visual Peringatan Bahaya Merokok di Kotak Rokok Terhadap Minat Merokok Aiswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah)

6 135 86

Peningkatan Minat Baca Siswa Melalui Penggunaan Perpustakaan Pada SMP Negeri 2 Takengon Aceh Tengah

4 55 69

Tayangan Backpacker Dan Tingkat Minat Berwisata Ke Luar Negeri (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Backpacker TVOne Terhadap Tingkat Minat Berwisata ke Luar Negeri di Kalangan Siswa ILP Medan)

1 64 81

Tayangan &quot;Koper Dan Ransel&quot; Dan Minat Wisata (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV terhadap Minat Wisata Masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai)

0 97 108

PERAN PRODUCTION ASSISTANT PADA PROGRAM JEJAK PETUALANG DI TRANS 7

14 72 57

KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA terhadap Program Jejak Petualang, Trans 7).

0 4 13

KEPU KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA terhadap Program Jejak Petualang, Trans 7).

0 4 13

PENDAHULUAN KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA terhadap Program Jejak Petualang, Trans 7).

0 2 50

PENUTUP KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA terhadap Program Jejak Petualang, Trans 7).

0 3 42

PENGARUH ACARA MY TRIP MY ADVENTURE DI TRANS TV TERHADAP MINAT BERPETUALANG SISWA SMA NEGERI 1 TAMBUN SELATAN BEKASI

0 2 190