BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT Sumatra Industri Cat merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang produksi cat. PT Sumatra Industri Cat didirikan pada bulan Juni
tahun 1956 di daerah Padang Bulan, Medan. Namun, pada tahun 1960, terjadi kebakaran di perusahaan yang menyebabkan perusahaan harus dipindahkan ke
jalan KL.Yos Sudarso Km 7,8 yang merupakan lokasi produksi perusahaan hingga saat ini. Sedangkan kantor pemasaran perusahaan terletak di jalan Ahmad
Yani No. 7, Medan. Seiring dengan perkembangan kebutuhan, jumlah karyawan di PT Sumatra
Industri Cat telah mencapai sekitar 100 orang. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, karyawan kemudian dialokasikan dengan pembagian 30 orang yang
bertugas di kantor pemasaran dan 70 orang yang bertugas di pabrik perusahaan. Produk yang dihasilkan perusahaan adalah cat, baik cat yang dibuat dengan bahan
dasar air water based paint maupun yang dengan menggunakan pelarut solvent based paint.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Ruang lingkup bidang usaha PT Sumatra Industri Cat adalah memproduksi cat, baik berupa cat dengan bahan dasar air maupun cat dengan bahan dasar
pelarut untuk kepentingan rumah tangga maupun untuk perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Lokasi Perusahaan
PT Sumatra Industri Cat terletak di Jl. KL. Yos Sudarso No. 23 Km 7,8 , Tanjung Mulia, Medan dengan kantor pemasaran yang berlokasi di Jl. Ahmad
Yani No. 7.
2.4. Organisasi dan Manajemen
2.4.1. Struktur Organisasi Perusahaan
PT Sumatra Industri Cat menggunakan struktur organisasi berbentuk fungsional dimana pemimpin perusahaan membagi pekerjaan berdasarkan fungsi
tertentu. Struktur organisasi tersusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam
organisasi. Adapun struktur organisasi PT Sumatra Industri Cat dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Direktur
Kepala Produksi Staff Administrasi
Gudang Kasir
Manager
Kepala Personalia
Pajak
Karyawan Produksi
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Sumatra Industri Cat
2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Jabatan-jabatan yang terdapat pada struktur organisasi PT Sumatra Industri Cat memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Adapun uraian tugas dan
tanggung jawab setiap bagian pada PT Sumatra Industri Cat dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah tenaga kerja pada PT Sumatra Industri Cat adalah sebanyak 100 orang, dimana tenaga kerja tersebut terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga
kerja tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan pembuatan produk sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga
kerja yang tidak berhubungan langsung terhadap berjalannya produksi, tetapi berdampak terhadap jalannya produksi, baik dalam bidang manajemen ataupun
administratif. Rincian tenaga kerja yang ada pada PT Sumatra Industri Cat dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja pada PT Sumatra Industri Cat No
Jabatan Jumlah orang
1. Direktur
1 2.
Manajer 1
3. Kepala Personalia
1 4.
Kepala Produksi 1
5. Staff Administrasi
18 6.
Staff Pajak 5
7. Gudang
20 8.
Kasir 3
9. Karyawan Produksi
47
TOTAL 100
Sumber: PT. Sumatra Industri Cat
Jam kerja yang diberlakukan di PT Sumatra Industri Cat adalah 40 jam per minggu dengan maksimum 7 jam kerja per hari. Karyawan yang bekerja lebih
dari 7 jam per hari atau 40 jam per minggu, akan menerima upah lembur. Karyawan yang dating terlambat harus mengisi formulir keterlambatan dan
menyerahkannya ke
bagian personalia
untuk dipertimbangkan
alasan keterlambatannya. Adapun jam kerja di PT Sumatra Industri Cat dapat dilihat
pada Tabel 2.2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Jam Kerja PT Sumatra Industri Cat Hari
Jam Kerja WIB Keterangan
Senin - Kamis 08.00
– 12.00 Kerja
12.00 – 13.00
Istirahat 13.00
– 16.00 Kerja
Jumat 08.00
– 11.30 Kerja
11.30 – 13.30
Istirahat 13.30
– 17.00 Kerja
Sabtu 08.00
– 13.00 Kerja
Sumber: PT. Sumatra Industri Cat
2.4.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
PT Sumatra Industri Cat memberlakukan sistem pengupahan yang sesuai dengan ketentuan Upah Minimum Kota UMK Medan. Selain upah, perusahaan
juga memberikan tunjangan dan fasilitas lain untuk menambah kesejahteraan dan semangat kerja karyawan, yaitu:
1. Upah Lembur, yaitu upah yang diberikan jika tenaga kerja bekerja melebihi
jam kerja yang telah ditentukan. 2.
Tunjangan Hari Raya THR, yaitu tunjangan sebesar satu bulan gaji bagi karyawan yang telah bekerja lebih dari satu tahun.
3. Cuti karyawan, yaitu perusahaan mengijinkan karyawan yang telah bekerja
lebih dari satu tahun untuk mengajukan permohonan cuti maksimal 12 hari kerja setiap tahunnya.
4. Pelayanan Kesehatan, yaitu penyediaan obat P3K dan perawatan terhadap
kecelakaan ringan yang dialami tenaga kerja saat bekerja 5.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek, dimana pihak perusahaan mengasuransikan seluruh tenaga kerja pada PT Jamsostek. Jaminan yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, serta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
6. Izin Khusus, yaitu dispensasi yang diberikan kepada tenaga kerja untuk
melakukan kegiatan tertentu, misalnya istirahat karena sakit.
2.5. Proses Produksi
2.5.1. Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan oleh PT Sumatra Industri Cat dalam menghasilkan produk terdiri dari bahan baku, bahan penolong, dan bahan
tambahan yang dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
2.5.1.1.Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan cat yaitu bahan pengikat binder, bahan pewarna, bahan pengisi, serta bahan pelarut. Bahan pengikat
merupakan bahan yang berfungsi membawa bahan melekat pada bidang yang di kuas atau disemprot dengan cat. Bahan pewarna merupakan bahan yang berfungsi
untuk menambah fungsi dekoratif cat dengan memberi warna tertentu pada cat. Bahan pengisi merupakan bahan yang berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat cat
serta mengurangi harga cat. Bahan pelarut merupakan bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan baku agar dapat bercampur.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1.2.Bahan Tambahan
Bahan tambahan atau additive adalah bahan yang berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat khusus yang dikehendaki dari cat. Bahan tambahan yang
digunakan yaitu anti foaming agent.
2.5.1.3.Bahan Penolong
Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi cat berupa kaleng dan tali plastik. Kaleng yang digunakan adalah kaleng yang terbuat dari
aluminium yang anti karat agar mutu dan isi cat tetap dalam kondisi baik walaupun tidak digunakan dalam waktu yang lama. Tali plastik digunakan pada
pengepakan cat untuk memudahkan pengiriman.
2.5.2. Uraian Proses Produksi
Proses pembuatan cat di PT Sumatra Industri Cat terdiri dari proses penimbangan bahan baku, proses pengadukan, proses penghalusan, proses
penuangan, proses pengalengan, dan proses pengepakan. Adapun proses produksi cat adalah sebagai berikut.
1. Tahap Penimbangan Bahan Baku
Dalam tahap ini, bahan baku yaitu bahan pengikat binder, bahan pewarna, bahan pengisi, serta bahan pelarut dikumpulkan dan dilakukan penimbangan
terhadap masing-masing bahan sesuai dengan formula yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Pengadukan Mixing
Dalam tahap ini, bahan baku yang telah disediakan kemudian dicampur ke dalam mixer. Proses pengadukan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
mesin high speed mixer. Proses pengadukan dilakukan hingga warna cat merata. Pada tahap ini operator melakukan pengecekan terhadap warna cat
dan waktu pengeringan cat. 3.
Tahap Penghalusan Grinding Dalam tahap ini, cat yang telah dihasilkan kemudian digiling dengan
menggunakan mesin bar mills. Penggilingan dilakukan berulang kali sampai partikel cat yang dihasilkan telah benar-benar halus. Ukuran kehalusan
biasanya sekitar 800 sampai dengan 1000 mesh. 4.
Tahap Penuangan Dalam tahap ini, cat yang telah selesai diproduksi kemudian dibawa ke
stasiun penuangan. Cat tersebut kemudian dituang ke dalam kaleng secara manual dengan menggunakan gayung.
5. Tahap Pengalengan
Dalam tahap ini, kaleng yang telah berisi cat kemudian ditutup dan diberi sampel warna untuk memudahkan pembeli mengetahui warna cat yang
terdapat di dalam kaleng tanpa perlu membuka kemasan. Proses pengalengan dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa alat press.
6. Tahap Pengepakan
Dalam tahap ini, kaleng cat yang telah diberi sampel kemudian diikat dengan menggunakan tali plastik. Pada tahap ini operator melakukan pengecekan
Universitas Sumatera Utara
terhadap hasil pengalengan. Setiap pak terdiri dari 10 kaleng cat. Setelah kaleng dipak, kemudian produk diserahkan kepada bagian gudang.
2.5.3. Mesin dan Peralatan
Adapun mesin dan peralalatan produksi yang digunakan pada PT Sumatra Industri Cat dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.5.4. Utilitas
Utilitas merupakan fasilitas yang digunakan untuk membantu kelancaran operasional di lantai produksi. Utilitas yang terdapat di di PT Sumatra Industri Cat
adalah penyediaan air bersih, sumber tenaga listrik, safety and fire protection, serta pengolahan limbah.
1. Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih di perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu air yang berasal dari PDAM untuk keperluan karyawan serta air yang berasal dari air
tanah yang dipompa menggunakan pompa air untuk digunakan di bagian produksi.
2. Sumber Tenaga Listrik
PT Sumatra Industri Cat menggunakan dua jenis sumber tenaga listrik, yaitu dari PLN dan dari genset yang dimiliki perusahaan. Energi listrik yang berasal
dari PLN digunakan di kantor. Sedangkan energi listrik yang berasal dari genset digunakan untuk proses produksi di lantai produksi.
Universitas Sumatera Utara
3. Safety and Fire Protection
Untuk mencegah dan mengatasi bahaya kebakaran, PT Sumatra Industri Cat memiliki alat pemadam kebakaran berupa fire extinguisher.
4. Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi di PT Sumatra Industri Cat adalah limbah cair berupa cat dan minyak sisa. Pengolahan terhadap limbah
tersebut dilakukan melalui IPAL dimana limbah tersebut disterilisasi. Setelah limbah tidak lagi mengandung zat berbahaya bagi lingkungan, limbah tersebut
baru dapat dialirkan ke saluran pembuangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Pengukuran Waktu
Time Study
4
Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku
standard time penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja
work measurement atau time study. Pengukuran waktu kerja ini berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna
menyelesaikan suatu pekerjaan. Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
1. Pengukuran waktu secara langsung
Pengukuran ini dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Misalnya pengukuran kerja dengan
jam henti stopwatch time study dan sampling kerja work sampling. 2.
Pengukuran secara tidak langsung Pengukuran ini dilakukan dengan menghitung waktu kerja tanpa si pengamat
harus ditempat kerja yang diukur. Pengukuran waktu dilakukan dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan.
4
Wignjosoebroto. Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya, 2000. hal.169- 170.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya aktivitas data waktu baku standard data, dan data waktu gerakan predetermined time system.
3.1.1. Stopwatch Time Study
5
Stopwatch time study adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat yang
telah disiapkan. Sesuai dengan namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti stop watch sebagai alat utamanya. Langkah-langkah
pengukuran waktu kerja dengan menggunakan stopwatch time study adalah : 1.
Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih
untuk diamati dan supervisor yang ada. Dalam penentuan tujuan tersebut, dibutuhkan adanya tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang digunakan
dalam pengukuran jam henti. 2.
Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti layout, karakteristikspesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang
digunakan. 3.
Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetil-detilnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
5
Ibid. hal. 171-173.
Universitas Sumatera Utara
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah
jumlah siklus yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak, tes pula keseragaman data yang diperoleh.
6. Tetapkan rating factor operator. Rating factor ini ditetapkan untuk setiap
elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performansi operator. Untuk elemen kerja yang sepenuhnya dilakukan oleh mesin maka performansi
dianggap normal 100. 7.
Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performansi kerja yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8. Tetapkan waktu longgar allowance time guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan yang bersifat personal, kelelahan, dan keterlambatan material.
9. Tetapkan waktu kerja baku standard time yaitu jumlah total antara waktu
normal dan waktu longgar.
3.1.2. Pengujian Keseragaman Data
Selama melakukan pengukuran, operator mungkin mendapatkan data yang tidak seragam. Untuk itu digunakan alat yang dapat mendeteksinya yaitu peta
kendali. Batas kendali dibentuk dari data yang merupakan batas yang menentukan seragam tidaknya data. Data dikatakan seragam jika berada dalam batas control
dan data dikatakan tidak seragam jika berada diluar batas control.
6
Rumus untuk
6
Sutalaksana, Iftikar Z., dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja .Bandung: ITB, 2005. hal. 131 –
135.
Universitas Sumatera Utara
menghitung keseragaman data dengan tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan 95 adalah :
dimana: : waktu rata-rata
: simpangan baku : Batas Kontrol Atas
: Batas Kontrol Bawah
3.1.3. Pengujian Kecukupan Data
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari penelitian lapangan telah mencukupi untuk digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada.
7
Rumus untuk mengetahui berapa jumlah pengamatan pengukuran yang sebaiknya digunakan adalah :
2 2
2
.
X X
X N
s z
N
dimana:
7
Ibid. hal. 136-137.
Universitas Sumatera Utara
X = waktu pengamatan dari setiap elemen kerja untuk masing-masing siklus yang diukur
z = angka deviasi standard untuk t yang besarnya tergantung pada tingkat keyakinan yang diambil, dimana :
1. 90 confidence level : z = 1,65 2. 95 confidence level : z = 2,00
3. 99,7 confidence level : z = 3,00 s = derajat dari data t yang dikehendaki, yang menunjukkan maksimum
prosentasi penyimpangan yang bisa diterima dan nilai t yang sebenarnya. Nilai ks dikenal sebagai Confidence-Precision Ratio dari time study yang
dilaksanakan. N = jumlah pengamatanpengukuran awal yang telah dilakukan untuk elemen
kegiatan tertentu yang dipilih. N
’ = jumlah siklus pengamatanpengukuran yang seharusnya dilaksanakan agar dapat diperoleh presentase kesalahan error minimum dalam mengestimasi
t yaitu sebesar S. Apabila N’ N maka diperlukan pengukuran tambahan hingga memenuhi
jumlah yang diperlukan. Apabila N’ N maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi.
Universitas Sumatera Utara
3.1.4. Rating Factor
8
Rating factor adalah faktor yang diperoleh dengan membandingkan kecepatan bekerja dari seorang operator dengan kecepatan kerja normal menurut
ukuran penelitianalis. Dari faktor ini dapat dilihat bahwa: 1.
Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas normal maka rating factor ini akan lebih besar dari pada 1 Rfl.
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dibawah normal maka
rating factor akan lebih kecil dari 1 Rfl. 3.
Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor ini diambil sama dengan 1 Rf = 1. Untuk kondisi kerja dimana operasi secara
penuh dilaksanakan oleh mesin operating atau machine time maka waktu yang diukur dianggap waktu yang normal.
9
Ada 5 sistem penyesuaian yang sering digunakan, yaitu : 1.
Skill dan Effort Di sini faktor yang diperhatikan adalah kecakapan dan usaha-usaha yang
ditunjukkan oleh operator pada saat bekerja, juga mempertimbangkan kelonggaran allowance waktu lainnya.
2. Westinghouse System of Rating
Ada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yakni:
a. Skill keterampilan
8
Wignjosoebroto. Sritomo. op. cit, hal. 194.
9
Sutalaksana, Iftikar Z., dkk. op. cit, hal. 139-148.
Universitas Sumatera Utara
Keterampilan adalah kemampuan untuk mengikuti cara kerja yang ditetapkan secara psikologis.
b. Effort usaha
Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan oleh pekerja atau operator ketika melakukan pekerjaannya.
c. Condition kondisi kerja
Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.
d. Consistency konsistensi
Faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap pengukuran waktu tidak pernah semuanya sama.
Besar nilai rating performance secara terperinci menurut cara Westinghouse dapat dilihat pada Lampiran 3.
3. Shumard Rating
Cara ini memberikan penilaian melalui kelas-kelas performansi kerja dimana setiap kelas memiliki nilai tersendiri. Faktor ini diperoleh dengan
membandingkan nilai performansi kerja dari kelas yang bersangkutan dengan nilai performansi normal. Dalam hal ini pengukur diberi patokan untuk
menilai performansi kerja dari operator menurut kelas-kelas tertentu. 4.
Objective Rating Cara objektif adalah cara menentukan
rating performance yang memperhatikan dua faktor, yaitu faktor kecepatan dan faktor tingkat kesulitan
pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama
Universitas Sumatera Utara
menentukan berapa besarnya harga P untuk mendapatkan waktu normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam
pengertian biasa. Disini pengukur melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditunjukkan oleh operator.
5. Synthetic Rating
Metode ini mengevaluasi kecepatan operator berdasarkan data waktu gerakan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Prosedurnya adalah dengan mengukur
waktu penyelesaian dari setiap elemen gerakan kemudian dibandingkan dengan waktu aktual dari data tabel waktu gerakan untuk kemudian dihitung
harga rata-ratanya. Harga rata-rata inilah yang digunakan sebagai faktor penyesuaian.
3.1.5. Penetapan Kelonggaran Allowance
Kelonggaran Allowance diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah kebutuhan di luar kerja, yang terjadi selama pekerjaan berlangsung.
10
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu: 1.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal Kelonggaran yang termasuk di dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti
minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap- cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun
kejenuhan dalam sewaktu bekerja
10
Ibid. hal. 149-151.
Universitas Sumatera Utara
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari melakukan suatu pekerjaan.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay
Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar kekuasaankendali pekerja, seperti mesin macet, listrik padam, dan lain-lain.
3.1.6. Perhitungan Waktu Standar
11
Waktu standard adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan yang dilakukan menurut metode kerja tertentu pada kecepatan
normal dengan mempertimbangkan rating performance dan kelonggaran. Untuk menghitung waktu standar perlu dihitung waktu siklus rata-rata yang disebut
dengan waktu terpilih, rating factor, waktu normal dan allowance. Adapun rumus untuk menghitung waktu normal dan waktu standar adalah :
dimana : Wn = waktu normal Wt = waktu terpilih
Rf = rating factor
dimana : Ws = waktu standar All = allowance
11
Ibid. hal. 151-153.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Perencanaan Produksi
12
Perencanaan produksi merupakan tindakan antisipasi dimasa mendatang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan. Perencanaan produksi dilakukan
dengan tujuan menentukan arah awal dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak melakukannya, dan
kapan harus melakukan. Karena perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat
berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan beberapa asumsi. Dalam perencanaan produksi biasanya kita jumpai tiga jenis perencanaan berdasarkan
periode waktu yang dicakup oleh perencanaan tersebut, yaitu: 1.
Perencanaan produksi jangka panjang Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun atau lebih
kedepan. Jangka waktu terpendeknya adalah ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kapasitas yang tersedia. Hal ini meliputi waktu
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan desain dari bangunan dan peralatan pabrik yang baru, konstruksinya, instalasinya, dan hal-hal lainnya sampai fasilitas baru
tersebut siap dioperasikan. Perencanaan
produksi jangka
panjang dibuat
dengan sangat
mempertimbangkan ramalan kondisi umum perekonomian dan kependudukan, situasi politik dan sosial, perubahan teknologi, dan perilaku pesaing, dimana
semua faktor tersebut akan dievaluasi dampaknya terhadap aktivitas perusahaan.
12
Hakim Nasution, Arman. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Surabaya: Guna Widya, 2003. hal : 1-20.
Universitas Sumatera Utara
Secara singkat, perencanaan produksi jangka panjang adalah berhubungan dengan efek apa yang muncul dimasa mendatang terhadap tujuan sistem dan
tindakan apa yang diperlukan dalam menyesuaikan terhadap perubahan tersebut, misalnya dengan pengembangan produk baru, pelayanan yang lebih baik,
teknologi proses yang baru dan lokasi baru. 2.
Perencanaan produksi jangka menengah Perencanaan agregat Perencanaan agregat mempunyai horizon perencanaan antara 1 sampai 12
bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan agregat didasarkan pada
peramalan permintaan tahunan dari bulan dan sumber daya produktif yang ada jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah supplier dan
subkontraktor. 3.
Perencanaan produksi jangka pendek Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan
kurang dari 1 bulan, dan bentuk perencanaannya adalah berupa jadwal produksi. Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan aktual yang
dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima dengan sumber daya yang tersedia jumlah departemen, waktu shift yang tersedia, banyaknya operator,
tingkat persediaan yang dimiliki dan peralatan yang ada, sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada perencanaan agregat.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Peramalan