Penanaman Sebelum dilakukan penanaman sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih

a. Dominansi Mutlak DM

Bobot kering jenis gulma tertentu dalam petak contoh b. Dominansi Nisbi DN Dominansi Nisbi = c. Frekuensi Mutlak FM Jumlah kemunculan gulma tertentu pada setiap ulangan d. Frekuensi Nisbi FN Frekuensi Nisbi FN = e. Nilai Penting Jumlah nilai semua peubah nisbi yang digunakan DN + FN f. Summed Dominance Ratio SDR SDR = 3.5.2 Tanaman Variabel yang diamati pada tanaman jagung adalah sebagai berikut: 1. Fitotoksisitas Menurut Kementrian Pertanian 2012, tingkat keracunan tanaman akibat herbisida dinilai secara visual terhadap populasi tanaman dalam petakan dengan nilai skoring sebagai berikut: 0 = tidak ada keracunan, 0 - 5 bentuk dan atau warna daun muda tidak normal; 1 = keracunan ringan, 5 - 20 bentuk dan atau warna daun muda tidak normal; 2 = keracunan sedang, 20 - 50 bentuk dan atau warna daun muda tidak normal; 3 = keracunan berat, 50 - 75 bentuk dan atau warna daun muda tidak normal 4 = keracunan sangat berat, 75 bentuk dan atau warna daun muda tidak normal hingga mengering dan rontok sampai tanaman mati. Sistem skoring ini dilakukan dengan cara membandingkan pertumbuhan tanaman pada petak yang diaplikasi herbisida dengan tanaman yang sehat dari petak yang diberi perlakuan pengendalian mekanis. Pengamatan dilakukan pada 1, 2, dan 3 minggu setelah aplikasi MSA. 2. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun teratas. Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman yang diambil secara acak, diukur pada umur 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam MST. 3. Hasil Pipilan Kering Pengamatan hasil pipilan kering dari tanaman jagung dilakukan terhadap petak panen berukuran 2,5 m x 2,5 m. Pengukuran dilakukan pada saat panen. Bobot jagung pipilan kering saat panen dikonversikan pada bobot jagung pipilan kering kadar air 14 dengan rumus: KA 14 =

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan seperti berikut : 1. Herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor pada dosis 250+25+250 gha hingga 1250+125+1250 gha dapat mengendalikan pertumbuhan gulma total, gulma golongan daun lebar, gulma golongan rumput, dan gulma golongan teki hingga 6 MSA. 2. Herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor pada dosis 250+25+250 gha hingga 1250+125+1250 gha dapat mengendalikan gulma Cleome rutidospermae, Ricardia brasiliensis, Eleusine indica, dan Cyperus rotundus hingga 6 MSA. 3. Herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor pada dosis 250+25+250 gha hingga 750+75+750 gha tidak meracuni tanaman jagung Zea mays L., sedangkan pada dosis 1000+100+1000 gha terlihat gejala keracunan ringan dan 1250+125+1250 gha terlihat gejala keracunan sedang.