Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun, hipotesis yang dapat
Teknik pengendalian gulma yang digunakan tergantung pada tingkat usaha tani, kultur teknis, kemampuan teknologi, dan status ekonomi petani. Sembodo
2010, menyatakan bahwa pengendalian gulma pada tanaman jagung dapat dilakukan secara manual seperti preventif, mekanis, kultur teknis dan hayati.
Selain itu, dapat juga menggunakan cara kimia seperti dengan penggunaan herbisida.
Pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia masih menjadi pilihan
utama para petani saat ini karena dinilai efektif dan murah. Bahan kimia yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan dari gulma sehingga
pertumbuhan gulma menjadi tidak normal disebut herbisida. Herbisida inilah yang biasa digunakan oleh petani untuk mengendalikan keberadaan gulma yang
ada di lahan pertanian mereka, termasuk lahan budidaya jagung Tjitrosoedirdjo, 1984.
2.3 Herbisida Herbisida adalah senyawa kimia atau kultur biologi organisme yang digunakan
untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan gulma Anderson, 2007. Sedangkan menurut Soerjandono 2005, herbisida berasal dari senyawa kimia
organik maupun anorganik atau berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu organisme. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan
pengganggu, juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian tumbuhan. Namun pada dosis yang lebih
rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya.
Herbisida semakin meningkat setiap tahun seiring dengan usaha peningkatan produksi pertanian. Menurut Tjitrosoedirdjo et al 1984, kontak antara partikel
tanah dan molekul herbisida dapat terjadi dengan beberapa cara, seperti adsorpsi, pencucian, volatilisasi dan degradasi herbisida didalam tanah. Adsorpsi
merupakan penarikan molekul herbisida ke arah permukaan partikel tanah. Adsorpsi merupakan salah satu mekanisme yang paling penting yang mengurangi
konsentrasi larutan herbisida dalam tanah dan beberapa herbisida yang lolos terserap Zimdahl, 2007. Absorbsi ini mampu menurunkan konsentrasi senyawa
herbisida didalam larutan tanah sehingga menghalangi mobilitas senyawa tersebut menuju sistem perairan. Senyawa herbisida yang terabsorbsi bersifat pasif, tidak
tersedia untuk proses fisik, kimia, maupun biologi sampai terjadinya desorbsi. Bahan organik tanah diketahui sebagai komponen tanah yang mempunyai peranan
sangat penting dalam proses absorbsi dan desorbsi herbisida di dalam tanah dan lingkungan Herbicide Manual, 2005.
Herbisida yang digunakan secara terus menerus akan menyebabkan persistensi,
gulma yang awalnya peka terhadap herbisida tersebut lama kelamaaan akan menjadi toleran. Persistensi adalah lamanya aktivitas biologi herbisida dalam
tanah yang merupakan akibat dari penyerapan, volatilisasi, pencucian, dan degradasi biologi ataupun nonbiologi. Pada umumnya persistensi herbisida di
dalam tanah lebih pendek daripada insektisida dan bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, bergantung pada struktur dan sifat tanah serta
kandungan air dalam tanah. Herbisida persistensi rendah menandakan lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah termasuk rendah. Dengan demikian,