Dari 26 parameter yang dikalibrasi terdapat 7 parameter yang sensitif, yaitu

Gambar 27. Hubungan antara debit model dan debit observasi Gambar 28. Hasil kalibrasi harian antara keluaran model dan hasil observasi. Proses validasi menggunakan data debit 1 Januari 2009 sampai 7 Januari 2010 dengan menggunakan parameter hasil kalibrasi. Pada Gambar 29 menunjukan koefesien determinasi R 2 dari hubungan linear antara debit hasil model dan observasi menunjukan nilai 0,72 n data 372. Nilai koefesien determinasi hasil validasi lebih rendah dibandingkan hasil kalibrasi. Rata-rata hasil model relatif lebih tinggi 6 . Nilai nash Sutcliffe coefficient NSC menunjukkan nilai 0,7. Hydrograp antara hasil model dan observasi di sajikan QObs = 0,957Qmodel R² = 0,881 n=366 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 Qobs m3 s Qmodel m3s 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 11 21 31 41 51 61 71 81 91 101 111 121 Cu ra h H u ja n m m Q Ou tf lo w m 3 s Curah Hujan Observasi Model Gambar 30. Gambar ini menunjukan pada musim kemarau dan kejadian hujan extrem kurang begitu baik disimulasi oleh model, namun model cukup sensitif terhadap kejadian hujan. Gambar 29. Hubungan antara debit simulasi dan debit observasi Gambar 30. Perbandingan debit observasi dan hasil validasi

4.2. Validasi dan Kalibrasi di Sub DAS Gumbasa

Lokasi studi merupakan daerah tangkapan air Sungai Gumbasa dengan panjang aliran utama  98,75 Km. Masyarakat sekitar memanfaatkan air Sungai Gumbasa sebagai sumber air untuk pengairan di daerah irigasi Gumbasa. Sumber Qobs= 0,926Qmodel R² = 0,721 n=372 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 Q obs m 3 s Qmodel m3s 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 11 21 31 41 51 61 71 81 91 101 111 121 C ur ah huj an m m Q O ut fl ow m 3 s Curah Hujan Observasi Model air Sungai Gumbasa berasal dari Danau Lindu  3.488 ha. Masyarakat memanfaatkan Danau Lindu sebagai tempat mencari ikan dan daerah wisata alam. Aliran maksimum di Sungai Gumbasa mencapai 80,5 m 3 s yang terjadi pada bulan Januari, dan aliran minimum mencapai 16,87 m 3 s yang terjadi pada bulan Maret. Lokasi studi merupakan outlet kawasan Taman Nasional Lore Lindu TNLL. Sekitar 83,53 , tipe penutupan lahannya berupa hutan yang termasuk tipe ekosistem hutan tropika, dengan tipe hutan pegunungan bawah. Tipe vegetasi yang dapat dijumpai di hutan tropika dan pegunungan bawah, antara lain Eucalyptus deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga odorata, Gnetum gnemon, Castanopsis argentea, Agathis philippinensis, Philoclados hypophyllus, tumbuhan obat, dan rotan. Tipe penutupan lahan lainnya adalah kebun coklat dan kopi 6,96 . Tipe penutupan secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. Berbagai tipe penutupan lahan di Sub DAS Gumbasa No Tipe Penutupan Lahan Luas Ha 1 Hutan Alam 71,95 86.547,5 2 Hutan Terbuka 11,58 13.924,3 3 Tubuh Air 3,15 3.793,4 4 Padi sawah 1,34 1.616,8 5 Tegalan Tanah Terbuka 3,19 3.835,7 6 Kebun Kelapa 0,02 18,3 7 Kebun Coklat Kopi 6,96 8.378,2 8 Padang Rumput 0,82 992,0 9 Ilalang 0,83 998,9 10 Pemukiman 0,16 187,1 Jumlah 100,00 120.292,3 Sumber : Hasil analisis Berdasarkan klasifikasi tanah Dudal-Supraptoharjo, jenis tanah di lokasi studi terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu asosiasi podsolik merah kuning, litosol dan regosol serta asosiasi podsolik coklat kelabu dan renzina. Asosiasi podsolik coklat kelabu dan renzina lebih mendominasi sebaran jenis tanah di lokasi studi, sebesar 84,46. Sebaran jenis tanah secara lengkap disajikan pada Tabel 10. Peta sebaran jenis tanah di lokasi studi di tunjukkan pada Gambar 31. Gambar 31. Sebaran jenis tanah di Sub DAS Gumbasa Jenis tanah asosiasi podsolik merah kuning, litosol dan regosol tersebar terutama di daerah dataran-perbukitan. Jenis tanah ini mengalami podzolisasi dan sedikit latosolisasi, di mana hutan merupakan vegetasi utama, bahan organik cukup tinggi, tingkat infiltrasi sedang dan termasuk kelompok hidrologi tanah B. Asosiasi podsolik coklat kelabu dan renzina merupakan tanah yang berkembang pada iklim dengan curah hujan diatas 1.500 mmtahun, tanpa bulan kering.