Penurunan oksigen selama pemeliharaan ikan dan konsumsi oksigen
dipelihara. Konsumsi oksigen yang berubah-ubah diduga juga karena adanya penggantian ikan yang mati dengan ikan yang segar sehingga kemampuan
mengambil oksigen dari lingkungan dapat meningkat. Biomassa ikan juga mempengaruhi besarnya konsumsi oksigen artinya biomassa yang tinggi cenderung
membutuhkan oksigen yang lebih banyak Budiardi et al. 2005.
Pada percobaan pertama, konsumsi oksigen ikan nila berkisar 45,47 –174,32
mgO
2
kg ikanjam dengan rata-rata 92,64±42,66 mg O
2
kg ikanjam dan total konsumsi oksigen selama 13 jam adalah 1146,22 mg O
2
. Pada percobaan kedua, konsumsi oksigen ikan nila berkisar 53,48-133,04 mg O
2
kg ikanjam dengan rata- rata 93,88±26,18 mg O
2
kg ikanjam dan total konsumsi oksigen selama 11 jam pemeliharaan adalah 1032,64 mg O
2
. Hasil percobaan 1 dan 2 tidak terlalu jauh berbeda Gambar 8. Menurut Beveridge 2004, konsumsi oksigen untuk ikan nila
berukuran 50 gr berkisar 0,16-0,4 g O
2
kg ikanjam. Konsumsi oksigen oleh ikan nila yang berukuran besar 100-200 gr lebih rendah dibandingkan yang berukuran lebih
kecil 50 gr. Organisme yang berbobot lebih besar mempunyai konsumsi oksigen yang lebih sedikit, karena organisme yang lebih kecil mempunyai laju metabolisme
tubuh yang lebih besar sehingga membutuhkan oksigen lebih banyak Vernberg dan Vernberg 1972 dan Spotte 1970 dalam Budiardi et al. 2005. Hasil pengamatan
konsumsi oksigen untuk ikan bawal air tawar, nilem dan tawes berturut-turut 373,96 mg O
2
kgjam; 277,82 mg O
2
kgjam dan 243,54 mg O
2
kgjam Rostim 2001.
Gambar 8. Grafik komsumsi oksigen oleh ikan 3.3.2 Peningkatan oksigen saat aerasi
Setelah kondisi oksigen turun dan mencapai kondisi hipoksia 3 mgL maka dapat dilakukan aerasi seperti pendapat Jensen et al. 1989 yang menyatakan apabila
perairan untuk budidaya ikan mempunyai konsentrasi oksigen telah mencapai 3 mgL atau di bawahnya maka disarankan untuk melakukan aerasi. Pada percobaan
pertama, konsentrasi oksigen sebelum diaerasi adalah 2,05 mgL yang juga merupakan hasil dari penambahan air sebanyak 39,57 L. Konsentrasi oksigen
sebelum diambil ikan ataupun dibersihkan kotorannya merupakan titik akhir pengamatan konsumsi oksigen yaitu sebesar 1,37 mgL. Artinya penambahan air
sebanyak 39,57 L menyebabkan peningkatan oksigen sebesar 0,68 mgL atau setara dengan 26,91 mg oksigen. Pada percobaan kedua, konsentrasi oksigen sebelum
diaerasi adalah 1,93 mgL.
Menurut Triyatmo et al. 1996 menyatakan bahwa aerasi dapat meningkatkan oksigen terlarut lebih besar daripada tanpa aerasi. Hasil pengamatan konsentrasi
oksigen selama proses aerasi menunjukkan adanya peningkatan oksigen secara nyata. Terdapat hubungan positif yang erat antara waktu aerasi dengan konsentrasi oksigen.
Hubungan waktu aerasi dan konsentrasi oksigen pada percobaan pertama adalah Y = 0,908x+2,832 dengan R
2
= 0,8197 dan pada percobaan kedua adalah Y = 0,7915x+2,413 dengan R
2
= 0,9031 Gambar 9. Setiap kali waktu aerasi bertambah maka meningkat pula konsentrasi oksigen terlarut di perairan. Soewondo
and Yulianto 2008 menyebutkan bahwa konsentrasi oksigen yang dilakukan aerasi secara terus menerus selama empat jam cenderung stabil yaitu 5 mgL sedangkan
konsentrasi oksigen yang aerasinya dihentikan selama empat jam cenderung menurun karena tidak ada suplai oksigen yang cukup. Berdasarkan persamaan regresi
di atas, maka waktu untuk meningkatkan oksigen menjadi 3 mgL pada percobaan pertama tanpa ikan uji adalah 11 menit sementara percobaan kedua dengan ikan uji
adalah 45 menit. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan oksigen lebih cepat pada kondisi aerasi tanpa ikan uji percobaan 1 daripada dengan ikan uji percobaan 2.
Hal tersebut diduga karena oksigen hasil aerasi tanpa ikan uji hanya digunakan untuk mendekomposisi bahan organik yang tersisa sementara oksigen hasil aerasi dengan
ikan uji dimanfaatkan untuk respirasi ikan dan dekomposisi bahan organik yang berasal dari feses ikan seperti pendapat Oliveira and Franca 1998 bahwa aplikasi
aerasi pada kolam budidaya maka oksigen akan dikonsumsi oleh ikan. Konsumsi oksigen oleh ikan ini lebih cepat daripada penyerapan oksigen di permukaan air
Oliveira and Franca 1998.
Gambar 9. Peningkatan oksigen selama proses aerasi Percobaan pertama, kondisi hipoksia adalah 2,05 mgL dan setelah diaerasi
selama 4 jam menjadi 5,89 mgL sehingga terjadi penambahan oksigen sebesar 3,84 mgL atau setara dengan 921,6 mg oksigen. Pada percobaan kedua, kondisi
hipoksia dengan konsentrasi oksigen sebesar 1,93 mgL dan diaerasi selama 4 jam
meningkat menjadi 5,18 mgL sehingga terjadi penambahan oksigen sebanyak 3,25 mgL atau setara dengan 780 mg oksigen. Berdasarkan persamaan gas ideal maka
dalam satu tabung kompresor 24 L mengandung 51,38 g oksigen.