Profil oksigen berdasarkan kedalaman

Hasil pengamatan berdasarkan jarak dan kedalaman menunjukkan bahwa pada permulaan aerasi, konsentrasi oksigen cenderung menurun kemudian setelah 2-4 jam aerasi meningkat namun menurun kembali dan naik setelah 6 jam aerasi kecuali pada kedalaman 1, 2 m dan permukaan perairan yang terus meningkat. Hal ini diduga karena pada kedalaman 3 m, oksigen dimanfaatkan dulu oleh ikan untuk respirasi, mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan organik serta sebagian juga akan sampai ke permukaan oleh aliran ke atas dari proses aerasi. Pada permukaan hingga kedalaman 2 m cenderung selalu naik karena pada kedalaman tersebut mendapatkan suplai oksigen dari difusi udara ke permukaan perairan dan juga dari fotosintesis fitoplankton serta sebagian dari difusi teknik aerasi ini. Dalam proses aerasi terjadi proses difusi oksigen yaitu pergerakkan oksigen dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Selain itu karena adanya udara yang bertekanan sehingga oksigen dapat terdispersi yaitu penyebaran secara horizontal. Dispersi merupakan salah satu proses penting dalam penyebaran material toksik, material terlarut dan nutrien di badan air Ji, 2008. Menurut Gantzers et al. 2009, penurunan oksigen pada kedalaman di bawah permukaan akibat aerasi dapat terjadi karena terjadi peningkatan konsumsi oksigen atau HOD hypolimnion oxygen demand sehingga meningkatkan deplesi oksigen pada lapisan tersebut. Konsumsi oksigen ini diduga karena adanya water oxygen demand Gantzers et al. 2009 dan juga konsumsi oleh ikan karena lokasi aerasi merupakan karamba budidaya ikan dan konsumsi oksigen oleh ikan lebih efektif Oliveira and Franca, 1998. Adanya aerasi dapat merangsang peningkatan HOD sementara waktu karena meningkatnya konsumsi oksigen untuk oksidasi bahan organik dan an organik seperti Fe dan Mn, turbulensi yang besar, serta respirasi bakteri Ashley 1983; Soltero et al. 1994. Ashley 1983 menyatakan bahwa HOD lebih tinggi pada lokasi aerasi yaitu 0,39-0,78 mgLhari daripada lokasi kontrol yaitu 0,03-0,09 mgLhari. HOD pada lokasi aerasi di Black Lake dapat mencapai 10 kali lebih tinggi daripada yang tidak di aerasi dan di Medical Lake sekitar 2 kali lebih besar daripada sebelum aerasi Ashley 1983; Gantzer et al. 2009. Namun melalui aerasi ini diharapkan laju HOD dapat menurun dari waktu ke waktu karena proses oksidasi bahan organik berjalan secara bertahap. Aplikasi aerasi di Danau Dhugi, Polandia dan Danau Brooker, Florida tidak memberikan perubahan yang nyata terhadap konsentrasi oksigen dan parameter kimia secara keseluruhan di danau walaupun telah dilakukan secara terus menerus selama periode yang cukup lama sekitar 10 bulan hingga 1 tahun Cowell et al. 1987; Grochowska and Gawronska 2004. Ashley 1983 menyatakan bahwa meningkatnya masukan oksigen dapat memacu respirasi bakteri dalam mendekomposisi bahan organik sehingga meningkatkan konsumsi oksigen pada lapisan tersebut. Apabila aerator mensuplai oksigen yang banyak maka di kolom air akan mengkonsumsi oksigen yang banyak pula. Aerasi hipolimnion di Danau Wilcox selama tiga tahun sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas air walaupun pada permulaan aerasi kualitas air menurun dibandingkan sebelum aerasi Nurnberg 2004 sehingga diperlukan multiyears aeration untuk peningkatan oksigen, laju deplesi oksigen rendah dan waktu anaerobik yang pendek Grochowska and Gawronska 2004.

4.4 Simpulan dan Saran

4.4.1 Simpulan

Aplikasi aerasi di lapisan bawah permukaan yang hanya dilakukan 8 jam belum dapat meningkatkan oksigen perairan terutama pada kedalaman 3,6 dan 4 m karena adanya peningkatan laju deplesi oksigen oleh hypolimnion oxygen demand, water oxygen demand dan konsumsi oksigen. Profil oksigen berdasarkan jarak dari sumber oksigen oleh injeksi udara pada semua titik pengamatan adalah pada awal aerasi mengalami penurunan dan setelah 4 jam aerasi meningkat dan kemudian turun lagi. Profil oksigen berdasarkan kedalaman yaitu pada kedalaman 3; 3,6 dan 4 m, konsentrasi okisgen pada permulaan aerasi menurun kemudian setelah aerasi 3-4 jam aerasi meningkat dan turun lagi; sementara pada permukaan, kedalaman 1 dan 2 m cenderung terus meningkat.

4.4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan telaah pustaka maka disarankan untuk penelitian lanjutan. Penelitian lanjutan dapat berdasarkan waktu yaitu waktu aerasi yang lebih lama, berdasarkan jumlah lubang aerasi dapat diperbanyak dan juga pemasangan pipa berlubang dapat dipasang secara horizontal. 5 PENGARUH AERASI TERHADAP LAJU BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND BOD DI LOKASI BUDIDAYA IKAN WADUK IR. H DJUANDA

5.1 Pendahuluan

Aerasi merupakan upaya meningkatkan oksigen terlarut yang dapat dilakukan pada saat kondisi oksigen terlarut kristis dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kematian ikan Qoyyum et al. 2005. Endo et al. 2008 menyatakan bahwa apabila kondisi oksigen rendah dapat mempengaruhi aktifitas makan, konversi pakan, pertumbuhan dan kesehatan ikan budidaya. Oksigen merupakan factor kunci bagi kehidupan akuatik untuk proses respirasinya. Oksigen juga dimanfaatkan untuk proses dekomposisi bahan organik sehingga dapat menghasilkan senyawa yang tidak membahayakan biota akuatik. Kandungan bahan organik dalam jumlah cukup dapat menyuburkan perairan, namun jika jumlahnya banyak dapat mencemari perairan, kadar oksigen terlarut menurun, kadar CO 2 meningkat dan terjadi kekeruhan Cahyono 2001. Salah satu sumber bahan organik perairan Waduk Ir. H. Djuanda adalah limbah kegiatan budidaya ikan dalam KJA yang dapat berasal dari sisa pakan tidak tercerna, feses dan urin ikan. Adanya peningkatan bahan organik dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut karena sebagian oksigen akan digunakan untuk proses dekomposisi bahan organik. Peningkatan bahan organik perlu diimbangi dengan produksi oksigen yang mencukupi. Bahan organik yang ada di perairan akan dirombak oleh mikrobia dan memerlukan oksigen. Penggunaan oksigen secara terus menerus untuk proses oksidasi ini menyebabkan terjadinya penurunan oksigen di perairan. Untuk itu diperlukan pasokan oksigen yang memadai secara terus menerus. Apabila produksi oksigen lebih kecil dibandingkan konsumsi oksigen maka akan menyebabkan terjadinya defisit oksigen. Biochemical Oxygen Demand BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan organik. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, pH, waktu inkubasi, kondisi osmotik, serta ketersediaan oksigen Dhage et al. 2012. Nilai k konstanta laju BOD menunjukkan besarnya laju penguraian bahan organik oleh mikroorganisme aerob perairan Astono et al. 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju dekomposisi bahan organik k pada perlakuan air karamba sebelum dan sesudah diaerasi selama 8 jam.

5.2 Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan di lokasi budidaya ikan dalam KJA di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat, Indonesia. Aerasi dilakukan selama 8 jam dengan sistem memompakan udara pada kedalaman 3,6 m yaitu kedalaman hipoksia menggunakan kompresor bertekanan 3 atm. Pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 4 kali dari bulan Juni-Agustus 2013 dengan volume 3 L pada titik 0 pusat aerator. Sampel air sebelum dan sesudah aerasi diambil sebanyak 3 liter dan diaerasi selama 2 jam kemudian dimasukkan ke botol winkler yang gelap masing-masing sebanyak 8