Hasil dan Bahasan Intervensi internal terhadap biodegradasi bahan organik limbah karamba jaring apung di Waduk Ir H Djuanda dalam upaya memperbaiki kualitas perairan

a b c d e f g h Gambar 13. Pengamatan BOD harian selama tujuh hari a pengamatan 1 sebelum aerasi, b pengamatan 1 sesudah aerasi, c pengamatan 2 sebelum aerasi, d pengamatan 2 sesudah aerasi, e pengamatan 3 sebelum aerasi, f pengamatan 3 sesudah aerasi, g pengamatan 4 sebelum aerasi, h pengamatan 4 sesudah aerasi Tabel 5. Besarnya nilai BOD 5hari , k dan Lo sebelum dan sesudah aerasi Parameter Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian 3 Penelitian 4 Pra Pasca Pra Pasca Pra Pasca Pra Pasca BOD 5hari mgL 4,58 3,53 6,47 6,36 8,74 8,14 5,02 4,32 k per hari 0,278 0,327 0,227 0,334 0,126 0,308 0,219 0,246 k : laju dekomposisi; Pra: sebelum aerasi; Pasca: sesudah aerasi Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa air karamba yang telah diaerasi selama 8 jam mempunyai nilai k lebih tinggi dibandingkan sebelum aerasi yang artinya bahwa laju pengurairan bahan organik pada air yang telah diaerasi lebih cepat dibandingkan sebelum dilakukan aerasi. Hal ini diduga karena adanya ketersediaan oksigen yang diperoleh dari proses aerasi. Nilai k untuk air sebelum aerasi berkisar 0,126-0,278 per hari dan nilai k untuk air karamba sesudah aerasi adalah 0,246-0,334 per hari sementara nilai k untuk limbah domestik berkisar 0,1-0,6 per hari Dhage et al. 2012. Nilai k untuk limbah indutri kertas dan limbah tanaman berturut- turut 0,322 per hari dan 0,222 per hari Abdelrosoul 2001. Menurut Eckenfelder dalam Polli 1994 nilai k untuk air tercemar adalah 0,1hari dan nilai BOD sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh kecepatan reaksi. Nilai k sebelum dan sesudah aerasi berbeda nyata Anova P0,1, hal ini menunjukkan bahwa dengan perlakuan aerasi dapat meningkatkan oksigen sehingga mempercepat reaksi oksidasi untuk mendekomposisi bahan organik.

5.4 Simpulan

Aerasi merupakan upaya meningkatkan oksigen perairan agar mampu mencukupi kebutuhan oksigen untuk mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik. Nilai BOD 5 hari pada air sebelum diaerasi 4,57-8,74 mgL lebih tinggi dibandingkan sesudah aerasi yang berkisar 3,52-8,13 mgL. Laju dekomposisi bahan organik k air yang telah diaerasi yaitu 0,246-0,334 per hari lebih tinggi dibandingkan sebelum aerasi yaitu 0,126-0,278 per hari. Artinya melalui aerasi dapat meningkatkan oksigen sehingga terjadi kecukupan oksigen bagi mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan organik. 6 PENGARUH AERASI INJEKSI UDARA TERHADAP KONSENTRASI BAHAN ORGANIK TOTAL DAN ORTHOFOSFAT P-PO4 DI LOKASI BUDIDAYA IKAN WADUK IR. H. DJUANDA

6.1 Pendahuluan

Kegiatan budidaya ikan melalui KJA terus bertambah ternyata berdampak terhadap tingkat kesuburan waduk yang juga semakin meningkat atau waduk telah mengalami eutrofikasi. Limbah dari kegiatan KJA terutama pakan yang tidak tercerna, feses, urin yang dilepaskan secara langsung ke lingkungan perairan dapat menimbulkan permasalahan lingkungan seperti eutrofikasi, pertumbuhan ikan terhambat dan perubahan struktur komunitas bentos Guo et al. 2009. Limbah KJA merupakan salah satu sumber bahan organik ke perairan. Kandungan bahan organik dalam jumlah cukup dapat menyuburkan perairan, namun jika jumlahnya banyak dapat mencemari perairan, kadar oksigen terlarut menurun, kadar CO 2 meningkat dan terjadi kekeruhan Cahyono 2001 yang dapat mempengaruhi keseluruhan struktur rantai makanan food web dan stabilitas ekosistem Donk et al. 2008. Unsur hara yang berlebihan baik nitrogen dan fosfor yang dihasilkan dari kegiatan budidaya dapat menurunkan kualitas perairan dan dalam keadaan ekstrim akan menyebabkan kematian ikan budidaya serta memacu timbulnya penyakit ikan. Bakteria menggunakan oksigen untuk mendekomposisi bahan organik. Pada perairan yang tercemar, bakteria mengkonsumsi oksigen lebih cepat daripada produksi oksigen dari fotosintesis dan difusi atmosfer Ji 2008. Panhota and Bianchini 2003 dan Salmin 2005 mencatat bahwa oksigen terlarut berperan penting dalam proses degradasi bahan organik dan an organik melalui proses oksidasi aerobik. Dekomposisi bahan organik pada kondisi aerob seperti pada persamaan berikut ini : Pelepasan energi C 6 H1 2 O 6 + O 2 CO 2 +H 2 O Glukosa C 6 H1 2 O 6 merupakan komponen bahan organik. Energi yang dihasilkan adalah dengan mengubah glukosa menjadi karbokdioksida CO 2 dan air H 2 O yang digunakan untuk berbagai proses dalam sel tubuh. Oksigen merupakan syarat yang harus ada untuk proses oksidasi bahan organik dan proses ini dapat menyebabkan deplesi oksigen di lingkungan perairan. Pada kondisi an aerob, bakteri dapat menggunakan nitrat sebagai pengganti oksigen. Biasanya hasil akhir dari proses ini adalah hidrogen sulfida H 2 S, ammonia NH 3 dan methan CH 4 Ji 2008. Fosfor merupakan salah satu nutrien penting untuk pertumbuhan alga. Konsentrasi fosfor yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan alga secara berlebihan dan eutrofikasi. Philips et al. 1990 memperkirakan 85 fosfor dari pakan ikan masuk ke dalam lingkungan perairan. Masukan fosfor dari zona budidaya sangat bergantung pada suhu. Pada suhu 20 o C jumlah fosfor yang masuk ke lingkungan adalah 95 dan pada suhu 25 o C adalah 80. Pada kondisi aerob bakteri dapat mendekomposisi bahan organik dengan menggunakan oksigen terlarut dan menghasilkan fosfat dan pada keadaan anaerob fosfat akan dibebaskan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh aerasi dengan sistem injeksi udara