III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2008 di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Laboratorium Kesehatan
Ikan dan Teaching Farm, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah satu buah akuarium ukuran 100x50x50 cm untuk aklimatisasi induk, satu buah akuarium ukuran 25cmx25cmx25cm
untuk pemijahan, 15 buah akuarium ukuran 20cmx20cmx20cm untuk pemeliharaan larva, 24 buah akuarium ukuran 15cmx15cmx15cm untuk induk
yang akan melahirkan, serokan, 6 buah akuarium untuk memisahkan jantan dan betina , perlengkapan aerasi, syrring, thermometer, seser, mikroskop, kamera
digital, alat bedah, pipet tetes, gelas objek, cover glass, dan alat-alat untuk mengukur kualitas air.
Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan guppy 12 ekor jantan dan 24 ekor betina, pakan pelet Mangalindo, cacing, Metilen blue, air tawar, dan propolis
resin lebah mengandung ekstrak propolis sebesar 20 dan kandungan
bioflavonoid lebih dari 23000 ppm untuk setiap 100 ml http:propolisdiamond.netindex.php?propolis=produk
. Pakan yang digunakan memiliki komposisi yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi pakan buatan
Kandungan Jumlah Protein 42
Lemak 6 Serat kasar
3 Kadar abu
16 Ca 4,5
Phosphor 1,5
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengujian Lethal Dosis
Sebanyak 6 ekor ikan betina ditempatkan ke dalam akuarium berukuran 20 x 20 x 20 cm. Ikan betina diberi makan dengan pellet yang telah disemprot
propolis lebah dengan dosis 20,40,60,80,100,300,500 μLkg pakan yang telah
dilarutkan dengan alkohol teknis 70 sebanyak 250 mlkg pakan. Pemberian pakan dilakukan hingga 10 hari pemeliharaan ikan. Pengujian ini dilakukan
berdasarkan pengamatan kematian total ikan secara gradual dari dosis terbesar ke dosis terkecil.
3.3.2 Penentuan Dosis Propolis Pada Pakan
Berdasarkan lethal
dosis yang telah diujikan selama 10 hari, maka dosis propolis perlakuan ditentukan yaitu 20, 40, dan 60
μl kg pakan dan kontrol tanpa propolis.
3.3.3 Pembuatan Pakan
Dosis propolis yang digunakan untuk penelitian adalah 0 kontrol, 20, 40, dan 60
μl kg pakan. Pakan ditimbang untuk masing-masing perlakuan adalah 20 gram. Alkohol 70 sebagai pelarut dimasukkan ke dalam botol semprot dengan
pipet 250 mlkg pakan, sehingga untuk semua perlakuan menggunakan alkohol sebanyak 5 mL. Propolis dimasukkan ke dalam alkohol dengan menggunaan
mikropipet sebanyak masing-masing 0 μL, 0,40 μL, 0,60 μL dan 0,80 μL untuk
perlakuan 0, 20,40,dan 60 μl kg pakan. Botol semprot ditutup dan dihomogenkan
dengan vortex. Pakan disemprot hingga rata dan dikering udarakan hingga alkoholnya menguap. Pakan siap untuk disimpan dan digunakan. Pemberian
pakan perlakuan dilakukan secara ad satiation sekenyangnya. Tabel 4. Dosis dan jumlah bahan untuk perlakuan
Dosis Jumlah pakan gram
Propolis μL Alkohol
ml 0 20
5 20 20
0,40 5
40 20 0,60
5 60 20
0,80 5
3.3.4 Pemeliharaan Induk dan Larva
Persiapan untuk perakitan alat-alat yang digunakan dilakukan selama satu bulan yaitu meliputi penyiapan akuarium dan pemasangan aerasi. Air yang akan
digunakan diberi treatment Metilen blue sebanyak 10 ppt untuk menghindari tumbuhnya mikroba yang mnyebabkan penyakit pada ikan dan diaerasi kuat
selama 3 hari sebelum digunakan. Masa adaptasi ikan dilakukan selama 4 hari dengan pemberian pakan berupa pelet Mangalindo 2-3 kali perhari dan cacing
beku pada siang hari. Pemeliharaan induk dilakukan sampai 2 bulan hingga induk betina hamil siap memijah. Ikan jantan dan betina kemudian dipasangkan dalam
satu akuarium dengan perbandingan jantan dan betina 1:2 selama 4 hari. Untuk proses fertilisasi, ikan jantan segera dipisahkan pasca perkawinan dari induk
betina agar tidak memakan larva yang akan lahir. Ikan betina kemudian diberi pakan yang mengandung propolis dengan dosis 0, 20, 40, 60
μLkg pakan selama 10 hari dalam pengarahan kelamin dan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Pasca perlakuan, pakan pelet dan cacing diberikan tanpa perlakuan propolis sampai induk betina melahirkan anaknya larva.
Larva dipelihara selama ± 2 bulan sampai menunjukkan ciri kelamin sekunder dan diberi makan pelet serta cacing. Air yang dimasukkan ke dalam
akuarium adalah air yang berasal dari tandon pengendapan. Aerator dipasang pada setiap akuarium untuk meningkatkan difusi udara. Pembuangan kotoran pada
dasar akuarium dengan menggunakan selang penyifonan dilakukan sekali setiap hari.
3.3.5 Sampling
Sampling larva dilakukan setelah 2 bulan pasca melahirkan. Parameter pengamatan meliputi banyaknya larva yang hidup SR dan jenis kelamin jantan
atau betina berdasarkan pengamatan karakter kelamin sekunder secara morfologis, serta pemerikasaan jaringan gonad menggunakan metode asetokarmin.
Karakter sekunder pada ikan jantan terlihat adanya gonopodium, warna yang lebih terang, dan bentuk tubuh yang lebih indah Gambar 2. Metode
asetokarmin digunakan untuk melihat jaringan gonad yaitu dilakukan pada sampel sebanyak 30 populasi masing-masing perlakuan dari jumlah jantan dan betina
yang teridentifikasi. Metode ini dilakukan dengan cara membedah ikan, kemudian dilakukan pengambilan gonad. Untuk gonad jantan berwarna putih, berukuran
kecil, dan jumlahnya sepasang. Sedangkan untuk gonad betina berwarna kekuningan, dan tertutup oleh lemak. Gonad yang telah diambil dicincang pada
gelas obyek dan ditetesi dengan larutan asetokarmin Lampiran 1. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop. Untuk gonad ikan jantan, sel bakal
sperma akan terlihat seperti bintik-bintik yang banyak. Pada gonad betina, sel bakal telur akan terlihat bulat besar dan terdapat bagian inti yang dikelilingi
sitoplasma yang berwarna merah.
3.4 Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel meliputi persentase jantan, tingkat kelangsungan hidup SR, dan kualitas air. Pengukuran kualitas air media pemelihaan dilakukan
4 kali yaitu pada saat pemeliharaan induk, sebelum diberi perlakuan awal, selama perlakuan tengah, dan akhir perlakuan di media pemeliharaan. Parameter
kualitas air yang diamati adalah suhu, DO, pH, dan amonia. - Persentase Ikan Jantan = Jumlah Ikan jantan
X 100 Jumlah Ikan yang diamati
- Survival Rate = Σ ikan yang lahir dan hidup sampai akhir penelitian X 100
Jumlah total ikan
3.5 Analisis Data
Data proporsi kelamin jantan dan kelangsungan hidup disajikan dalam bentuk tabel serta dianalisis secara statistik menggunakan Rancangan Acak
Lengkap RAL Steel dan Torrie, 1981 untuk mengetahui perbedaan parameter rerata dan dispersi keberhasilan pengarahan kelamin pada dosis propolis yang
berbeda 0, 20, 40, 60 μLkg pakan.
Model persamaan : Yij = µ + ٢i + ٤ ij
Keterangan ;
Yij : data perlakuan ke-I ulangan ke-j
µ : nilai tengah data
٢i : pengaruh perlakuan ke-i
٤ ij : galat perlakuan percobaan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
Selanjutnya untuk menguji dependensi proporsi jantan terkait dengan perlakuan maka dilakukan analisis ketergantungan Y variabel terikat terhadap X
variabel bebas menggunakan tabel kontingensi dan diuji dengan metode statistik khi-kuadrat Hasan, 2004.
Dalam hal ini , hipotesis yang akan diuji adalah : Ho : Jenis kelamin dan kategori perlakuan adalah independen P
1
=P
2
=P
3
=P
n
tidak ketergantungan antara kategori perlakuan dengan nisbah kelamin . H
1
: Jenis kelamin dan kategori perlakuan adalah dependen P
1
≠P
2
≠P
n
Ada ketergantungan antara kategori perlakuan dengan nisbah kelamin.
Statistik Uji
:
=
x
hit 2
Σ Σ
= =
r i
n j
1 1
Eij Eij
nij
2
−
n
n n
Eij
oj io
=
n
x x
C +
=
2 2
Rumus koefisien korelasi kontingensi
2
1
2 2
d c
d b
c a
b a
n bc
ad n
x +
+ +
+ −
− =
nilai
2
x
Keterangan : memiliki derajat bebas df sebesar
γ-1 n-1
x
2 α
r = baris n = kolom
n
ij
= f
o
frekuensi terukur E
ij
= fe frekuensi harapan
Menentukan kriteria pengujian dalam uji khi kuadrat dua sampel : H
diterima H
1
ditolak apabila ≤
2
x
x
2 α
H
1
diterima H ditolak apabila
≥
2
x
x
2 α
Apabila hasil pengujian menunjukkan ada ketergantungan Y terhadap X, maka dilanjutkan dengan uji proporsi nisbah kelamin untuk menentukan
kategori perlakuan yang memberikan hasil yang berbeda signifikan.
Uji antara dua nilai proporsi dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut Walpole, 1982 :
⎥ ⎦
⎤ ⎢
⎣ ⎡
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
+ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ −
= 2
1 1
1 2
1 n
n pq
p p
Z
dimana: 2
1 2
1 x
n x
x +
+ =
p p
q = 1−
1 1
1 n
x p
=
2 2
2 n
x p
= Keterangan :
p1 dan p2 : nilai proporsi dari kedua perlakuan x : jumlah ikan berkelamin jantan
n : jumlah sampel p : nilai dugaan gabungan proporsi
q : nilai dugaan gabungan bagi sisa proporsi
Dengan hipotesa : Ho: p1 = p2
H1 : Alternatifnya adalah salah satu diantara p1 p2, p1p2 atau p1 ≠ p2
dan wilayah kritik : Z -Z
α bila alternatifnya p1 p2 Z Z
α bila alternatifnya p1p2 Z -Z
α2 dan Z Zα bila alternatifnya p1 ≠ p2 Sedangkan pengukuran parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif
dan disajikan dalam bentuk tabel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Penentuan Lethal Dosis
Pada uji pendahuluan untuk menentukan interval lethal dosis menunjukkan bahwa perlakuan dosis propolis 20 dan 40
μlkg pakan menghasilkan kelangsungan hidup ikan 100. Sedangkan pada dosis propolis 60
dan 80 μlkg pakan menunjukkan penurunan hingga 33 dan 66 . Pada dosis
propolis yang lebih tinggi ≥ 100 μlkg pakan derajat kelangsungan hidup ikan
menurun sampai 0 Tabel 5. Tabel 5. Derajat kelangsungan hidup induk ikan guppy pada uji lethal dosis
dengan propolis
Dosis Propolis μlKg
Pakan Jumlah Ikan
Awal Jumlah Ikan
Akhir SR
20 6 6
100 40 6
6 100
60 6 2
33,33 80 6
4 66,66
100 6 300 6
1 16,66
500 6
Berdasarkan tabel kelangsungan hidup pada uji lethal dosis, maka interval dosis tertinggi yang digunakan dalam perlakuan adalah 60
μlkg pakan dan terendah adalah 20
μlkg pakan.
4.1.2 Kelangsungan Hidup Larva
Derajat kelangsungan
hidup larva ikan umur 2 bulan dengan perlakuan
dosis propolis 0, 20, 40, 60 μlkg pakan berkisar antara 36,9 sampai 100
Gambar 2. Pada perlakuan dosis propolis 60 μlkg pakan terdapat kematian
induk ikan guppy saat perlakuan sehingga tidak menghasilkan anak Lampiran 2. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan popolis memberikan
pengaruh nyata pada kelangsungan hidup larva ikan guppy P 0.05.