Isopropanol TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Sawit Kasar Crude Palm Oil

Gambar 2. Struktur atapulgit Mg 5 Si 8 O 20 HO 2 OH 2 4 •4H 2 O Grim, 1989

D. Isopropanol

Isopropanol merupakan jenis eluen yang halal sehingga dapat dikonsumsi food grade. Isopropanol bersifat semi polar, karena terdiri dari gugus hidrokarbon dan hidroksil. Chu et al. 2004 menyatakan bahwa isopropanol memiliki daya larut yang cukup baik terhadap minyak sawit kasar dan larutan hampir mencapai homogen pada suhu 50 o C . Pelarut eluen mempunyai peranan yang penting dalam elusi, yang dapat menentukan baik buruknya pemisahan. Pelarut yang mampu menjalankan elusi terlalu cepat tidak akan mampu melakukan pemisahan yang sempurna Adnan, 1997. Jenis kepolaran pelarut dan adsorben menentukan berhasil tidaknya proses desorpsi. Jenis kepolaran pelarut ditunjukkan dengan nilai konstanta dielektrik yang dimiliki pelarut. Konstanta dielektrik dari masing-masing pelarut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Polaritas relatif berbagai zat pelarut Konstanta dielektrik Nama zat pelarut 1,890 2,023 2,238 2,284 4,806 4,340 6,020 20,700 24,300 33,620 80,370 Petroleum ringan petroleum eter, heksan, heptan Sikloheksan Karbon tetraklorida Trikloroetilen Toluen Benzen Diklorometan Kloroform Etil eter Etil asetat Aseton n. propanol Etanol Metanol Air Sumber: Adnan 1997 Menurut Guenther 1952, faktor-faktor yang menentukan berhasilnya proses ekstraksi adalah mutu pelarut yang digunakan. Pelarut yang ideal harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Harus dapat melarutkan semua zat volatil dengan cepat dan sempurna 2. Harus memiliki titik didih yang cukup rendah, agar supaya pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi 3. Tidak boleh larut dalam air 4. Harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen yang diekstraksi 5. Harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak tertinggal dalam bahan 6. Harga pelarut harus serendah mungkin dan tidak mudah terbakar Kirk dan Othmer 1954 menambahkan pemilihan pelarut juga harus mempertimbangkan titik didihnya, dimana pelarut bertitik didih rendah menyebabkan kehilangan loss banyak pelarut ketika pengambilan pelarut kembali dan pelarut dengan titik didih tinggi akan lebih sulit dipisahkan dan kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan minyak pada saat pemanasan. Menurut Perry dan Green 1984, beberapa jenis pelarut yang biasa digunakan beserta titik didihnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pelarut untuk proses solvent extraction dan titik didihnya Jenis Pelarut Titik Didih °C Aseton 56,20 - 56,50 Ethilen dikhlorida 83,50 Etil alkohol etanol 78,30 - 78,40 Heksan 68,64 - 69,00 Isopropil alkohol 82,30 Metanol 64,70 - 65,00

E. Kinetika Desorpsi