Teori-teori Intelligence Quotient Landasan Teori .1

13 intelligence Quotient sebagai “kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru” Harry Alder 2001 : 15. A. Binet mengartikan intelligence Quotient sebagai “kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri” Dewa Ketut S, 1990 : 16. W. Stern Mengartikan intelligence Quotient sebagai “kemampuan untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan menerima hubungan yang komplek termasuk apa yang disebut intelligence Quotient” Dewa Ketut S, 1990 : 16. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian kata intelligence Quotient adalah daya yang dimiliki oleh seseorang untuk menemukan, menerima, menyimpan, memisah-misah dan mengolah isyarat- isyarat dari sekitarnya, serta menjadikan semua itu sebagai pola instruksi untuk hasil optimal Victor Serebriakoff dan Steven Langer, 1994 : 22-23.

2.1.1.2 Teori-teori Intelligence Quotient

Dilihat dari sudut pandang mengenai faktor-faktor yang menjadi elemen intelligence Quotient, intelligence Quotient digolongkan menjadi tiga golongan. Penggolongan pertama adalah teori-teori yang berorientasi pada faktor tunggal, yang kedua adalah teori-teori yang berorientasi pada dua faktor dan yang ketiga adalah teori yang berorientasi pada faktor ganda Saifuddin Azwar 1996 : 14 – 44. 14 2.1.1.2.1 Teori Intelligence Quotient dengan Faktor Tunggal Salah satu tokohnya adalah Alfred Binet, ahli psikologi ini mengemukakan bahwa intelligence Quotient bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum g. Menurut Binet intelligence Quotient merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan intelligence Quotient sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar kriteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelligen atau tidak, dapat dilihat dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu bila perlu. Inilah yang dimaksudkan dengan komponen Arah, Adaptasi, dan Kritik dalam definisi intelligence Quotient. 2.1.1.2.2 Teori Intelligence Quotient Dua Faktor Tokoh dalam teori ini adalah Charles E. Spearman, menurutnya intelligence Quotient ditunjukkan dalam teorinya mengenai kemampuan mental yang populer dengan nama teori dua faktor two factor theory. Awal penjelasannya berawal dari analisis korelasional yang dilakukannya terhadap skor seperangkat tes yang mempunyai tujuan dan fungsi ukur yang berlainan. Hasil analisisnya memperlihatkan adanya interkorelasi positif diantara berbagai tes tersebut. Menurut Spearman, interkorelasi positif itu terjadi dikarenakan masing-masing tes tersebut memang mengukur suatu faktor umum yang sama, yang dinamainya faktor-g general factor. Namun demikian korelasi-korelasi 15 tersebut tidaklah sempurna disebabkan setiap tes, disamping mengukur faktor umum yang sama, mengukur pula komponen tertentu yang spesifik dan hanya diungkap oleh tes tertentu saja ini disebut faktor-s specific factor. Gambar 1 memberikan model ilustratif teori Spearman mengenai kemampuan mental. Dalam model ini, dua tes akan berkorelasi tinggi satu sama lain hanya bila masing-masing mengandung faktor-g dalam proporsi besar. Tes 3 dan tes 1 dalam gambar tersebut akan mempunyai korelasi yang lebih tinggi daripada korelasi tes 3 dan tes 2 serta lebih tinggi daripada tes 1dan tes 2, dikarenakan tes 2 hanya mengandung sedikit faktor-g. Semakin besar korelasi suatu tes dengan g maka akan semakin besar pula korelasinya dengan tes lain yang juga mengandung g. Korelasi antara dua tes dapat dipre-diksikan dari korelasi masing-masing dengan faktor-g. Bila korelasi tes 1 dengan g sebesar r 1g = 0,60 sedangkan korelasi tes 3 dengan g sebesar r 3g = 0,80 maka prediksi terhadap korelasi antara tes 1 dengan tes 2 adalah sebesar r 13 = r 1g r 3g = 0,600,80 = 0,48. Gambar :1 . Ilustrasi Model Teori Spearman Azhari Akyas, 2004 : 142. Komponen penting yang terkandung dalam intelligence Quotient yaitu education of relation edukasi relasi dan education of correlates edukasi korelasi. Edukasi relasi adalah kemampuan untuk menemukan suatu hubungan g 1 3 2 16 dasar yang berlaku diantara dua hal. Misalnya, dalam menemukan hubungan yang terdapat diantara dua kata “panjang – pendek”. Edukasi korelasi adalah kemampuan untuk menerapkan hubungan dasar yang telah ditemukan dalam edukasi relasi sebelumnya ke dalam situasi baru. Misalnya, bila telah diketahui bahwa hubungan antara “panjang” dan “pendek” merupakan hubungan lawan – arti, maka menerapkannya dalam situasi pertanyaan seperti “baik - ...”, tentu dapat dilakukan. Eduksi hubungan r Eduksi korelasi f2 dari Antara dua hal f1 dan f2 hal f1 dan hubungan r Gambar : 2 Diagram Edukasi Relasi dan Eduksi Korelasi Saifuddin Azwar,1996 : 148 2.1.1.2.3 Teori Intelligence Quotient dengan Faktor Ganda Tokoh dalam teori ini adalah Howard Gardner dalam buku psikologi intelligence Quotient 1996 : 41 - 45 ia mengemukakan bahwa intelligence Quotient tidak bisa hanya dilihat dari sisi psikometri dan kognitif saja. Pendekatan teori Gardner sangat berorientasi pada struktur intelligence Quotient. Dalam usahanya melakukan identifikasi terhadap intelligence Quotient, Garden menggunakan beberapa macam kriteria, yaitu : a pengetahuan mengenai perkembangan individu yang normal dan yang superior, r f2 f1 f2 f1 r 17 b informasi mengenai kerusakan otak, c studi mengenai orang-orang eksepsional seperti individu yang luar biasa pintar, juga individu yang idiot savant, dan orang-orang autistik d data psikometrik, e studi pelatihan psikologis. Sembilan macam intelligence Quotient telah berhasil diidentifikasikan oleh Garden antara lain : 1. Intelligence Quotient Linguistik Intelligence Quotient linguistik adalah intelligence Quotient yang banyak terlihat dalam membaca, menulis, berbicara, bercerita, kiasan, pemikiran abstrak humor berfikir simbolik, mendengar dan lain sebagainya. 2. Intelligence Quotient Matematik Logis Intelligence Quotient matematik logis adalah intelligence Quotient yang digunakan untuk memecahkan problem berbentuk logika simbolis dan matematika abstrak. 3. Intelligence Quotient Spatial Intelligence ini berhubungan dengan seni-seni visual seperti melukis, menggambar, memahat serta bidang-bidang navigasi, membuat peta dan arsitektur. Intelligence Quotient ini meliputi kemampuan membayangkan objek- objek dari sudut pandang yang berbeda. 4. Intelligence Quotient Musik Intelligence Quotient musik adalah kemampuan yang digunakan untuk mendengarkan musik, memainkan alat musik, mengenali pola irama, menyusun lagu, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan musik. Menurut Garden intelligence Quotient musik tidak terlalu pasti letaknya. 18 5. Intelligence Quotient Kelincahan tubuh Intelligence Quotient kelincahan gerak tubuh adalah kemampuan yang digunakan dalam aktifitas-aktifitas atletik, menari, berjalan, dan segala sesuatu yang menggunakan tubuhnya. 6. Intelligence Quotient Interpersonal Intelligence Quotient Interpersonal adalah kemampuan yang digunakan dalam berkomunikasi, saling memahami, menyikapi seseorang dan berinteraksi dengan orang lain. 7. Intelligence Quotient Intrapersonal Intelligence Quotient intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri sendiri. 8. Intelligence Quotient Lingkungan Naturalist Intelligence Quotient Intelligence Quotient lingkungan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, menggunakan kemampuan itu secara produktif. 9. Intelligence Quotient Eksistensial Intelligence Quotient eksistensial adalah inteligensi yang menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.

2.1.1.3 Pengukuran Intelligence Quotient

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN KATA SISWA DALAM EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP NEGERI 1 CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI.

0 2 43

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KATA BEREGU KARATE : Studi Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pada ekstrakurikuler karate SMA Negeri 1 Baleendah.

1 4 37

Pengaruh Penerapan Media Audio Visual Terhadap Penguasaan Gerak Kata Heian Nidan Dalam Pembelajaran Karate di SMP Negeri 1 Bandung.

2 7 39

HUBUNGAN IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DENGAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR FUTSAL PADA SISWA EKSTRAKURIKULER FUTSAL SMA NEGERI 1 KOTA BANDUNG.

1 6 48

(ABSTRAK) HUBUNGAN INTELLIGENCE QUOTIENT DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENGUASAAN TEKNIK GERAKAN “KATA” PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER KARATE SMP NEGERI 1 UNGARAN TAHUN PEMBELAJARAN 2010-2011.

0 0 2

PENGARUH LATIHAN BOX SKIP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PESERTA EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP N 1 KALASAN SLEMAN.

1 27 103

PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATANKEBUGARAN JASMANI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER KARATE SMP NEGERI 1 GOMBONG KEBUMEN 2014/2015.

1 2 166

HUBUNGAN IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DENGAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR FUTSAL PADA SISWA EKSTRAKURIKULER FUTSAL SMA NEGERI 1 KOTA BANDUNG - repository UPI S KOR 1005518 Title

0 0 9

PENGARUH PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN KATA SISWA DALAM EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP NEGERI 1 CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI - repository UPI S JKR 1001553 Title

1 3 3

TEKNIK DASAR GERAKAN KARATE DI INTERNATIONAL BLACK PANTHER KARATE INDONESIA BERBASIS ANDROID

0 2 93