Pendidikan Multikultural Bimbingan Konseling di Sekolah

Meretas Kesadaran Multikultural Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 263 | kulum 2013 ini adalah moment yang tepat dalam meretas kesadaran multikultural bangsa Indonesia. Melalui bahan ajar yang disajikan secara menarik dan meng – hadirkan tokoh-tokoh multietnis diha – rapkan akan membawa wajah baru dalam berbangsa dan berbudaya Indonesia yang majemuk. Pembahasan

1. Pendidikan Multikultural

Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Selain itu, Indonesia termasuk salah satu dari sekian puluh negara berkembang. Sebagai negara berkem – bang, Indonesia dapat menjadikan pendi – dikan sebagai salah satu sarana strategis dalam upanya membangun jati diri bang – sa yang memiliki karakter keragaman budaya. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan multikultural menawarkan sebuah alternatif melalui penerapan stra – tegi dan konsep pendidikan yang ber – basis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur dan ras. 4 Hal ini didasarkan pada beberapa pertim – bangan berikut: Pertama, pendidikan multikultural secara inhern sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia yang bhineka tunggal ika, suka gotong royong, membantu, dan menghargai antar satu dengan yang lainnya. Betapa dapat dilihat dalam pot – ret kronologis bangsa ini yang sarat de – 4 Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan Dalam Transformsi Pendidikan Nasional, Jakarta: Grasindo, 2004. Hal 74 ngan masuknya berbagai suku bangsa asing dan terus berakulturasi dengan ma – syarakat pribumi. Misalnya etnis cina, etnis arab, etnis arya, etnis erofa, etnis afrika dan sebagainya. Semua suku itu ternyata secara kultural telah mampu beradaptasi dengan suku-suku asli nega – ra Indonesia. Misalnya suku jawa, batak, minang, bugis, ambon, papua, suku da – yak, dan suku sunda. Proses adaptasi dan akulturasi yang berlangsung di antara suku-suku tersebut dengan etnis yang datang kemudian itu, ternyata sebagian besar dilakukan dengan damai tanpa adanya penindasan yang berlebihan. Kedua, pendidikan multikultural memberikan secerah harapan dalam mengatasi berbagai gejolak masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai, keyakinan, heterogenitas, pluralitas, ke – ragaman, dan apapun aspeknya dalam masyarakat. Dengan demikian, pendidi – kan multikultural yang tidak menjadikan semua manusia sebagai manusia yang bermodel sama, berkepribadian sama, berintelektual sama, atau bahkan ber – kepercayaan yang sama pula. Pendidikan multikultural menjunjung tinggi aspek perbedaan dalam bidang apapun. Ketiga, pendidikan multikultural menjunjung aspek keberagaman dalam keecerdasan. Gardner 1998 menemukan adanya kecerdasan ganda dalam diri manusia 5 . Pendidikan saat ini harus mengakomodir semua jenis kecerdasan yang sering dikenal dengan nama ke – cerdasan ganda multiple intelligence. Kecerdasan majemuk ini merupakan sa – lah satu nafas di dalam pendidikan multikultural. Karena disadari bahwa 5 Howard Gardner . 1983. Frames of Mind: Tbe Theory of Multipk Intelligenees, New York: Basic Books. Hal 90 Evi Fatimatur Rusydiyah Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 264 | manusia dengan segala keunikannya memiliki berbagai macam kecerdasan. Jika mereka bertemu dalam sebuah ko – munitas, maka sangat dimungkinan per – bedaan-perbedaan tersebut dapat men – jadi pemicu konflik. Keempat, pendidikan multikultural sebagai resistensi fanatisme yang me – ngarah pada berbagai jenis kekerasan. Kekerasan muncul ketika saluran keda – maian sudah tidak ada lagi. Kekerasan tersebut sebagai akibat dari akumu – lasinya berbagai persoalan masyarakat yang tidak diselesaikan secara tuntas dan saling menerima. Ketuntasan penyele – saian berbagai masalah masyarakat ada – lah prasyarat bagi munculnya kedamaian. Fanatisme yang sempit juga bisa menye – babkan munculnya kekerasan. Fanatisme ini juga berdimensi etnis, bahasa, suku, agama, atau bahkan sistem pemikiran baik di bidang pendidikan, politik, hu – kum, ekonomi, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas perlu dikaji dan direnungkan ulang bagi para pelaku pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan me – ngembangkan model pendidikan multi – kultural, Yaitu pendidikan yang mampu mengakomodir sekian ribu perbedaan dalam sebuah wadah yang harmonis, toleran, dan saling menghargai. Model tersebut diharapkan menjadi salah satu pilar kedamaian, kesejahteraan, kebaha – gian, dan keharmonisan kehidupan ma – syarakat Indonesia 6 . Dengan demikian Pendidikan multikultural merupakan respon terhadap perkembangan keraga – man populasi sekolah, sebagaimana tun – tutan persamaan hak bagi tiap kelompok. Dalam dimensi lain pendidikan mul – tikultural merupakan pengembangan ku – 6 Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme...........Hal 67 rikulum dan aktifitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang- orang non eropa 7 . Pada konteks Indone – sia, perbincangan tentang konsep pendi – dikan multikultural semakin memperoleh momentum pasca runtuhnya rezim otori – ter militeristik orde baru karena hempa – san badai reformasi. Era reformasi ter – nyata tidak hanya membawa berkah bagi bangsa Indonesia, namun juga memberi peluang meningkatnya kecenderungan primordialisme. Untuk itu, perlu mene – rapkan paradigma pendidikan multikul – tural untuk menangkal semangat primor – dialisme 8 . Paradigma pendidikan multi – kultural dalam konteks ini memberi pela – jaran kepada kita untuk memiliki apre – siasi respek terhadap budaya dan agama- agama orang lain. Berdasarkan pertimba – ngan ini maka penerapan multikultura – lisme menuntut kesadaran dari masing- masing budaya lokal untuk saling meng – akui dan menghormati keanekaragaman budaya yang dibalut semangat keruku – nan dan perdamaian. Paradigma multikultural juga men – jadi concern pasal 4 UU No. 20 tahun 2003 sistem pendidikan nasional. Pada pasal tersebut dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif, dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa 9 . Dalam seja – rahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep atau pemikiran yang tidak muncul dalam ruangan yang kosong, namun ada interes politik, sosial, ekono – mi, dan intelektual yang mendorong kemunculannya. 7 Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogjakarta. Gavin Kalam Utama. Hal. 54 8 Ainul Yaqin.2005. Pendidikan.........Hal 58 9 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Meretas Kesadaran Multikultural Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 265 | James Banks 1994 menjelaskan 10 bahwa pendidikan multikultural memi – liki beberapa dimensi yang saling ber – kaitan satu dengan yang lain , yaitu: Pertama, Content integration, yaitu meng – integrasikan berbagai budaya dan kelom – pok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu. Kedua, the knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk memahami impli – kasi budaya kedalam sebuah mata pela – jaran disiplin. Ketiga, an equity paedagogy, yaitu menyusuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka mempasilitasi prestasi akademik siswa yang beragambaik dari segi ras, budaya, culture ataupun sosial. Keempat, prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakte – ristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka. Menurut Tilaar 11 pendidikan multi – kulturalisme biasanya mempunyai ciri-ci – ri sebagai berikut. 1 tujuannya mem – bentuk manusia budaya dan mencipta– kan masyarakat berbudaya berperada– ban , 2 materinya mengajarkan nilai- nilai luhur kemanusian, nilai-nilai bang – sa, dan nilai-nilai kelompok etnis cul – tural, 3 metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan ke – lompok etnis multikulturalis, dan 4 Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya. Dalam konteks ini dapat dikatakan, tujuan utama dari pendidikan multi – kultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empat 10 Banks, J .1993., Multicultural Education: Historical Development,Dimension, and Practice. Review of Research in Education. 11 Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme...........Hal 70 terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. dan yang terpenting dari strategi pendidikan multikultural ini tidak hanya bertujuan agar supaya siswa mudah memahami pelajaran yang dipe – lajarinya, akan tetapi juga untuk me – ningkatkan kesadaran mereka agar selalu berprilaku humanis, pluralis, dan de – mokrasi 12 .

2. Dimensi dan Pendekatan Pembe–