Dimensi dan Pendekatan Pembe–

Meretas Kesadaran Multikultural Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 265 | James Banks 1994 menjelaskan 10 bahwa pendidikan multikultural memi – liki beberapa dimensi yang saling ber – kaitan satu dengan yang lain , yaitu: Pertama, Content integration, yaitu meng – integrasikan berbagai budaya dan kelom – pok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu. Kedua, the knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk memahami impli – kasi budaya kedalam sebuah mata pela – jaran disiplin. Ketiga, an equity paedagogy, yaitu menyusuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka mempasilitasi prestasi akademik siswa yang beragambaik dari segi ras, budaya, culture ataupun sosial. Keempat, prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakte – ristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka. Menurut Tilaar 11 pendidikan multi – kulturalisme biasanya mempunyai ciri-ci – ri sebagai berikut. 1 tujuannya mem – bentuk manusia budaya dan mencipta– kan masyarakat berbudaya berperada– ban , 2 materinya mengajarkan nilai- nilai luhur kemanusian, nilai-nilai bang – sa, dan nilai-nilai kelompok etnis cul – tural, 3 metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan ke – lompok etnis multikulturalis, dan 4 Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya. Dalam konteks ini dapat dikatakan, tujuan utama dari pendidikan multi – kultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empat 10 Banks, J .1993., Multicultural Education: Historical Development,Dimension, and Practice. Review of Research in Education. 11 Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme...........Hal 70 terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. dan yang terpenting dari strategi pendidikan multikultural ini tidak hanya bertujuan agar supaya siswa mudah memahami pelajaran yang dipe – lajarinya, akan tetapi juga untuk me – ningkatkan kesadaran mereka agar selalu berprilaku humanis, pluralis, dan de – mokrasi 12 .

2. Dimensi dan Pendekatan Pembe–

lajaran Berbasis Multikultural James A. Banks 13 , mengidentifikasi ada lima dimensi pendidikan multikul – tural yang diperkirakan dapat membantu guru dalam mengimplementasikan bebe – rapa program yang mampu merespon terhadap perbedaan pelajar siswa, yaitu: a. Dimensi integrasi isimateri content integration. Dimensi ini digunakan oleh guru untuk memberikan ketera – ngan dengan poin kunci’ pembela– jaran dengan merefleksi materi yang berbeda-beda. Secara khusus, para guru menggabungkan kandungan materi pembelajaran ke dalam kuri – kulum dengan beberapa cara pan – dang yang beragam. Salah satu pendekatan umum adalah mengakui kontribusinya, yaitu guru-guru be – kerja ke dalam kurikulum mereka dengan membatasi fakta tentang semangat kepahlawanan dari berba – gai kelompok. Di samping itu, ranca – ngan pembelajaran dan unit pembela – jarannya tidak dirubah. Dengan beberapa pendekatan, guru menam – bah beberapa unit atau topik secara khusus yang berkaitan dengan materi multikultural. b. Dimensi konstruksi pengetahuan knowledge construction. Suatu dimen – 12 Sumartana. 2001. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 89. 13 Banks, J .1993., Multicultural Education......Hal 132 Evi Fatimatur Rusydiyah Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 266 | si dimana para guru membantu siswa untuk memahami beberapa perspektif dan merumuskan kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin pengeta – huan yang mereka miliki. Dimensi ini juga berhubungan dengan pemaha – man para pelajar terhadap perubahan pengetahuan yang ada pada diri mereka sendiri; c. Dimensi pengurangan prasangka prejudice ruduction. Guru melakukan banyak usaha untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku po – sitif tentang perbedaan kelompok. Sebagai contoh, ketika anak-anak ma – suk sekolah dengan perilaku negatif dan memiliki kesalahpahaman terha – dap ras atau etnik yang berbeda dan kelompok etnik lainnya, pendidikan dapat membantu siswa mengem – bangkan perilaku intergroup yang lebih positif, penyediaan kondisi yang mapan dan pasti. Dua kondisi yang dimaksud adalah bahan pembelajaran yang memiliki citra yang positif ten – tang perbedaan kelompok dan meng – gunakan bahan pembelajaran tersebut secara konsisten dan terus-menerus. Penelitian menunjukkan bahwa para pelajar yang datang ke sekolah de – ngan banyak stereotipe, cenderung berperilaku negatif dan banyak mela – kukan kesalahpahaman terhadap ke – lompok etnik dan ras dari luar kelom – poknya. Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan textbook multikul – tural atau bahan pengajaran lain dan strategi pembelajaran yang kooperatif dapat membantu para pelajar untuk mengembangkan perilaku dan per – sepsi terhadap ras yang lebih positif. Jenis strategi dan bahan dapat meng – hasilkan pilihan para pelajar untuk lebih bersahabat dengan ras luar, etnik dan kelompok budaya lain. d. Dimensi pendidikan yang samaadil equitable pedagogy. Dimensi ini mem – perhatikan cara-cara dalam meng – ubah fasilitas pembelajaran sehingga mempermudah pencapaian hasil be – lajar pada sejumlah siswa dari berba – gai kelompok. Strategi dan aktivitas belajar yang dapat digunakan sebagai upaya memperlakukan pendidikan secara adil, antara lain dengan bentuk kerjasama cooperative learning, dan bukan dengan cara-cara yang kompe – titif competition learning. Dimensi ini juga menyangkut pendidikan yang dirancang untuk membentuk lingku – ngan sekolah, menjadi banyak jenis kelompok, termasuk kelompok etnik, wanita, dan para pelajar dengan ke – butuhan khusus yang akan membe – rikan pengalaman pendidikan persa – maan hak dan persamaan memper – oleh kesempatan belajar. e. Dimensi pemberdayaan budaya seko– lah dan struktur sosial empowering school culture and social structure. Dimensi ini penting dalam member – dayakan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari kelom – pok yang berbeda. Di samping itu, dapat digunakan untuk menyusun struktur sosial sekolah yang me – manfaatkan potensi budaya siswa yang beranekaragam sebagai karakte – ristik struktur sekolah setempat, mi – salnya berkaitan dengan praktik ke – lompok, iklim sosial, latihan-latihan, partisipasi ekstra kurikuler dan penghargaan staf dalam merespon berbagai perbedaan yang ada di sekolah. Pendekatan yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran di kelas multikul – tural adalah pendekatan kajian kelompok tunggal Single Group Studies dan pen – Meretas Kesadaran Multikultural Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 267 | dekatan perspektif ganda Multiple Pers – pektives Approach 14 . Pendidikan multikul – tural di Indonesia pada umumnya me – makai pendekatan kajian kelompok tung – gal. Pendekatan ini dirancang untuk membantu siswa dalam mempelajari pandangan-pandangan kelompok terten – tu secara lebih mendalam. Oleh karena itu, harus tersedia data-data tentang sejarah kelompok itu, kebiasaan, pakaian, rumah, makanan, agama yang dianut, dan tradisi lainnya. Data tentang kontri – busi kelompok itu terhadap perkemba – ngan musik, sastra, ilmu pengetahuan, politik dan lain-lain harus dihadapkan pada siswa. Pendekatan ini terfokus pada isu-isu yang sarat dengan nilai-nilai kelompok yang sedang dikaji. Sedangkan pendekatan perspektif ganda Multiple Perspectives Approach adalah pendekatan yang terfokus pada isu tunggal yang dibahas dari berbagai perspektif kelompok-kelompok yang ber – beda. Pada umumnya, guru-guru memi – liki berbagai perspektif dalam pembela – jarannya. Dalam kaitan ini, Donna Philips 2006 15 menyarankan agar pem – belajaran menggunakan pendekatan perspektif ganda, dengan alasan pende – katan itu nampak lebih efektif. Pendekatan perspektif ganda mem – bantu siswa sadar bahwa suatu peristiwa umum sering diinterpretasikan berbeda oleh orang lain, dimana interpretasinya didasarkan atas nilai-nilai kelompok yang diikuti. Solusi yang dianggap baik oleh suatu kelompok karena solusi itu sesuai dengan nilai-nilainya, sering tidak di – anggap baik oleh kelompok lain karena tak cocok dengan nilai yang diikutinya 16 . 14 Ibid,. Hal 180 15 Gollnick, Donna M, and Chinn, Philip C. 2006. Multicultural education in a pluralistic society. Upper Saddle River: Pearson Merril Prentice Hall.Hal 201 16 Berns, Roberta M. 2004. Child, family, school, community: Keunggulan pendekatan perspektif ganda ini terletak pada proses berpikir kritis terhadap isu yang sedang dibahas sehingga mendorong siswa untuk meng – hilangkan prasangka buruk. Interaksi dengan pandangan kelompok yang ber – beda-bebada memungkinkan siswa untuk berempati. Hasil penelitian Bank 2007 17 membuktikan bahwa siswa yang rendah prasangkanya menunjukkan sikap yang lebih sensitif dan terbuka terhadap pan – dangan orang lain. Mereka juga mampu berpikir kritis, karena mereka lebih ber – sikap terbuka, fleksibel, dan menaruh hormat pada pendapat yang berbeda. Bahan pelajaran dan aktivitas belajar yang kuat aspek afektifnya tentang kehi – dupan bersama dalam perbedaan kultur terbukti efektif mengembangkan pers – pektif yang fleksibel. 18 Siswa yang memi – liki rasa empati yang besar memung – kinkan dia untuk menaruh rasa hormat terhadap perbedaan cara pandang. Tentu saja hal itu akan mampu mengurangi prasangka buruk terhadap kelompok lain. Membaca buku sastra multietnik dapat mengurangi stereotipe negatif tentang budaya orang lain Walker- Dalhouse, 1992. Pendekatan perspektif ganda mengandung dua sasaran yaitu meningkatkan empati dan menurunkan prasangka. Empati terhadap kultur yang berbeda merupakan prasyarat bagi upaya menurunkan prasangka. 3. Langkah Mengembangkan Pembela– jaran Berbasis Multikultural Banks 2007 menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu dijadikan perha – tian dalam proses mengembangkan pem – Socialization and support. Belmont: Thomson Wadsworth. Hal 142 17 Banks, James A. 2007. Educating citizens in a multicultural society. New York: Teachers College Columbia University. Hal 122 18 Ibid. Hal 144 Evi Fatimatur Rusydiyah Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 268 | belajaran berbasis multikultural, antara lain: a. Melakukan Analisis Faktor Potensial Bernuansa Multikultural Analisis faktor yang dipandang penting dijadikan pertimbangan da – lam mengembangkan model pembe – lajaran berbasis multikultural, yang meliputi: a tuntutan kompetensi mata pelajaran yang harus dibekalkan kepada peserta didik berupa pe – ngetahuan knowledge, keterampilan skills, dan etika atau karakter ethic atau disposition; b tuntutan belajar dan pembelajaran, terutama terfokus membuat orang untuk belajar dan menjadikan kegiatan belajar adalah proses kehidupan; c kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan multikultural. Guru sebaiknya meng – gunakan metode mengajar yang efek – tif, dengan memperhatikan referensi latar budaya siswanya. Guru harus bertanya dulu pada diri sendiri, apa – kah ia sudah menampilkan perilaku dan sikap yang mencerminkan jiwa multikultural; d analisis terhadap latar kondisi siswa. Secara alamiah siswa sudah menggambarkan masya – rakat belajar yang multikultural. Latar belakang kultur siswa akan mempe – ngaruhi gaya belajarnya. Agama, su – ku, rasetnis dan golongan serta latar ekonomi orang tua, bisa menjadi ste – reotipe siswa ketika merespon stimu – lus di kelasnya, baik berupa pesan pembelajaran maupun pesan lain yang disampaikan oleh teman di ke – lasnya. Siswa bisa dipastikan memi – liki pilihan menarik terhadap potensi budaya yang ada di daerah masing- masing: e karakteristik materi pem – belajaran yang bernuansa multikul – tural. Analisis materi potensial yang relevan dengan pembelajaran berbasis multikultural, antara lain meliputi: 1 menghormati perbedaan antar teman gaya pakaian, mata pencaharian, suku, agama, etnis dan budaya; 2 menampilkan perilaku yang didasari oleh keyakinan ajaran agama masing- masing; 3 kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 4 memba – ngun kehidupan atas dasar kerjasama umat beragama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan; 5 mengem – bangkan sikap kekeluargaan antar su – ku bangsa dan antra bangsa-bangsa; 6 tanggung jawab daerah lokal dan nasional; 7 menjaga kehormatan diri dan bangsa; 8 mengembangkan si – kap disiplin diri, sosial dan nasional; 9 mengembangkan kesadaran buda – ya daerah dan nasional; 10 me – ngembangkan perilaku adil dalam kehidupan; 11 membangun keruku – nan hidup; 12 menyelenggarakan proyek budaya’ dengan cara pema– haman dan sosialisasi terhadap sim – bol-simbol identitas nasional, seperti bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya, bendera Merah Putih, Lambang negara Garuda Pancasila, bahkan budaya nasional yang menggambar – kan puncak-puncak budaya di daerah; dan sebagainya. b. Menetapkan Strategi Pembelajaran Berkadar Multikultural Pilihan strategi yang digunakan dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural, antara lain: strategi kegiatan belajar bersama-sa – ma Cooperative Learning, yang dipa – dukan dengan strategi pencapaian konsep Concept Attainment dan stra – tegi analisis nilai Value Analysis, strategi analisis sosial Social Inves – tigation. Beberapa pilihan strategi ini Meretas Kesadaran Multikultural Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 269 | dilaksanakan secara simultan, dan harus tergambar dalam langkah- langkah model pembelajaran berbasis multikultural. Namun demikian, ma – sing-masing strategi pembelajaran secara fungsional memiliki tekanan yang berbeda. Strategi Pencapaian Konsep, digunakan untuk memfasili – tasi siswa dalam melakukan kegiatan eksplorasi budaya lokal untuk mene – mukan konsep budaya apa yang dianggap menarik bagi dirinya dari budaya daerah masing-masing, dan selanjutnya menggali nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah asal tersebut. Strategi cooperative learning, digu – nakan untuk menandai adanya per – kembangan kemampuan siswa dalam belajar bersama-sama mensosialisa – sikan konsep dan nilai budaya lokal dari daerahnya dalam komunitas belajar bersama teman. Dalam tataran belajar dengan pendekatan multikul – tural, penggunaan strategi cooperative learning, diharapkan mampu mening – katkan kadar partisipasi siswa dalam melakukan rekomendasi nilai-nilai lokal serta membangun cara pandang kebangsaan. Dari kemampuan ini, siswa memiliki keterampilan me – ngembangkan kecakapan hidup da – lam menghormati budaya lain, tole – ransi terhadap perbedaan, akomoda – tif, terbuka dan jujur dalam berinte – raksi dengan teman orang lain yang berbeda suku, agama etnis dan bu – dayanya, memiliki empati yang tinggi terhadap perbedaan budaya lain, dan mampu mengelola konflik dengan tanpa kekerasan conflict non violent. Selain itu, penggunaan strate – gi cooperative learning dalam pembela – jaran dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas proses belajar siswa, suasana belajar yang kondusif, mem – bangun interaksi aktif antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan stra – tegi analisis nilai, difokuskan untuk melatih kemampuan siswa berpikir secara induktif, dari setting ekspresi dan komitmen nilai-nilai budaya lokal cara pandang lokal menuju kerang – ka dan bangunan tata pikir atau cara pandang yang lebih luas dalam ling – kup nasional cara pandang kebang – saan. Bertolak dari pengembangan langkah pembelajaran di atas, pola pembelajaran berbasis multikultural dilakukan untuk meningkatkan kesadaran diri siswa ter – hadap nilai-nilai keberbedaan dan ke – beragaman yang melekat pada kehidupan siswa lokal sebagai faktor yang sangat potensial dalam membangun cara pan – dang kebangsaan. Dengan kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai lokal, siswa di samping memiliki ketegaran dan ketang – guhan secara pribadi, juga mampu mela – kukan pilihan-pilihan rasional rational choice ketika berhadapan dengan isu-isu lokal, nasional dan global. Siswa mampu menatap perspektif global sebagai suatu realitas yang tidak selalu dimaknai secara emosional, akan tetapi juga rasional serta tetap sadar akan jati diri bangsa dan negaranya. Kemampuan akademik terse – but, salah satu indikasinya ditampakkan oleh siswa dalam perolehan hasil pembe – lajaran yang dialami. Kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar siswa adalah laporan kerja makalah, unjuk kerja dan partisipasi yang ditam – pilkan oleh siswa dalam pembelajaran dengan cara diskusi dan curah pendapat, yang meliputi rasional berpendapat, tole – Evi Fatimatur Rusydiyah Prosiding Halaqoh Nasional Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 270 | ransi dan empati terhadap menatap nilai- nilai budaya daerah asal teman, serta perkembangan prestasi belajar siswa setelah mengikuti tes di akhir pembela – jaran. Selain itu, kriteria lain yang dapat digunakan adalah unjuk kerja yang ditampilkan oleh guru di dalam melaksa – nakan pendekatan multikultural dalam pembelajarannya. Guru yang bersangkutan selalu ter – libat dalam setiap fase kegiatan pembe – lajaran, baik dalam kegiatan diskusi dan refleksi hasil temuan awal, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dalam pelaksanaan tinda – kan, diskusi dan refleksi hasil pelaksa – naan tindakan, dan penentuanpenyu – sunan rencana tindakan selanjutnya da – lam pencapain tujuan pembelajaran.

4. Pendidikan Multikultural dalam