Evi Fatimatur Rusydiyah
Prosiding Halaqoh Nasional  Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
270
|
ransi dan empati terhadap menatap nilai- nilai  budaya  daerah  asal  teman,  serta
perkembangan  prestasi  belajar  siswa setelah  mengikuti  tes  di  akhir  pembela
– jaran.  Selain  itu,  kriteria  lain  yang  dapat
digunakan  adalah  unjuk  kerja  yang ditampilkan oleh guru di dalam melaksa
– nakan  pendekatan  multikultural  dalam
pembelajarannya. Guru  yang  bersangkutan  selalu  ter
– libat  dalam  setiap  fase  kegiatan  pembe
– lajaran,  baik  dalam  kegiatan  diskusi  dan
refleksi  hasil  temuan  awal,  penyusunan rencana  tindakan,  pelaksanaan  tindakan,
pengamatan  dalam  pelaksanaan  tinda
– kan,  diskusi  dan  refleksi  hasil  pelaksa
– naan  tindakan,  dan  penentuanpenyu
– sunan  rencana  tindakan  selanjutnya  da
– lam pencapain tujuan pembelajaran.
4. Pendidikan  Multikultural  dalam
Kurikulum 2013
Perkembangan  masyarakat  yang  sa –
ngat  dinamis  serta  masalah-masalah sosial yang dewasa ini terus berkembang
membutuhkan  perhatian  dan  kepekaan dari  seluruh  elemen  bangsa  tidak  hanya
dari  para  pakar  dan  pemerhati  masalah sosial namun juga dunia pendidikan yang
punya  peran  sangat  strategis  sebagai wahana dan agent of change bagi masyara
– kat.  Kondisi  masyarakat  Indonesia  yang
sangat  plural  baik  dari  aspek  suku,  ras, agama  serta  status  sosial  memberikan
kontribusi  yang  luar  biasa  terhadap  per
– kembangan dan dinamika dalam
masya –
rakat
.  Untuk  itu  dipandang  sangat  pen –
ting memberikan
porsi pendidikan
multikultural dalam sistem pendidikan di Indonesia baik melalui substansi maupun
model  pembelajaran.  Hal  ini  dipandang penting  untuk  memberikan  pembekalan
dan  membantu  perkembangan  wawasan pemikiran  dan  kepribadian  serta  melatih
kepekaan  peserta  didik  dalam  mengha
– dapi  gejala-gejala  dan  masalah-masalah
sosial  sosial  yang  terjadi  pada  lingku –
ngan
masyarakatnya
19
.
Kurikulum  2013  menekankan  aspek afektif  yang  bersifat  religius  dan  sosial
sebagai  aspek  yang  perlu  ditanamkan dengan  baik  melalui  aspek  pengetahuan
dan ketrampilan. Penanaman aspek afek
– tif  yang  bersifat  sosial  dilakukan  melalui
pendidikan  multikultural  pada  kuriku –
lum  2013.  Hal  tersebut  merupakan langkah  yang  diambil  pemerintah  untuk
menstransformasi  pendidikan  nasional. Langkah  tersebut  diambil  dengan  hara
– pan  dapat  membentuk  generasi  muda
Indonesia  yang  produktif,  kreatif,  inova –
tif, dan berkarakter. Penanaman pendidi –
kan  multikultural  tercermin  dalam  ber –
bagai  buku  teks  yang  digunakan  untuk mendukung proses pembelajaran.
Buku  teks  yang  ditawarkan  dikemas dengan  konsep  dan  tampilan  yang  lebih
menarik bagi murid. Tidak lagi menggu –
nakan  nama-nama  yang  biasa  ditemui  di buku  teks  lama,  kini  buku  teks  akan
menawarkan  banyak  tokoh  baru  dengan latar  belakang  masing-masing  yang  ber
– variasi.  Dimana  terdapat  enam  tokoh
yang mencerminkan keragaman dan etnis di  Indonesia,  mulai  dari  tokoh  yang
berasal  dari etnis  Tionghoa  hingga  tokoh yang berasal dari Papua.
Hadirnya  berbagai  tokoh  dengan latar  belakang  yang  bervariasi  diharap
– kan  dapat  mencerminkan  keragaman
agama  dan  etnis  yang  ada  di  Indonesia. Selain  itu,  diharapkan  pula  nantinya  ge
– nerasi  muda  Indonesia  akan  terbiasa
hidup  dalam  keragaman,  yang  dibangun sejak dini di bangku sekolah.
Selain  memperkuat  aspek  kesadaran terkait  pengetahuan  multikultural  mela
– lui sisipan tokoh-tokoh tersebut, budi pe
–
19
Kompas Edisi 23 Mei 2013
Meretas Kesadaran Multikultural
Prosiding Halaqoh Nasional  Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
271
|
kerti juga akan disisipkan pada pelajaran Pendidikan  Agama.  Hal  ini  ditujukan
untuk  membentuk  siswa  yang  tidak  ha –
nya  terbiasa  hidup  dengan  keragaman tetapi  juga  memegang  prinsip  toleransi
dalam kehidupan bersama.
Kurikulum  2013  didesain  untuk memperkuat  keindonesiaan  yang  meru
– pakan  negara  plural  atau  multikultural.
Dulu  dikenal  nama-nama  seperti  Iwan, Budi, dan Wati sebagai tokoh dalam buku
teks.  Tokoh  ini  terkesan  Jawa  sentris. Pada Kurikulum 2013, nama-nama terse
– but  diubah.  Hal  tersebut  terlihat  dalam
buku  teks  siswa.  Sedikitnya  ada  enam tokoh  anak-anak  yang  mencerminkan
keragaman agama dan etnis di Indonesia. Tujuannya,  agar  anak-anak  Indonesia
terbiasa  hidup  dalam  keragaman  yang dibangun sejak di bangku sekolah.
Indonesia  melihat,  bahwa  Pendidi –
kan  multikultural  dapat  dibangun  lewat tokoh-tokoh  dalam  buku  teks  siswa.  De
– ngan  demikian,  anak-anak  akan  terba
– ngun  kesadarannya  bahwa  Indonesia  itu
memang  beragam.  Kehidupan  Indonesia tidak  lengkap  jika  salah  satu  agama  atau
etnis  tidak  ada  di  Indonesia.  Sebagai contoh,  Nama-nama  tokoh  yang  hadir
dalam  buku  teks  yakni Siti,  anak  perem
– puan  berjilbab  yang  menggambarkan
sebagai  anak  muslim;  Lina,  anak  perem –
puan  bermata  sipit  dari  etnis  Tionghoa; Edo,  anak  laki-laki  yang  berambut
keriting dari Papua; Benny, anak laki-laki berasal  dari  etnis  Batak;  dan  Udin  anak
laki-laki  dari  Betawi
20
.  Nama-nama  ini terus  dikembangkan  melalui  pembelaja
– ran  agar  yang  memperkuat  kebanggaan
siswa sebagai generasi penerus bangsa.
20
Buku Ajar Kurikulum 2013
Penutup 1.  Pendidikan Multikultural adalah pen–
didikan  yang  bertujuan menanamkan sikap  simpati,  respek,  apresiasi,  dan
empat terhadap penganut agama dan budaya  yang  berbeda  dan  yang  ter
– penting  dari
strategi  pendidikan multikultural  ini  tidak  hanya  bertu
– juan  agar  supaya  siswa  mudah
memahami  pelajaran  yang  dipela –
jarinya,  akan  tetapi  juga  untuk meningkatkan kesadaran mereka agar
selalu  berprilaku  humanis,  pluralis, dan demokrasi.
2.  Dimensi  dan  pendekatan  pembe– lajaran  berbasis  multikultural  adalah
dimensi  integrasi  isimateri  content integration,  dimensi  konstruksi  pe
– ngetahuan  knowledge  construction,
dimensi pengurangan
prasangka prejudice  ruduction,  Dimensi  pen
– didikan  yang  samaadil  equitable
pedagogy,  dan  imensi  pemberdayaan budaya  sekolah  dan  struktur  sosial
empowering  school  culture  and  social structure.
3.  Langkah  mengembangkan  pembela– jaran  berbasis  multikultural  dapat
dilakukan  malalui  analisis  faktor  po –
tensial  bernuansa  multikultural  me –
netapkan  strategi  pembelajaran  ber –
basis multicultural. 4.  Pendidikan  multikultural  dalam  Ku–
rikulum 2013terlihat dalam buku
teks yang  ditawarkan  dikemas  dengan
konsep  dan  tampilan  yang  lebih menarik  bagi  murid.
Nama-nama yang
terdapat  dalam  buku  teks  lama seperti  Budi  dan
Wati  tidak  lagi muncul.  Nama-nama  tersebut  diganti
dengan  Siti,  Lani,  Edo, Benny,  Dayu,
dan  Udin  yang  merupakan  repre –
sentasi etnik dan agama di Indonesia.
Evi Fatimatur Rusydiyah
Prosiding Halaqoh Nasional  Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
272
|
DAFTAR PUSTAKA
Adam, James D. 2007. Pendidikan Multikultural  Paket Multikultural. Makalah Seminar
Internasional di Macquarie University Sydney-Australia. Banks,  J  .1993., Multicultural  Education:  Historical  Development,Dimension,  and  Practice.
Review of Research in Education. Berns, Roberta M. 2004. Child, family, school, community:Socialization and support. Belmont:
Thomson Wadsworth. Banks,  James  A.  2007.  Educating  citizens  in  a  multicultural  society.  New  York:  Teachers
College Columbia University. Gardner, Howard . 1983.
Frames of Mind: Tbe Theory of Multipk Intelligenees. Prentice Hall : New York.
Gollnick,  Donna  M,  and  Chinn,  Philip  C.  2006.  Multicultural  education  in  a  pluralistic society. Upper Saddle River: Pearson Merril Prentice Hall.
Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan Dalam Transformsi Pendidikan Nasional, Jakarta: Grasindo, 2004.
Sumartana. 2001. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama Di Indonesia, Yogyakarta: Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Yaqin, Ainul.2005. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media. Zamroni.  2011.  Pendidikan  Demokrasi  pada  Masyarakat  Multikultural.  Yogjakarta.  Gavin
Kalam Utama. Kompas Edisi 23 Mei 2013
Buku Ajar Kurikulum 2013
Hadis Al-Fit{Rah
Prosiding Halaqoh Nasional  Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
273
|
Damanhuri
FTK UIN Sunan Ampel Surabaya
HADIS AL-FIT {RAH
DALAM PENELITIAN SIMULTAN
Abstract:  This  paper  entitled  Study  of  H{adith  al-fit{rah:  a  Si –
multaneous  Approach  in  Studying  H{adith  aims  in  investi –
gate  and  understand  the  quality  and  the  meaning  of  h{adith al-fit{rah  by  using  simultaneous  approach.  The  questions  of
this study are 1 What are the ways to study h{adith by using simultaneous  approach?  2  How  is  the  quality of  h{adith  al-
fit{rah in simultaneous analysis 3 What is the deep meaning of h{adith al-fit{rah? H{{adith al-fit{rah under this study are those
which were narrated by Abu Hurayrah and collected by al- Bukhari.  The  h{{adith  were  verified  by  five  narrators:  Adam,
Ibn Abi
Dhi’Ibn, al-Zuhri, Abu Salmah Ibn Abd al-Rahman and Abu Hurayrah.
The data about the h{adith and the narrators were collec –
ted  by  using  documentations.  Those  data  were  analyzed using  content  analysis  method.  The  following  are  findings
from partial analysis of the data: 1 All the narrators of the h{adith  are  in  quality  of  thiqah  2  Each  of  the  narrators  met
with  other  narrators  who  were  teacher,  i.e.  there  is  muttasil verificatiaon  chained  transmission  3  The  content  of  the
h{adith  are  not  shadh  weird,  meaning  that  they  are  not contradictory to naqli proposition, neither with al-
Qur’an nor h{adith higher sanad 4 The content of the  h{adith are not illat
with discrepancy, meaning that they are not contradictory with  aqli  reasoning  proposition,  neither  that  with  logical
reasoning, senses, history, nor scientific knowledge. It can be concluded  that  h{adith  narrated  by  Abi  Hurayrah  and  were
collected  by  al-Bukhari  have  the  quality  of  s{ahih  lidhatih independent sound.
From  simultaneous  analysis  it  was  found  that  first,  the h{adith have six h{adith ta
bi’, qasir. These six h{adith tawabi’ can– not  improve  their  quality  because  they  are  already  sound.
Second, these h{adith have four shahid witnesses. These four h{adith sawahid can improve the degree of their quantity from
ahad-gharib  to  ahad-mashhur.  Therefore,  throught  this  simul
– taneous study, it can be concluded that h{adith al-fit{rah narra
– ted by by Abu Hurayrah which were collected by al-Bukhari
are  in  the  quality  of  s{ahih-mashhur  sound  in  quality  and mashhur in quantity.
Keywords: al-fit{rah, Simultaneous, S{ahih, Mashhur.
Damanhuri
Prosiding Halaqoh Nasional  Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
274
|
Damanhuri
FITK UIN Sunan Ampel Surabaya
HADIS AL-FIT {RAH
DALAM PENELITIAN SIMULTAN
ثحبلا  صخلم :
ثيدحلا  ةسارد  عوضوملاب  ةروت₫دلا  ةلاسر  ₲ذه  ةبات₫ ثيدحلا  ةيعو₱  ديدحتل  فدهي  ثيداحاا  ثحبل  نمازتملا  ةقيرط  :ةرطفلا
لئاسملا  نع  ةلاسرلا  ₲ذه  ثحبتو  .نمازتملا  ةقيرطب  ₲ا₱عم  مهفو  ةرطفلا
ثيدحلا نع ثحبلا ةيفي₫ يه ام لواا :ةيتاا نمازتملا ةقيرطب
ام ي₱اثلا ؟ يدحلا ةيعو₱ يه
ثيداحاا نع ريسفتلا وا لولدملا ام ثلاثلا ؟ ةرطفلا ث ر  يذلا  ثيدحلا يه  هتيعو₱  نع ثحب₱  يذلا  ةرطفلا  ثيدحلا  ؟ةرطفلا
₲او يراخبلا هجرخا يذلا ةريرهوبا
نباو مدآ يهو صاخشا ةسمخ ثيدحلا اذهل . .ةريره وباو نمحرلا دبع نب ةملسوباو يرهزلاو بئذ يبا
عو₱  و  ثيدحلا  نع  تا₱يعلاو قئاثولا  ةقيرطب  عمجت  هتاور  ةوقوا  ةي
يئزجلا ةقيرطب ليلحتلا طاب₱تساو  يوتحملا ليلحت ةقيرطب للحتو يتأيام₫
: اهجو يقتلي تاورلا نم ل₫ ي₱اثلاو ةقث ثيدحلا اذه تاور نم ل₫ لواا
ا ه₱ا ي₱عمب اذاش ن₫ي مل ثيدحلا نتم ثلاثلاو سردملاو بلاطلا₫ هجوب
ةيلق₱لا ججحلا عم ضراعتي دا₱ساب ثيدحلاو مير₫لا نارقلا نم نا₫ ءاوس
عم صراعتي ا ه₱ا ي₱عمب العم ن₫ي مل ثيدحلا نتم عبارلاو ه₱م يوقا مولعلاو حيحصلا خيراتلاو سوسحملا عقاولاو ميلسلا لقعلا نم ةيلقعلا جججلا
.هتاذل احيحص نا₫ يراخبلا هجرخا يذلا ثيدحلا نا يلا صخلت اذ₫هو طاب₱تساو
رطب ليلحتلا يتأيام₫  نمازتملا  ةقي
: ةتس  ثيدحلل  نا  لواا
نا₫ دق ه₱و₫ل ثيدحلا ةوق يلع ديزت ا ةتسلا عباوتلا كلتو ةريصق عباوت ةيم₫ ديزت ةعبراا دهاوشلا كلتو دهاوش ةعبرا ثيدحلل نا ي₱اثلا .احيحص
.روهشملا داحاا يلا بيرغلا داحاا نم ثيدحلا ثيدحلا نا جت₱ي كلاذل
خبلا هجرخا يذلا َ روهشم و حيحص يرا
يف روهشمو هتيعو₱ يف حيحص هتيم₫
ملعي ملسو هيلع ها يلص يب₱لا نا يلع لدت ةرطفلا ثيداحااو . يهو ةيزيرغ ةرطف لفطلل ناب
ةلاعف و ةميلس ةردق .
ةمهملا تادرفملا ,نمازتملا ةقيرط, ةرطفلا :
حيحصلا .روهشملا ,
Hadis Al-Fit{Rah
Prosiding Halaqoh Nasional  Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
275
|
Pendahuluan Al-
Qur’an  dan  hadis  merupakan sumber  ajaran  Islam.  Al-
Qur’an  untuk dijadikan sumber atau dasar ajaran Islam
tidak  perlu  dilakukan  penelitian  terlebih dahulu,  karena  al-
Qur’an  berstatus  qat{ i al-wurud.  Sementara  hadis  untuk  dijadi
– kan sumber atau dasar ajaran Islam harus
dilakukan  penelitian  dahulu  apakah  be –
nar  hadis  tersebut  berasal  dari  Nabi Muhammad  saw.,  karena  hadis  itu  ber
– status  z{anni  al-wurud.  Meneliti  suatu  ha
– dis, bukan berarti meragukan atau meng
– uji  ke-rasul-an  Nabi  Muhammad  saw,
melainkan  menguji  apakah  yang  dikata –
kan hadis Nabi saw, benar- benar ucapan, perbuatan dan taqrir Nabi saw.
Menurut  Syuhudi  Ismail,  ada  4  hal yang  mendorong  mengapa  ulama  hadis
melakukan  penelitian  terhadap  hadis, yaitu:  1  Hadis  sebagai  sumber  hukum
Islam, 2 Tidak seluruh hadis dicatat pa
– da  zaman  Nabi  saw,  3  Munculnya  pe
– malsuan  hadis,  dan  4  Proses  pembu
– kuan hadis yang terlambat.
1
Keempat  faktor  atau  alasan  yang diajukan  Syuhudi  Ismail  di  atas  adalah
beberapa alasan yang faktual dan rasional yang  mendorong  penelitian  hadis  untuk
keperluan pengumpulan dan pembukuan hadis  dalam  kitab-kitab  hadis.  Setelah
hadis-hadis  tersebut  terkumpulkan  dan dibukukan  di  dalam  kitab-kitab  hadis,
apakah  hadis-hadis  tersebut  masih  perlu dilakukan  penelitian?  Menurut  hemat
penulis, hadis
–hadis tersebut masih perlu diteliti dilakukan peenelitian.
Ada  beberapa  alasan  yang  mendo –
rong mengapa hadis-hadis tersebut masih perlu  diteliti  kembali,  antara  lain  sebagai
berikut:
1
Syuhudi  Ismail,  Kaedah  Kesahihan  Sanad  Jakarta  :  Bulan Ibntang, 1988 ,75-104.
1.  Kitab-kitab  hadis  itu  tidak  semuanya memuat  hadis  yang  lengkap  unsur-
unsurnya,  ada  matannya,  ada  sanad –
nya  dan  ada  mukharrijnya.  Memang banyak kitab hadis yang memuat ha
– dis  yang  lengkap  unsur-unsurnya,
tapi juga ada tidak sedikit kitab hadis yang  memuat  hadis  hanya  matannya
saja,  sanad  dan  bahkan  mukharrijnya tidak. ada. Hadis yang terdapat dalam
kitab yang demikian itu, tidak bisa di
– teliti untuk ditentukan kualitasnya.
2.  Kebanyakan hadis-hadis yang dimuat dalam  kitab-kitab  hadis,  baru  diteliti
sanadnya saja. Itupun yang diteliti ha –
nya kualitas periwayatnya saja, kuali –
tas  persambungan  sanadnya  tidak ditelti.  Sedangkan  kualitas  matannya
juga belum dianalisisditeliti.
3.  Semua  hadis  yang  dimuat  dalam  ki– tab-kitab hadis itu, baru diteliti secara
parsial atau satu sanad saja, belum ada yang  diteliti  secara  simultan  atau
multi  sanad.  Pada  hal  hasil  kesimpu
– lan penelitian hadis satu sanad, berbe
– da  dengan  hasil  kesimpulan  peneli
– tian  hadis  dengan  seluruh  sanadnya
secara bersama-sama. 4.  Hadis  -setelah  diteliti  dan  diperoleh
hasil berkualitas sahih- perlu diamal –
kan  dalam  kehidupan  nyata.  Untuk mengamalkan  hadis  harus  dilakukan
fiqh  al-hadith  nya  terlebih  dahulu. Upaya  memahami  matan  hadis hanya
dari satu sanad saja adalah tidak me
– madai, karena kebanyakan periwaya
– tan hadis itu riwayah bi al-makna. Oleh
karena itu, matan yang mau dipahami perlu  dipersandingkan  dengan  matan
lain  dari  sanad  lain  yang  satu  tema untuk dipahami secara bersama-sama.
Damanhuri
Prosiding Halaqoh Nasional  Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
276
|
Atas dasar beberapa persoalan terse –
but di atas, penelitian hadis secara simul –
tan  merupakan  suatu  kebutuhan  men –
desak untuk keperluan penelitian hadis. Dilihat  dari  segi  isi-kandungannya,
hadis Nabi saw ada yang dikategorikan : hadis  ahkam,  hadis  akhlaq  dan  hadis
tarbawi.  Kumpulan  hadis  ahkam,  seperti kitab  Bulugh  al-Maram,  karya  :  Ibn  Hajar
al-Asqalani,  dan  kumpulan  hadis  akhlaq, seperti  kitab  Riyad}  al-S}alihin  karya  :  al-
Nawawi  dan  kumpulan  hadis  tarbawi, seperti  kitab  T}uhfah  al-Mawdud  bi  Ahkam
al-Mawlud  karya:  Ibn  al-Qayyim  al- Jawziyyah.
Ada 2 pandangan dalam memahami
terminologi hadis tarbawi, yaitu: Pertama, pandangan  yang  mengatakan  bahwa  se
– mua  hadis  Nabi  saw.  itu  hadis  tarbawi,
karena  semua  hadis  Nabi  saw.  Mengan –
dung  dan  mengajarkan nilai-nilai  kepen –
didikan.  Dengan  demikian,  semua  hadis Nabi  saw  adalah  hadis  tarbawi,  karena
semua  hadis  Nabi  saw.  mengandung nilai-nilai  kependidikan.  Kedua,  panda
– ngan  yang  mengatakan  bahwa  hadis
tarbawi  adalah  hadis-hadis  yang  dapat dijadikan landasan bagi teori pendidikan.
Jika teori pendidikan yang sederhana me
– nyatakan  bahwa  pendidikan  mengan
– dung  sekurang-kurangnya  5  lima  kom
– ponen,  yaitu:  tujuan,  pendidik,  anak  di
– dik,  alat  dan  lingkungan,  maka  hadis
tarbawi  harus  terdiri  atas  hadis-hadis yang dapat dijadikan landasan untuk me-
rumuskan  teori-teori  pendidikan,  baik yang  terkait  dengan  tujuan,  pendidik,
anak  didik,  alat  pendidikan  maupun lingkungan  pendidikan
2
.  Penulisan  ini dalam  mengartikan  hadis  tarbawi,  meng
– gunakan pandangan yang kedua. Dengan
demikian  hadis  tarbawi  dirumuskan  se –
2
Ahmad Tafsir,”Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber teori Ilmu pendidikan Islam
” Makalah 22 Juli 1997, 4-5.
bagai  berikut:    Hadis  tarbawi  adalah  ha –
dis-hadis  yang  kandungan  isinya  dapat dijadikan  landasan  dalam  penyusunan
teori  pendidikan,  baik  yang  terkait  de –
ngan komponen: tujuan pendidikan, anak didik, pendidik, alat pendidikan maupun
lingkungan  pendidikan.  Diantara  hadis tarbawi  yang  digunakan  oleh  para  ilmu
– wan Muslim dalam menguraikan panda
– ngan Islam tentang persoalan anak didik,
adalah hadis-hadis al-fit{rah.
3
Takhrij Al-HadiTh Secara  etimologis,
kata takhrij   ber– arti:
زاربااو  راهظاا    menampakkan
4
.  Secara terminologis, takhrij didefinisikan sebagai
berikut: Takhrij adalah:
لا  وزع ةيلصأا  ₲رداصم  ىلإ  ثيدح
ةد₱سملا ،
ةد₱سملا ةيعرفلا ىلإف ترذعت نإف نإف ،
عت اهدي₱اسأب  اه₱ع  ةلقا₱لا  ىلإف  ترذ
نايب  عم  ، ًابلاغ ثيدحلا ةبترم
Penelusuran  hadis  ke  dalam  sumber kitab aslinya yang memiliki sanad leng
– kap, bila berhalangan, maka penelusuran
ke  dalam  kitab  cabangnya,  dan  bila  ber –
halangan,  maka  ke  dalam  kitab  yang menukilnya  yang  lengkap  sanadnya,  di
– sertakan penjelasan kualitas hadisnya.
5
Dari  definisi  di  atas  dapat  disimpul –
kan  bahwa,  takhrij  al-hadith  adalah  pene –
lusuran  hadis  ke  dalam  kitab  aslinya
3
Hadis-haadis  al-fit{rah  ini  jumlahnya  banyak  ,  diriwayatkan dalam banyak sanad dengan matan yang bermaca-macam
yang  tersebar  di  dalam  banyak  kitab-kitab  hadis.  Dalam penelitian disertasi ini dipilih sepuluh hadis dari kitab-kitab
hadis yang standar saja yang memuat hadis secara lengkap unsur-unsurnya  sanad dan matannya.
4
Hatim ‘Arif al-Sharif, al-Tahrij wa Dirasah al-Asanid, Juz.1, 2.  CD Shoftware Maktabah . Shamilah, Is}dar al-Thani.
5
Hatim  ‘Arif  al-Sharif,  al-Tahrij  wa  Dirasah………….., Juz.1, .2.
Hadis Al-Fit{Rah
Prosiding Halaqoh Nasional  Seminar Internasional Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
277
|
kitab  hadis  yang  dikumpulkannya  dari usaha mencari sendiri kepada penghafal
– nya  -yang  mempunyai  sanad  lengkap,
dan  biasanya  di  dalam  kitab  itu  diserta –
kan penjelasan tentang kualitas hadisnya. Itu jika ada. Jika tidak ada, maka penelu
– suran  hanya  sampai  pada  mendapatkan
matan  hadis  yang  lengkap  dengan  sanad –
nya saja. Penelusuran  ini  untuk  mendapatkan
hadis  utama, hadis-hadis  tawa bi’nya dan
hadis-hadis shawahidnya.
1. Hadis Utama :