17
2 Meningitis
peradangan selaput
otak dapat
menyebabkan kelainan pada pusat syaraf pendengaran; 3 Otitis media yang kronis terjadi karena penyakit
pernafasan atau pilek dan penyakit anak-anak seperti campak, sehingga menimbulkan nanah di telinga
bagian tengah; 4 Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan
kerusakan organ pendengaran.
3. Klasifikasi Anak Tunarungu
Terdapat beragam dengan pengklasifikasian anak tunarungu. Hal ini tergantung dari para ahli dalam memberikan sudut
pandangnya masing-masing, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat seperti di bawah ini.
Menurut Hallahan dan Kauffman dalam Somad dan Herawati 1996:26 mengemukakan bahwa:
“Hearing impairment. A generic term indicating a hearing a hearing disability that may range in severity from mild to profound
it includes the subsets of deaf and hard of hearing.A deaf person in one whose hearing disabitity precludes successful processing of
linguistic information through audition, with or without a hearing aid.A hard of hearing is one who generally with use of hearing aid,
has residual hearing sufficient to enable successful processing of linguistic information through audition.
” Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa berdasarkan istilah
umum yang
menunjukkan kesulitan
mendengar meliputi
18
keseluruhan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, maka dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:
1. Orang tuli deaf adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses
informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar ABM,
2. Orang yang kurang dengar hard of hearing adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat
bantu mendengar,
sisa pendengarannya
cukup memungkinkan keberhasilan dalam proses informasi
bahasa melalui pendengaran. Menurut Uden dalam Bunawan dan Yuwati 2000: 6
mengklasifikasikan ketunarunguan berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan yang dikaitkan dengan taraf penguasaan bahasa
seorang anak, yaitu: 1
Prelingually Deaf, yaitu seorang anak yang menjadi deaf sebelum dikuasainya suatu bahasa, artinya anak yang
baru mengenal tanda tertentu seperti mengamati, memegang atau meraih benda atau orang, namun belum
membentuk suatu sistem lambang. 2
Postlingually Deaf, yaitu seorang anak yang menjadi deaf setelah menguasai bahasa, artinya anak telah menerapkan
19
dan memahami sistem lambang yang berlaku di lingkungannya.
Menurut Hermanto
2011: 123
mengklasifikasikan ketunarunguan berdasarkan segala gangguan yang berhubungan
dengan daya dengar, terlepas dari sifat, faktor penyebab, dan tingkat derajad ketunarunguan dapat dikelompokan menjadi dua
bagian, yaitu : 1
Hearing loss, yaitu seorang anak yang menderita kehilangan daya dengar untuk menunjuk pada segala
gangguan dalam deteksi bunyi. 2
Auditory processing disorder, yaitu seorang anak yang mengalami gangguan proses pendengaran karena adanya
gangguan dalam mekanisme syaraf pendengaran, sehingga kesulitan dalam menafsirkan bunyi.
Sedangkan menurut Boothroyd dalam Bunawan dan Yuwati, 2000:8 mengklasifikasikan ketunarunguan berdasarkan ketajaman
pendengaran, baik tanpa amplifikasi maupun dengan amplifikasi, yaitu sebagai berikut :
1 Tunarungu ringan dengan ketajaman pendengaran sebesar
15- 30 desibel dB. 2
Tunarungu sedang dengan ketajaman pendengaran sebesar 31-60 dB.