BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Era perdagangan bebas yang terbuka antar negara memungkinkan suatu negara dapat dengan mudah melakukan aktifitas transaksi perekonomian melintasi
batas negara world borderless tidak terkecuali dalam hal perdagangan barang dan jasa dimana produk-produk luar negeri sangat mudah memasuki pasar sebuah
negara sehingga akan menimbulkan persaingan dengan produk lokal. Persaingan dagang tersebut apabila tidak dibarengi dengan payung hukum yang memadai
disuatu negara maka akan menimbulkan berbagai permasalahan terlebih apabila pihak yang merasa dirugikan memiliki keunggulan dibanding produk lainnya.
Merek dengan demikian juga menjadi salah satu strategi setiap perusahaan yaitu suatu strategi pemasaran berupa pengembangan produk. Suatu perdagangan
tidak akan berkembang dengan baik apabila suatu merek tidak memperoleh perlindungan hukum yang memadai di suatu Negara.
1
1
Citra Citawinda. Sekilas tentang pemalsuan terhadap merek. Artikel dalam www.legalitas.org. Tanggal akses 20 Mei 2013
Khusus terhadap merek- merek terkenal atau merek asing sebagai contoh Nike pastinya telah
mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan nilai yang tinggi terhadap produk-produknya sehingga permintaan terhadap produk-produk mereka juga
meningkat di seluruh dunia. Tingginya permintaan
juga menimbulkan kenyataan
Universitas Sumatera Utara
bahwa merek-merek terkenal tersebut dibajak di berbagai Negara. Tindakan pemalsuan merek atau pembajakan tersebut tentunya akan mengurangi
kepercayaan internasional terhadap jaminan keamanan merek yang mereka miliki sehinga pada akhirnya juga mengurangi kepercayaan investor asing untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Image merek yang gampang diingat, menarik dan selalu dipromosikan
berulang-ulang tentunya akan dapat menghadirkan efek brand minded pada masyarakat. Meskipun kualitas dan harga tetap menjadi pertimbangan utama
konsumen dalam membeli, namun suatu merek terkenal dan bonafid juga menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya dalam meraih pangsa pasar dibidang
perdagangan dan jasa. Asal negara pemilik merek ternyata juga ikut mempengaruhi minat pembelian produk karena masyarakat Indonesia umumnya
menganggap merek asing memiliki citra produk yang baik disamping juga karena faktor gengsi dan gaya hidup.
Pada awalnya merek hanyalah sebuah tanda agar konsumen dapat membedakan produk yang satu dengan yang lainnya. Merek membuat konsumen
lebih mudah mengingat sesuatu yang dibutuhkan, dan dengan cepat dapat menentukan apa yang akan dibelinya. Dalam perkembangannya peran merek
berubah. Merek bukan sekedar tanda, melainkan gaya hidup.
2
2
www.google.commerek_sebagai_tanda_pembeda. Tanggal akses 1 Mei 2013
Dalam kamus bahasa Indonesia Merek diartikan sebagai tanda yang dikenalkan oleh pengusaha
pabrik, produsen, dan sebagainya pada barang barang yang dihasilkan sebagai
Universitas Sumatera Utara
tanda pengenal atau cap tanda yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya.
Menurut David A. Aaker, merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan baik berupa logo,cap dan kemasan untuk mengidentifikasikan
barang dan jasa dari seorang penjual kelompok penjual tertentu. Tanda pembeda yang digunakan suatu badan usaha sebagai penanda identitasnya dan produk
barang atau jasa yang dihasilkannya kepada konsumen, dan untuk membedakan usaha tersebut maupun barang atau jasa yang dihasilkannya dari badan usaha
lain.
3
3
http:id.wikipedia.orgwikiMerek.Tanggal akses 1 Mei 2013
Merek merupakan suatu identitas bagi sebuah produk yang dihasilkan oleh produsen yang merupakan bagian aset dari perusahaan. Bisa dikatakan identitas
ini mempunyai pengertian pada kualitas produksi suatu barang, artinya barang tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Hal inilah yang memerlukan perlindungan
hukum. Apabila terjadi pembajakan merek tetapi kualitas barang berlainan akan mengganggu stabilitas dan jaminan konsumen terhadap barang tersebut. Merek
juga merupakan garansi atas jaminan kepemilikan pribadi atas sebuah produk dagang, yang apabila produk dagang tersebut mempunyai kesamaan dengan
produk dagang milik orang lain, maka negara dalam hal ini Kantor Merek sebagai wakilnya berkewajiban untuk menolak merek yang dimintakan pendaftarannya
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Banyak alasan mengapa banyak industri atau pelaku memanfaatkan merek merek terkenal untuk memasarkan produk-produknya, salah satunya adalah agar
mudah dijual, selain itu produsen merek tersebut juga tidak perlu bersusah payah mengurus nomor pendaftaran kepada Dirjen HaKI atau mengeluarkan uang jutaan
rupiah untuk membangun citra produknya brand image melalui iklan dan pemasaran. Produsen juga tidak perlu membuat divisi riset dan pengembangan
untuk dapat menghasilkan produk yang selalu up to date, karena mereka tinggal menjiplak produk lain dan memasarkannya.
Persaingan dagang dan industri yang tajam menuntut berbagai pihak untuk mengerahkan segala sumber daya yang ada dalam mengelola perusahaan dan
omzet pendapatannya dalam hal memupuk laba, namun pada praktiknya tidak jarang dijumpai perbuatan melawan hukum khususnya berkenaan dengan merek
sebagai usaha persaingan yang tidak sehat dengan cara yang tidak jujur dengan tujuan demi keuntungan pribadinya.
Adapun secara garis besar, praktek-praktek perdagangan yang tidak jujur dalam hal pelanggaran merek tersebut meliputi sebagai berikut:
1. Praktek peniruan merek dagang
Pengusaha yang beritikad tidak baik tersebut pada cara ini akan berupaya menggunakan merek terkenal yang sudah ada sehingga merek atas barang dan
jasa yang diproduksinya pada pokoknya memiliki persamaan dengan merek yang sudah terkenal atau akan menimbulkan kesan seolah-olah berasal dari
produksi yang sama;
Universitas Sumatera Utara
2. Praktek Pemalsuan merek dagang
Modus daripada praktik ini ialah dengan memproduksi barang-barang atau jasa dengan menggunakan merek terkenal yang sudah ada namun tidak menjadi
haknya. Praktek seperti ini disebut juga pembajakan dimana barang tersebut akan bermerek terkenal namun dengan kualitas yang tidak memadai;
3. Praktek perbuatan yang dapat mengacaukan publik berkenaan dengan sifat dan
asal-usul merek Modus ini terjadi karena adanya tempat atau daerah suatu Negara yang dapat
menjadi kekuatan untuk memberikan pengaruh baik pada suatu barang karena dapat dianggap sebagai asal usul barang tersebut dengasn tujuan untuk
mengelabui konsumen. Sebagai contoh sejak dulu di Cina terkenal sebagai tempat asal barang-barang antik yang pecah belah seperti teko, giok, guci dan
sebagainya. Keadaan ini membuat pihak-pihak lain yang membuat barang serupa akan menulis Made in China pada produk tersebut.
Keadaan persaingan yang tidak sehat seperti ini tentunya akan merugikan banyak pihak diantaranya pemilik merek karena omzet perusahaannya menurun,
konsumen yang dirugikan karena salah membeli serta pihak pemerintah dalam hal menciptakan iklim usaha yang sehat serta keuntungan pajak yang ada. Oleh
karena itu Negara memiliki tanggung jawab untuk melakukan perlindungan atas penerapan hak merek tersebut.
4
4
Http:www.cbcindonesia.commerek Tanggal akses 16 Juli 2013
Universitas Sumatera Utara
Globalisasi yang diikuti dengan pasar bebas telah mengakibatkan kompetisi semakin ketat, dan ratusan produk yang berada dalam satu kategori
saling berebut memuaskan kebutuhan konsumen. Konsumen berada dalam posisi yang sangat kuat karena tersedianya banyak alternatif untuk suatu kebutuhan,
sekaligus bingung karena banyaknya pilihan. Apalagi masing-masing membanjiri konsumen dengan iklan dan bentuk komunikasi pemasaran lainnya, disertai klaim
dan janji. Semakin jelaslah betapa pentingnya peran sebuah merek. Era pembangunan global yang juga ditandai dengan pembangunan di
bidang perekonomian, diperlukan berbagai adanya peraturan atau regulasi- regulasi untuk mendukung kegiatan ekonomi baik itu industri, jasa, maupun
perdagangan
5
Hak kekayaan intelektual atau yang dikenal dengan singkatan HaKI berasal dari kepustakaan hukum anglo saxon yang merupakan terjemahan dari
Intellectual Property Rights. HaKI adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam . Dalam kegiatan industri khususnya industri perdagangan, peranan
merek menjadi sangat penting dalam hal menjaga persaingan usaha sekaligus menumbuhkan kegiatan usaha itu sendiri. Hal ini disebabkan merek merupakan
suatu image produk barang atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Semakin mudah dan diingatnya merek tersebut pada masyarakat, maka omzet penjualan
suatu perusahaan tentunya akan semakin meningkat.
5
Http:www.google.commer itra Citawinda. Sekilas tentang pemalsuan terhadap merek. Artikel dalam www.legalitas.org. Tanggal akses 20 Januari 2010ek sebagai hak kekayaan intelektual. Tanggal akses
18 Juli 2013
Universitas Sumatera Utara
menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomis. Bentuk nyata dari kemampuan karya intelektual tersebut bisa di bidang teknologi, ilmu
pengetahuan, seni dan sastra. Secara singkat HaKI adalah hak milik yang timbul dari karya, karsa, dan cipta manusia, jadi esensi dari HaKI adalah ciptaan atau
creation. Peristilahan hak kekayaan intelektual setidaknya memiliki tiga kata kunci
yaitu hak, kekayaan dan intelektual. Istilah hak memiliki pengertian benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan
oleh undang-undang ataupun wewenang menurut hukum. Kekayaan berarti harta yang menjadi milik seseorang sedangkan intelektual berarti cerdas, berakal
berdasarkan ilmu pengetahuan sehingga HaKI didefenisikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul dari kemampuan intelek manusia penciptanya.
6
Dalam menghasilkan suatu hasil karya, manusia telah mengeluarkan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlindungan hukum
terhadap Hak Kekayaan Intelektual sangat diperlukan. Karena dalam setiap karya, terdapat hak yang dapat dinikmati, khususnya hak ekonomi. Terjaminnya
perlindungan hukum bagi suatu hasil karya, akan menumbuh kembangkan semangat dan kreatifitas untuk berkarya dan mencipta.
7
Hak atas merek maupun merek itu sendiri dapat digolongkan sebagai suatu benda hak kebendaan. Hukum Perdata mengenai benda mengenal berbagai
6
Amstrong. Historis dan Perkembangan HaKI di Indonesia. Artikel dalam www.amstrongsembiring.com.Tanggal akses 22 Januari 2010
7
M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah Teori dan Prakteknya di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,1993
Universitas Sumatera Utara
macam penggolongan benda. Salah satunya adalah benda berwujud materiil dan benda tidak berwujud immateri. HaKI sendiri dapat digolongkan ke dalam
benda tidak berwujud. Abdul Kadir Muhammad juga mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan barang tangible goods adalah benda materiil yang ada
wujudnya karena dapat dilihat dan diraba, misalnya kendaraan; sedangkan yang dimaksud dengan hak intangible goods adalah benda imateril yang tidak ada
wujudnya karena tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya HaKI.
8
Pernyataan Abdul Kadir di atas, sesuai dengan rumusan Pasal 499 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : ”Barang adalah tiap benda dan tiap hak
yang dapat menjadi obyek dari hak milik”. Selanjutnya menurut Mahadi, ketentuan Pasal 499 KUH Perdata mengenai hek benda ialah untuk benda yang
tergolong kepada benda materil stoffelijk voorwrep. Hak atas benda tersebut yang disebut dengan benda immateril.
9
Adapun klasifikasi benda tersebut terdapat dalam Pasal 503 KUH Perdata
10
Hal lain yang juga menjadikan hukum HaKI dalam hal ini merek termasuk dalam aspek hukum privatperdata adalah dari segi pemberian lisensi dengan
tujuan agar tidak melanggar hak atau kuasa dari si pemilik hak kekayaan intelektual, pelaksanaan pemberian lisensi harus didahului dengan adanya
perjanjian lisensi antara pemohon lisensi dan pemberi lisensi yakni si pemilik hak. Makna dari lisensi itu sendiri adalah suatu bentuk pemberian izin oleh pemilik
.
8
Ibid,.
9
OK Saidin, Aspek hukum hak kekayaan intelektual, Jakarta, Rajawali Press. 2004. Hal 12
10
R.Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
lisensi kepada penerima lisensi kepada penerima lisensi untuk memanfaatkan atau menggunakan bukan mengalihkan hak suatu kekayaan intelektual yang dipunyai
pemilik lisensi berdasarkan syarat-syarat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu yang umumnya disertai dengan imbalan berupa royalti.
Sebagai cara untuk menyeimbangkan kepentingan dan peranan pribadi individu dengan kepentingan masyarakat, maka sistem Hak Atas Kekayan
Intelektual berdasarkan prinsip : 1
Prinsip keadilan the principle of natural justice Pencipta sebuah karya atau orang lain yang bekerja membuahkan hasil dari kemampuan intelektualnya,
wajar memperoleh imbalan. Imbalan tersebut dapat berupa materi maupun bukan materi, seperti adanya rasa aman karena dilindungi dan diakui atas
hasil karyanya. Hukum memberikan perlindungan tersebut demi kepentingan pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka
kepentingannya tersebut, yang disebut dengan hak. Setiap hak menurut hukum itu mempunyai title ,yaitu sebuah peristiwa tertentu yang menjadi
alasan melekatnya hak itu pada pemiliknya. Menyangkut hak milik intelektual, maka peristiwa yang menjadi alasan melekatnya itu, adalah
penciptaan yang mendasarkan atas kemampuan intelektualnya. Perlindungan inipun tidak terbatas di dalam negeri si penemu itu sendiri, tetapi juga dapat
meliputi perlindungan di luar batas negaranya. Hal itu karena hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan commission
atau tidak melakukan omission sesuatu perbuatan.
Universitas Sumatera Utara
2 Prinsip ekonomi the economic argument Hak Atas Kekayaan Intelektual ini
merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam
berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, maksudnya ialah bahwa kepemilikan itu wajar karena
sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal itu 1 satu keharusan untuk menunjang kehidupannya di dalam masyarakat. Dengan demikian, Hak Atas
Kekayaan Intelektual merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya. Dari kepemilikannya, seseorang akan mendapatkan keuntungan, misalnya
dalam bentuk royalty dan technical fee. 3
Prinsip kebudayaan the cultural argument dimana bahwa karya manusia itu pada HaKIkatnya bertujuan untuk memungkinkannya hidup, selanjutnya dari
karya itu pula suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi. Dengan konsepsi demikian maka pertumbuhan, perkembangan ilmu
pengetahuan, seni dan sastra sangat besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban, dan martabat manusia. Selain itu, juga akan
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Pengakuan atas kreasi, karya, karsa, dan cipta manusia yang dibakukan dalam sistem Hak
Milik Intelektual adalah suatu usaha yang tidak dapat dilepaskan sebagai perwujudan suasana yang diharapkan mampu membengkitkan semangat dan
minat untuk mendorong melahirkan ciptaan baru. 4
Prinsip sosial the social argument dimana hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai perseorangan yang berdiri sendiri, terlepas dari
Universitas Sumatera Utara
manusia yang lain, tetapi hukum mengatur kepentingan manusia sebagai warga masyarakat. Jadi, manusia dalam hubungannya dengan manusia lain,
yang sama-sama terikat dalam 1 satu ikatan kemasyarakatan. Dengan demikian, hak apapun yang diakui oleh hukum dan diberikan kepada
perseorangan atau suatu persekutuan atau kesatuan itu saja, tetapi pemberian hak kepada perseorangan persekutuankesatuan itu diberikan, dan diakui oleh
hukum, oleh karena dengan diberikannya hak tersebut kepada perseorangan, persekutuan ataupun kesatuan hukum itu, kepentingan seluruh masyarakat
akan terpenuhi. Perlindungan hukum terhadap merek diberikan melalui proses
pendaftaran. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek menerapkan sistem konstitutif. Artinya, hak atas merek diperoleh karena proses pendaftaran,
yaitu pendaftar merek pertama yang berhak atas merek. Perlindungan hukum berdasarkan sistem first to file principle tersebut diberikan kepada pemegang hak
merek terdaftar yang “beritikad baik” dengan bersifat preventif maupun represif. Perlindungan hukum preventif dilakukan melalui pendaftaran merek, dan
perlindungan hukum represif diberikan jika terjadi pelanggaran merek melalui gugatan perdata maupun tuntutan pidana dengan mengurangi kemungkinan
penyelesaian alternatif diluar pengadilan.
11
11
Prasetyo Hadi. Problematika perlindungan hukum merek di Indonesia artikel dalam www.google.comhadi_problematikamerek. Tanggal akses 22 Juni 2013..
Hak untuk menuntut tersebut dijamin dalam Pasal 76 ayat 1 UU Merek memberikan hak kepada pemilik merek
terdaftar untuk mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak
Universitas Sumatera Utara
menggunakan merek barang dan atau jasa yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan untuk barang atau jasa sejenis berupa:
1 Gugatan ganti rugi, danatau
2 Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek
tersebut Secara ekonomis memanfaatkan merek terkenal memang mendatangkan
keuntungan yang cukup besar dan fakta dilapangan membuktikan hal tersebut, selain itu juga didukung oleh daya beli konsumen yang pas-pasan tetapi ingin
tampil trendi. Namun jika dilihat dari sisi hukum hal itu sebenarnya tidak dapat ditolelir lagi karena Negara Indonesia sudah meratifikasi Kovensi Internasional
tentang TRIPs dan WTO yang telah diundangkan dalam UU Nomor 7 Tahun 1994
sesuai dengan kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1 Januari 2000 Indonesia sudah harus menerapakan semua perjanjian-perjanjian yang ada dalam
kerangka TRIPs Trade Related Aspects of Intellectual Property Right, Inculding Trade in Counterfeit Good, penerapan semua ketentuan-ketentuan yang ada
dalam TRIPs tersebut adalah merupakan konsekuensi Negara Indonesia sebagai anggota dari WTO Word Trade Organization..
Untuk menghindari praktek-praktek yang tidak jujur dan memberikan perlindungan hukum kepada pemilik atau pemegang merek serta konsumen maka
Negara mengatur perlindungan merek dalam suatu hukum merek dan selalu disesuaikan dengan perkembangan perkembangan yang terjadi di dunia
perdagangan internasional yang tujuannya adalah mengakomodasikan semua kepentingan-kepentingan yang ada guna menciptakan suatu perlindungan hukum.
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual yang diwujudkan melalui serangkaian kegiatan regulasi perundang-undangan merupakan langkah maju bagi
Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 akan memasuki era pasar bebas. Salah salah satu implementasi era pasar bebas ialah negara dan masyarakat Indonesia
akan menjadi pasar yang terbuka bagi produk ataupun karya orangperusahaan luar negeri asing, demikian pula masyarakat Indonesia dapat menjual
produkkarya ciptaannya ke luar negeri secara bebas. Oleh karena itu, sudah selayaknyalah produk-produk ataupun karya-karya lainnya yang merupakan HaKI
dan sudah beredar dalam pasar global diperlukan perlindungan hukum yang efektif dari segala tindak pelanggaran yang tidak sesuai dengan persetujuan TRIPs
serta konvensi-konvensi yang telah disepakati. Sejarah merek
12
12
www.google.comanalisa uu merek no 15 Tahun 2002. Tanggal akses 25 Mei 2013.
di dunia dengan pemberian tanda pada barang sebagai merek bukanlah fenomena baru. Zaman prasejarah dan setelah sejarah ditulis
telah membuktikan hal ini. Para pemburu pada zaman itu telah memberi tanda atau ukir-ukiran pada senjata buruan mereka sebagai bukti kepemilikan. Pembuat
tembikar pada masa Yunani dan Romawi kuno telah memberi identitas dengan memberi tanda pada dasar pot ketika masih basah, yang akan menimbulkan relief
ketika kering. Hal lain lagi adalah menuliskan nama diri pada beberapa barang, seperti pada pahatan batu yang dimaksudkan sebagai identifikasi pembuatnya.
Pada abad pertengahan kemudian dimulaialah penggunaan tanda-tanda seperti cap pada hewan ternak. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tanda sekaligus
upaya perlindungan terhadap kualitas barang ataupun hewan yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu bentuk perlindungan terhadap hak merek yang juga berdasarkan kesepakatan internasional adalah tuntutan akan pemberlakuan prinsip national
treatment di masing-masing negara. Prinsip national tretament merupaka suatu prinsip yang menuntut adanya kesetaraan perlakuan dan perlindungan antara
produk negara yang satu dengan lainnya dalam lingkup perdagangan barang dan jasa. Dengan demikian setiap negara wajib memberikan kesempatan yang sama
dan menghindarkan proteksi berlebihan terhadap produk lokal yang dimilikinya. Melalui ketentuan prinsip ini batas-batas Negara tidak lagi menjadi
halangan bagi lalu lintas perdagangan karena barang dan jasa akan bebas diperjual belikan di mana saja, keseluruhan negara anggota telah bersatu menjadi satu pasar
bebas dan terbuka. Di sisi lain politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif mengisyaratkan Indonesia untuk berperan serta secara aktif mewujudkan iklim
kondusif bagi persaingan bebas dalam perekonomian global dan mengambil manfaat dari kebijakan-kebijakan non diskriminasi tersebut bagi kepentingan
nasional.
13
Selain pertimbangan akses pasar dan penurunan tariff, prinsip National Treatment berpotensi untuk mengurangi konflik antar pelaku PMA yaitu
Pemerintah Negara tuan tumah, Pemerintah Negara asal dan Penanam modal karena prinsip ini akan memberikan jaminan keamanan terutama bagi penanam
modal, sedangkan bagi Negara penerima modal prinsip ini memungkinkan mereka memberlakukan aturan yang sama mengikatnya terhadap Investor asing dan
domestik. Sehingga apabila Investor asing melakukan pelanggaran hukum yang
13
http:dwimaret.blogspot.com201212prinsip-national-treatment-dalam.html
Universitas Sumatera Utara
berlaku di Indonesia maka mereka mereka akan dijerat dengan hukum yang berlaku tanpa adanya keistimewaan tertentu.
B. PERMASALAHAN