G. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan tesis ini direncanakan terbagi dalam 5 Lima Bab dengan beberapa sub bab tersendiri dalam ruang lingkup sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab awal yang mmeberikan ilustrasi guna memberikan
informasi yang bersifat umum dan menyeluruh secara sistematis mengenai perlindungan dan pertanggungjawaban hukum dalam hal
pelanggaran merek terkenal. Pembahasan dalam bab ini terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan BAB II : PENERAPAN PRINSIP NATIONAL TREATMENT DALAM
SISTEM HUKUM INTERNASIONAL Pembahasan bab ini mencakup dan berusaha mencari pengertian
mengenai penerapan prinsip national treatment dalam hukum internasional, Bab ini akan memusatkan pembahasan pada penjelasan
mengenai konvensi-konvensi internasional khusunya GATT dan WIPO tentang prinsip national treatment.
BAB III : PRINSIP NATIONAL TREATMENT OLEH NEGARA-NEGARA DIDUNIA
Pokok bahasan dalam bab ini akan mencakup penerapan prinsip national treatment dalam hukum intenasional, unsur-unsur dan
Universitas Sumatera Utara
karakteristik penerapan prinsip tersebut dalam pelaksanaannya berdasarkan persetujuan dan konvensi-konvensi internasional
BAB IV: PRINSIP NATIONAL TREATMENT DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA
Pokok bahasan dalam bab ini membahas mengenai prinsip national treatment yang telah diratifikasi maupun diterapkan dalam sistem
hukum Indonesia terutama menyangkut penerapan prinsip tersebut dalam perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab penutup yang menguraikan kesimpulan atas
pembahasan-pembahasan masalah yang telah diuraikan. Bab ini juga akan menguraikan sumbangsih saran yang dapat diberikan setelah
meneliti materi-materi yang akan dibahas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PRINSIP NATIONAL TREATMENT DALAM SISTEM HUKUM INTERNASIONAL
A. Pengertian TRIPs
Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights TRIPs adalah sebuah perjanjian yang diprakarsai oleh WTO World Trade Organization.
Berbeda dengan kebanyakan perjanjian mengenai hak kekayaan intelektual yang tidak diprakasai oleh WIPO World Intellectual Property Organization sebagai
badan hak kekayaan intelektual dunia. Inti dari TRIPs ini adalah upaya penyatuan Hak-Hak Kekayaan Intelektual yang ada dalamkedalam ketentuan GATT atau hak
dan kewajiban negara WTO. Tujuan dan sasaran dari perjanjian ini yang disebut pada Pasal 7 terdapat pada mukamidah dan sasaran objektif yaitu:
20
Sistem HaKI menjadi cukup signifikan karena keterkaitannya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang ikut meratifikasi TRIPs secara
moral mematuhi isi daripada perjanjian TRIPs ini, hal ini dikarenakan TRIPs memang dianggap sebagai alat untuk dapat meregulasikan perdagangan dan
mencegah terjadinya pelanggaan hak kekayaan intelektual yang marak terjadi
20
Professor Phillip Griffith, Disampaikan dalam Kuliah Umum“ Sources and Main Principles of International Intellectual Property Rights ” dan Seminar Internasional, Pada tanggal
10-11 Desember 2012.Universitas Padjadjaran, Bandung
Universitas Sumatera Utara
dimasa globalisasi ini.Adapun prinsip-prinsip dasar yang terdapat dalam TRIPs adalah sebagai berikut:
a. Standar Minimum
TRIPs hanya memuat ketentuan minimum yang wajib diikuti oleh para negaraanggota, sehingga negara anggota tersebut dapat menerapkan ketentuan
yang lebihluas lagi asalakan sesuai dengan ketentuan TRIPs dan prinsip hukum Internasional.
b. National Treatment
Pada pemberian perlakuan dalam kaitan perlindungan kekayaan intelektual haruslahsama, baik diberikan kepada warga sendiri ataupun warga negara lain
c. Most-Favoured-Nation Treatment
Most-Favoured-Nation Treatment adalah istilah untuk perlakuan sebuah Negara terhadap negara tertentu yang dianggap melebihkan hak-haknya dari
negara lain,perlakuan seperti ini dilarang oleh TRIPs. National Treatment mewajibkan setiap negara untuk memperlakukan setiap pendaftar hak kekayaan
intelektual dari Negara manapun sama seperti bagaimana Negara tersebut akan memperlakukannya pada warga negaranya.
21
d. Teritorialitas
Sistem hak kekayaan intelektual bernaung dalam yuridiksi masing-masing negaradalam titik tolak pelaksanaanya.
21
Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional, Aspek Hukum Dari WTO, cetakan pertama Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2004, hlm. 69
Universitas Sumatera Utara
e. Alih Teknologi
Dengan Hak kekayaan Intelektual diharapkan terjadi alih teknologi dengan tujan untuk pengembangan inovasi tekonolgi serta peyemaian teknologi
untuk kepentingan bersama. TRIPs mengaharuskan negara-negara anggota untuk mematuhi ketentuan dalam Art. 1 sampai dengan 12, serta 19 dari Paris
Convention. Yang berisi mengenai : Paten, Utility Models, Merek, Desain Industri, Persaingan Curang, Instansi Hak Kekayaan Intelektual, Persetujuan-
persetujuan Khusus. Pentingnya pengelolaan hak kekayaan intelektual pasca Konvensi Paris
dan Konvensi Berne, serta dilanjutkan dengan berdirinya WIPO, mekanisme yang lebih kompleks kemudian kembali digagas oleh negara-negara maju yang
diprakarsai oleh Amerika Serikat. Pembentukan TRIPs sebagai instrumen hukum pengelolaan hak kekayaan intelektual dunia sebenarnya tidak lepas pelaksanaan
Uruguay Round tahun 1990. Kanada sebagai salah satu anggota General Agreement on Tariffs and Trade GATT secara formal mengusulkan
pembentukan suatu badan perdagangan internasional. Usul ini ditanggapi positif oleh anggota GATT.
22
Hak kekayaan intelektual yang semakin disadari negara-negara didunia sebagai faktor penting dalam perdagangan internasional, maka dalam kerangka
sistem perdagangan multilateral, kesepakat-an mengenai HaKI Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property RightsTRIPs dinegosiasi-kan
22
Huala Adolf, 2005 Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Edisi revisi ke-4, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 48
Universitas Sumatera Utara
untuk pertama kalinya dalam pe-rundingan WTO, yaitu Uruguay Round pada tahun 1986-1994. Uruguay Round berhasil membuahkan kesepakatan TRIPs
Agreement sebagai suatu jalan untuk mempersempit perbedaan yang ada atas perlindungan HaKI di dunia dan menaunginya dalam sebuah peraturan
internasional. TRIPs Agreement menetapkan tingkat minimum atas perlindungan HaKI yang dapat dijaminkan terhadap seluruh anggota WTO. Hal yang penting
adalah ketika terjadi perselisihan perdagangan yang terkait dengan HaKI, maka sistem penyelesaian persengketaan WTO telah tersedia.
Berdirinya WTO membawa perubahan yang siginifikan dalam sistem perdagangan dunia. Ada empat lampiran utama persetujuan pembentukan WTO.
Salah satunya adalah persetujuan TRIPs. TRIPs ini adalah prakarsa Amerika Serikat yang juga didukung oleh Uni Eropa, Jepang dan negara maju. Persetujuan
diberlakukannya TRIPs tidak lain karena keprihatianan Amerika Serikat atas perlindungan dan penegakan hak kekayaan intelektual selama perundingan
Putaran Uruguay. Dari perspektif Amerika Serikat, perjanjian TRIPs adalah prestasi besar. Sebelumnya, perdebatan panjang mengenai implementasi TRIPs
terjadi dengan melibatkan kepentingan negara maju dan negara berkembang.
23
1. Penerapan prinsip-prinsip dasar atas sistem perdagangan dan hak kekayaan
intelektual Kesepakatan TRIPs ini meliputi 5 lima hal, yaitu:
2. Perlindungan yang layak atas hak kekayaan intelektual
23
Agus Sardjono Pembangunan Hukum Kekayaan Intelektual Indonesia: Antara Kebutuhan dan Kenyataan, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum
Keperdataan Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 27 Februari 2008, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagaimana negara-negara harus menegakkan hak kekayaan inte-lektual
sebaik-baiknya dalam wilayahnya sendiri 4.
Penyelesaian perselisihan atas hak kekayaan intelektual antara negara-negara anggota WTO
5. Kesepakatan atas transisi khusus selama periode saat suatu sistem baru
diperkenalkan Perjanjian TRIPs yang berlaku sejak 1 Januari 1995 ini merupakan
perjanjian multilateral yang paling komprehensif mengenai HaKI. TRIPs merupakan perjanjian dengan standar minimum yang memungkinkan negara
anggota WTO untuk menyediakan perlindungan yang lebih luas terhadap HaKI. Negara-negara Anggota dibebaskan untuk menentukan metode yang paling
memungkinkan untuk menjalankan ketetapan TRIPs kedalam suatu sistem legal di negaranya.
Perjanjian ini mengakui adanya praktik-praktik Negara yang berbeda dalam memberikan standard perlindungan dan pelaksanaan hak milik intelektual,
kurangnya prinsip-prinsip multilateral, ketentuan-ketentuan serta aturan-aturan mengenai perdagangan barang tiruan. Adanya perbedaan praktik ini telah
menimbulkan ketegangan dalam hubungan ekonomi internasional. Ketentuan perjanjian mengenai bidang ini diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya
ketegangan tersebut. Untuk itu perjanjian Uruguay menetapkan penerapan prinsip-prinsip dasar GATT dan perjanjian-perjanjian hak milik yang relevan
perjanjian mengenai pelaksanaan atau penegakan hak-hak tersebut, penyelesaian sengketa multilateral dan peraturan peralihannya.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam tiga bagian. Bagian pertama menetapkan ketentuan umum dan prinsip dasarnya. Ketentuan dan
prinsip tersebut berupa komitmen perlakuan nasional yang memperlakukan warga negara lain dengan perlakuan yang sama seperti kepada warga negaranya dalam
hal perlindungan hak milik intelektual. Ketentuan ini mengandung juga suatu klausul perlakuan yang sama terhadap semua warga negara. Ketentuan demikian
merupakan suatu hal yang baru dalam perjanjian hak milik intelektual internasional. Lebih lanjut ditegaskan pula bahwa perlakukan tersebut harus
diberikan secara langsung dan tanpa syarat kepada warga negara asing lain. Bagian kedua mengatur bentuk-bentuk hak milik intelektual. Khusus mengenai
hak cipta, para pihak diwajibklan untuk mematuhi isi ketentuan-ketentuan Konvensi Berne Tahun 1971 bagi perlindungan karya-karya literatur seni. Bagian
ketiga mengatur kewajiban-kewajiban anggota pemerintah untuk memberikan prosedur-prosedur dan upaya penanggulangan menurut hukum nasionalnya
masing-masing. Tujuanya adalah untuk menjamin agar milik intelektualnya dapt
dilaksanakan secara efektif, baik pemegang hak-hak oleh warga asing ataupun juga oleh warga negaranya. Prosedur ini mengizinkan tindakan efektif terhadap
pelanggaran hak milik intelektual. Tindakan efektif tersebut harus adil dan jujur, dan tidak berkepanjangan yang menyebabkan keterlambatan atau proses yang
berlarut-larut. Dalam perjanjian ini membentuk pula suatu Dewan Perdagangan Hak Milik Intelektual Council for Trade Related Aspects of Intelectual Property
Rights . Badan ini bertugas memonitor pelaksanaan perjanjian dan penataanya
Universitas Sumatera Utara
oleh para pemerintah. Apabila muncul sengketa dalam bidang ini, prosedur penyelesaian sengketanya juga berlangsung menurut prosedur penyelesaian
sengketa yang ada dalam GATT. Jika terjadi sengketa antar anggota mengenai masalah hak kekyaan
intelektual ini,maka sengketa itu menjadi subjek prosedur penyelesaian sengketa yang ada di WTO seperti yang tertera pada Pasal 63 dan 64. Peraturan dan tata
cara penyelesaian sengketa ini terdapat pada annex 2. Jika persetujuan kedua belah pihak tidak tercapai maka akan ada pemberitahuan untuk meminta
persetujuan para pihak sebelum dibentuknya panel untuk diadakan persidangan oleh panel itu agar dibentuk keputusan dari panel tersebut mengenai
persengketaan yang tidak selesai itu. Panel tersebut hanya dapat menyelesaikan sengketa diantara para anggotanya sehingga untuk masalah pribadi dari anggota
masyarakat atau unsur dari masyarakat negara anggota tersebut maka masalah tersebut harus diangkat menjadimasalah nasional dari negara yang menjadi
kewarganegaraan dari para pihak. TRIPs memberikan waktu adaptasi bagi negara yang akan menerima TRIPs.
Sebuah dewan untuk TRIPs dibentuk berdasarkan Pasal 68 yang diberi tugas untuk menyediakan bantuan pada penyelesaian sengketa, mencari informasi
dan dalammenyelenggarakan kerja sama. Serta mengembangkan kerja sama dan pertukaran informasimengenai barang palsu atau bajakan juga mengulas
pelaksanaan dari persetujuan TRIPs. Hak-hak kekayaan yang dilindungi oleh TRIPs adalah hak cipta dan hak terkaitnya ; merk dagang dan merk usaha,
Indikasi geografis penyebutan dari asal suatu barang, desain industry, paten
Universitas Sumatera Utara
termasuk perlindungan varietas tanaman, penampakan dan desain dari sirkuit terpadu integrated circuit , informasi rahasia termasuk rahasia dagang.
24
a. Meningkat perlindungan terhadap HaKI dari produk-produk yang
diperdagangkan Tujuan TRIPs secara umum adalah:
b. Menjamin prosedur pelaksanaan HaKI yang tidak menghambat kegiatan
perdagangan c.
Merumuskan aturan serta disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan terhadap HaKI
d. Mengembangkan prinsip, aturan dan mekanisme kerjasama internasional untuk
menangani perdagangan barang-barang hasil pemalsuan atau pembajak atas HaKI
Hak Kekayaan Intelektual termasuk dalam bidang hukum yang bersifat netral. Dengan demikian selalu mengalami perubahan lebih cepat dari hukum
yang bersifat sensitif, sebab menyangkut aspek perdagangan antar bangsa, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat.
25
24
http:www.scribd.comdoc117349950TRIPs
25
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan Kumpulan
Karya Tulis, Alumni, Bandung, 2006, hlm. 24.
Maka tidak terhindarkan masuknya unsur hukum asing ke dalam hukum nasional. Menurut
Mochtar Kusumaatmadja, penggunaan model-model hukum asing tidak menimbulkan kesulitan dalam pengembangan hukum. Secara teknis memang
demikian, namun persoalannya terletak pada aspek filosofis, substansi dan budaya hukum yang terkandung dalam hukum asing tersebut, tidak semuanya sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai-nilai filosofis dan sosiologis masyarakat Indonesia, bahkan tidak jarang berbenturan. Hal ini terjadi di Indonesia, dimana dasar filsafat asing masih
lebih kuat mempengaruhi pembentukan hukum HaKI daripada filsafat bangsa Indonesia sendiri dan dipengaruhi juga oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja
melalui pembentuk undang-undang legislatif.
26
B. Prinsip National Treatment Dalam Persetujuan Trips