63 GPK memberikan pendampingan tidak sesuai porsinya tetapi sesuai
kehendaknya agar pendampingan yang dilakukannnya ada hasilnya. Guru dituntut untuk lebih sabar dalam mengajar di kelas inklusi
karena selain menghadapi siswa normal, guru juga menghadapi siswa ABK. Berdasarkan pemaparan guru, siswa ABK sebaiknya dilatih dan
bukan dididik. Hal teresbut berkaitan dengan keterbatasan yang ada pada siswa ABK. Dengan ketelatenan dalam melatih siswa ABK,
diharapkan agar potensi yang dimiliki siswa ABK dapat terlihat. Guru juga harus berusaha memberikan semua yang terbaik agar siswa
normal dan siswa ABK mendapat perhatian dan pelayanan yang merata.
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Giwangan Yogyakarta menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dan hambatan-hambatan
dalam pembelajaran serta pelaksanaan manajemen pendidikan inklusi adalah
sebagai berikut.
1. Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Inklusi
Pelaksanaan pembelajaran adalah penerapan dari rencana pelaksanaan pembelajaran. Peran guru sangat penting dalam menggerakkan dan
memotivasi siswanya untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran, hasil penelitian menunjukkan bahwa guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dalam kegiatan awal pembelajaran. Tarmansyah 2007: 198
64 kegiatan awal ini penting untuk membawa siswa ke dalam situasi
pembelajaran. Dalam kegiatan awal pembelajarannya Ya guru kelas III A telah melakukan kegiatan apersepsi untuk membawa siswa ke dalam
situasi pembelajaran meski tidak selalu dilakukan pada setiap pertemuan. Kemudian guru akan mengulang secara singkat materi pada pertemuan
sebelumnya untuk mengingatkan siswa serta memberikan motivasi agar siswa termotivasi untuk belajar. Kemudian guru mengajukan
permasalahan kepada siswa dengan tujuan untuk mengarahkan siswa ke materi yang akan diajarkan. Meski demikian, guru tidak selalu
melaksanakan setiap kegiatan tersebut. Hal tersebut karena guru menyesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dalam kegiatan inti pembelajaran, pengelolaan materi untuk siswa normal dilakukan sesuai kurikulum, silabus, dan RPP. Akan tetapi materi
untuk siswa ABK dikelola oleh guru bersama GPK sekolah dengan disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa ABK. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Tarmansyah 2007: 199 bahwa dalam kegiatan inti, guru harus dapat membuat siswa mencapai sasaran
pembelajarannya. Oleh karena itu, materi untuk siswa normal dan siswa ABK dibuat berbeda agar masing-masing siswa baik siswa normal
maupun siswa ABK dapat mencapai sasaran pembelajarannya masing- masing.
Strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan guru sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Strategi yang diterapkan guru adalah strategi
65 ekspositori dimana guru menyampaikan materi kepada siswa. Strategi
pembelajaran ekspositori yang diterapkan guru sesuai dengan pendapat Wina Sanjaya 2010: 189 yaitu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal. Metode yang digunakan oleh guru diantaranya adalah ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian
tugas. Berdasarkan hasil penelitian, guru tidak menggunakan media dalam
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan media untuk materi yang diajarkan tidak tersedia sehingga guru tidak menggunakan media dalam
pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung, guru senantiasa memberikan bantuan kepada setiap siswa yang membutuhkan dan secara
intensif membimbing siswa ABK dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil penelitian, guru belum melaksanakan secara keseluruhan kegiatan dalam kegiatan akhir pembelajaran seperti
memperkuat tujuan pembelajaran, evaluasi, dan tindak lanjut setelah evaluasi. Akan tetapi, dari yang dilakukan guru di kegiatan akhir
pembelajarannya, guru sependapat dengan Tarmansyah 2007: 199 pada kegiatan bertanya kepada siswa tentang apa yang siswa pahami maupun
yang belum siswa pahami dari pembelajaran yang telah dilakukan. Meski selama penelitian guru tidak melakukan evaluasi terhadap siswa, guru
66 telah merancang evaluasi di dalam RPP yang disusun. Sebagai tindak
lanjut dari evaluasi yang dirancang guru, siswa yang belum mencapai KKM, akan dilakukan pendalaman materi kemudian dilaksanakan ujian
ulang. 2.
Hambatan yang Dialami Guru Kelas Inklusi Dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak dapat dipungkiri bahwa
terdapat berbagai hal yang dapat menghambat kelancaran pembelajaran. Pada dasarnya, hambatan belajar dapat terjadi oleh beberapa faktor.
Menurut Abdul
Majid 2006:
232, faktor-faktor
penghambat pembelajaran dapat digolongkan atas faktor yang bersumber dari siswa,
dari lingkungan sekolah, dan dari lingkungan keluarga. Faktor-faktor yang bersumber dari siswa menurut Dimyati dan Mudjiono 2006: 260
diantaranya adalah sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, prestasi belajar, rasa percaya diri, intelegensi, kebiasaan belajar,
dan lain sebagainya. Sementara itu, faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah menurut Abdul Majid 2006: 232 diantaranya adalah penerapan
kurikulum, pemilihan metode, ketersediaan media, dan penguasaan terhadap materi. Dan faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
menurut Abdul Majid 2006: 232 adalah kemampuan ekonomi orang tua, kurangnya perhatian orang tua terhadap siswa, dan harapan orang tua yang
terlalu tiggi pada siswa. Berdasarkan hasil penelitian, hambatan yang dialami guru yang
bersumber dari siswa diantaranya adalah siswa kurang memperhatikan
67 pelajaran dan penjelasan yang diberikan guru karena kurang termotivasi
untuk belajar. Oleh sebab itu, guru harus bisa memotivasi siswa agar siswa termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Hal
tersebut karena motivasi belajar adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang kelancaran pembelajaran. Seperti yang dipaparkan oleh
Sugihartono 2007: 20, motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun
dihadang berbagai kesulitan dan motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa.
Siswa juga sering tidak berkonsentrasi saat guru memberikan pelajaran. Ketika guru menyampaikan materi, siswa cenderung mengobrol
dengan siswa lain dan mengabaikan guru. Untuk mengantisipasi hal tersebut guru mengatur siasat dengan cara memelankan suara ketika siswa
mulai gaduh saat guru menyampaikan materi. Selain itu, guru akan memberikan pertanyaan secara tiba-tiba kepada siswa yang tengah
mengobrol seputar materi yang disampaikan. Hal tersebut efektif untuk membuat siswa berkonsentrasi pada apa yang disampaikan guru.
Memusatkan dan meningkatkan konsentrasi siswa sangat penting untuk dilakukan agar siswa tetap terfokus pada pelajaran dan dapat memahami
setiap materi serta instruksi yang diberikan dengan baik. Dalam meningkatkan prestasi siswa, selain mempelajari materi
pelajaran di sekolah, guru juga meminta siswa untuk belajar di rumah. Siswa juga selalu diberi soal-soal latihan untuk lebih memahami materi
68 pelajaran dalam meningkatkan prestasi siswa. Guru tidak merasakan
hambatan yang berarti dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa. Meski dalam beberapa kesempatan siswa terlihat enggan untuk menampilkan
hasil kerjanya dihadapan teman-teman sekelasnya, namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik oleh guru.
Mengingat di kelas III A merupakan kelas inklusi dimana terdapat siswa ABK, tentu selain terdapat perbedaan intelegensi diantara siswa
normal juga terdapat perbedaan intelegensi yang mencolok antara siswa normal dengan siswa ABK terutama siswa slow learner dan siswa
tunagrahita. Sugihartono 2007: 23 mengartikan intelegensi sebagai kemampuan murni manusia. Oleh karena itu, intelegensi masing-masing
siswa jelas berbeda. Perbedaan intelegensi tersebut menghambat guru dalam penyampaian materi karena tidak bisa menyamaratakan materi
kepada semua siswa. Oleh karena itu, guru harus bisa memahami perbedaan
masing-masing siswanya
kemudian membantu
siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Hambatan yang juga dirasakan oleh guru adalah perbedaan sikap masing-masing siswa terhadap belajar. Sehingga, guru harus dapat
menanamkan kepada siswa akan pentingnya belajar dan guru harus dapat merancang pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tertarik untuk
rajin belajar. Selain sikap terhadap belajar, kebiasaan siswa dalam belajar tentu berbeda antara siswa satu dengan siswa lain. Untuk menghadapi
perbedaan kebiasaan belajar masing-masing siswa, selain belajar di kelas
69 guru juga meminta siswanya untuk belajar sendiri di rumah sesuai dengan
kebiasaan masing-masing siswa dalam belajar agar tidak menghambat pembelajaran di kelas.
Selain mendapat hambatan yang bersumber dari siswa, guru juga mendapat hambatan dari lingkungan, baik itu lingkungan sekolah juga
lingkungan keluarga siswa. Hambatan yang dialami guru yang bersumber dari lingkungan sekolah diantaranya adalah guru harus selalu
menyesuaikan dengan kurikulum yang berubah-ubah. Guru yang sudah terbiasa menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
kemudian harus menyesuaikan diri dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 K13 yang kemudian K13 dibatalkan dan kembali lagi menerapkan
KTSP. Meski demikian, guru harus selalu siap dalam mengahadapi perubahan-perubahan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Selain itu, guru juga harus bisa memilih dan menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi dan kemampuan siswa. Pemilihan metode
sangat penting dilakukan dalam perencanaan hingga pada pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Wina
Sanjaya 2010:
187 upaya
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal dinamakan metode.
Akan tetapi, guru belum berani menerapkan metode yang bervarisi seperti permainan atau unjuk kerja dalam kelompok dikarenakan kelas III A
adalah kelas rendah karena dikhawatirkan jika metode yang dipilih tidak tepat maka tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara optimal. Oleh
70 karena itu, guru hanya memanfaatkan metode ceramah, demonstrasi, tanya
jawab, dan pemberian tugas serta diskusi dengan teman semeja. Selain pemilihan metode, guru juga harus pandai dalam memanfaatkan
media untuk membantu menyampaikan materi kepada siswa. Menurut Wina Sanjaya 2010: 199, media pembelajaran adalah alat yang dapat
membantu proses pembelajaran. Akan tetapi, pemanfaatan media dalam pembelajaran terhambat oleh ketersediaan media yang disediakan sekolah.
Oleh karena itu, guru jarang memanfaatkan media untuk menunjang pembelajaran. Sedangkan dalam pengelolaan materi, guru tidak merasakan
adanya hambatan yang berarti. Hanya saja selain menyiapkan materi untuk siswa normal, guru juga harus menyiapkan materi untuk siswa ABK.
Selanjutnya adalah hambatan yang dialami guru yang bersumber dari lingkungan keluarga siswa. Hambatan tersebut diantaranya adalah
perbedaan kemampuan ekonomi orang tua masing-masing siswa. Hal terlihat dari perlengkapan sekolah yang dibawa atau dipakai siswa. Siswa
dari keluarga yang serba berkecukupan memiliki perlengkapan sekolah yang lengkap dan bagus-bagus, sedangkan siswa dari keluarga yang
kurang mampu memiliki perlengkapan sekolah yang seadanya. Oleh karena itu, muncul sikap untuk membeda-bedakan dalam bergaul diantara
siswa berdasarkan pada perbedaan ekonomi keluarga masing-masing siswa. Disinilah guru berperan untuk menanamkan pemahaman kepada
siswa agar mau bergaul dengan siswa lain tanpa membeda-bedakan apalagi membeda-bedakan berdasarkan pada perbedaan ekonomi keluarga
71 siswa. Guru juga menerapkan peraturan agar siswa tidak membawa
perlengkapan berlebih atau barang-barang yang tidak diperlukan dalam pembelajaran agar tidak terjadi kecemburuan diantara siswa dan hal-hal
yang tidak diinginkan selama siswa bersekolah. Dalam hal kurangnya perhatian orang tua terhadap siswa yang dapat
menghambat kelancaran kegiatan pembelajaran tidak tampak terjadi di kelas III A. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan guru, jika ada
siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, guru sebagai orang tua siswa di sekolah harus memberikan perhatian kepada siswa
dengan lebih intensif dan mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa untuk mendapat penyelesaian.
Hambatan yang berasal dari lingkungan keluarga selanjutnya adalah harapan orang tua yang terlalu tinggi terhadap siswa. Tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap orang tua pasti menginginkan dan mengharapkan anaknya bisa sama atau bahkan lebih berprestasi dari anak lain. Hal
tersebut juga dirasakan oleh orang tua dari siswa ABK. Akan tetapi hal tersebut tidak tampak di kelas III A. Karena sejak awal orang tua siswa
telah diberitahu kemampuan masing-masing anaknya terutama orang tua dari siswa ABK. Sehingga orang tua siswa khususnya orang tua siswa
ABK telah memberikan kepercayaan penuh kepada pihak sekolah untuk membimbing dan mengembangkan potensi putra-putri mereka.
Selanjutnya guru juga mengalami hambatan dalam hal pengelolaan kelas pada pelaksanaan pembelajaran. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan
72 Zain 2013: 173, pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang
kompleks dan
guru menggunakannya
untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efisien dan memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Pada praktiknya, mengajar di kelas inklusi, tidak jauh berbeda dengan mengajar
di kelas pada umumnya. Bedanya hanya pada keberadaan ABK di dalam kelas yang ikut belajar bersama dengan siswa normal. Hambatan yang
terjadi diantaranya adalah siswa di kelas sering gaduh apalagi jika guru sedang keluar kelas. Dalam mengelola materi pembelajaran di kelas, jika
disamaratakan dengan siswa normal, jelas yang ABK tidak bisa mengikuti, jadi selain guru menyiapkan materi untuk siswa normal, guru juga harus
menyiapkan materi khusus untuk ABK. Selain itu, guru juga harus dapat membedakan kemampuan masing-
masing siswa agar pembelajaran yang diberikan tepat sasaran. Hambatan lain yang dialami oleh guru adalah ketika guru lebih mencurahkan
perhatian kepada ABK seperti menunggui dan membimbing dalam menyelesaikan tugas, tidak sedikit siswa normal yang merasa iri atau
cemburu. Kecemburuan itu sering ditunjukkan siswa dengan melakukan protes atau menghampiri guru yang sedang membimbing siswa ABK.
Tidak hanya siswa, bahkan beberapa orang tua juga sempat mengajukan protes kepada guru karena orang tua menilai guru pilih kasih. Jadi, guru
harus bisa memberikan pemahaman kepada siswa dan orang tua siswa untuk bisa menerima dan memahami kebutuhan ABK dalam mengikuti
73 pembelajaran di kelas dan bersikap adil terhadap seluruh siswa. Oleh
karena itu, apa yang dilakukan oleh guru sejalan dengan pendapat Syaiful Bahri dan Aswan Zain 2013: 173 yaitu guru senantiasa mengelola kelas
seoptimal mungkin agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa dapat belajar dengan baik.
Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas inklusi, guru dituntut untuk lebih telaten dalam menghadapi siswanya terutama siswa ABK.
Pengetahuan tentang bagaimana memperlakukan siswa ABK di kelas juga perlu diketahui dan diterapkan oleh guru. Dalam hal ini, guru senantiasa
bekerjasama dengan GPK sekolah untuk memberikan pelayanan terbaik bagi siswa ABK. Guru juga dituntut untuk lebih sabar dalam mengajar di
kelas inklusi karena selain menghadapi siswa normal, guru juga menghadapi siswa ABK. Siswa ABK sebaiknya dilatih dan bukan dididik.
Hal teresbut berkaitan dengan keterbatasan yang ada pada siswa ABK. Dengan ketelatenan dalam melatih siswa ABK, diharapkan agar potensi
yang dimiliki siswa ABK dapat terlihat. Guru juga harus berusaha memberikan semua yang terbaik agar siswa normal dan siswa ABK
mendapat perhatian dan pelayanan yang merata. Berdasarkan uraian diatas, dari apa yang dilaksanakan guru kelas III A
SD Negeri Giwangan Yogyakarta, guru telah merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik di kelas. Guru juga dapat mengatasi
hambatan-hambatan yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik. Selain memberikan materi pelajaran, guru juga senantiasa
74 menanamkan nilai-nilai moral kepada siswanya agar tidak membeda-bedakan
dalam berteman dan mau menerima dan memahami teman mereka yang ABK. Meski masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi oleh guru
maupun sekolah, namun secara garis besar semua yang telah dilaksanakan oleh guru maupun sekolah sudah baik.
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN