PEKERJAAN BETON BERTULANG Dokumentasi

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Gedung KUA Kec.TELLU SIATTINGE 1.10.2 Referensi : Persyaratan-persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada PUBI N- 3 1970 dan N-10 1973 dan SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung. 1.10.3 Material : a. Batu bata yang digunakan harus baru, dengan pembakaran yang cukup sehingga masak, keras, kering dan tidak mudah patah. Jika diketuk menimbulkan suara nyaring. Ukuran yang dianjurkan adalah 5 cm x 11 cm x 23 cm dengan toleransi 0,5 cm. b. Adukan yang digunakan untuk pasangan dinding biasa adalah campuran 1 PC : 5 Pasir. Untuk dinding kedap air pada KMWC, ruang cuci dan 20 cm diatas lantai seluruh dinding menggunakan spesi transram campuran 1 PC : 3 Pasir. 1.10.4 Pengerjaan dan Penyimpanan. Bahan-bahan yang akan digunakan pada pekerjaan ini disimpan dengan cara - cara yang disetujui Direksi, untuk menghindari dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan-bahan tersebut. 1.10.5 Contoh-contoh. Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Direksi dan persetujuan atas bahan-bahan tersebut sudah ada sebelum bahan yang dimaksud dipergunakan. Pengambilan contoh atas bahan yang telah ada dilapangan akan diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Direksi guna keperluan pengujian. 1.10.6 Pelaksanaan : a. Pasangan dinding batu bata umumnya adalah 12 batu, kecuali Direksi memberikan petunjuk lain. b. Pemasangan batu bata harus lurus dan tegak, lajur penaikannya diukur tepat dengan tiang lot, kecuali bilamana tidak diperlihatkan dalam gambar maka setiap lajur bata harus putus sambungan dengan lajur dibawahnya. Selain itu pola ikatan pasangan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan. c. Pada jarak-jarak tertentu atau luasan maksimum 10 M2 pasangan batu bata perlu diperkuat dengan kolom praktis beton bertulang, dengan dimensi, penulangan dan penempatan sesuai gambar. d. Segera setelah pasangan batu bata selesai, siar-siarnya dikeruk sedalam 1 cm agar plesteran dapat melekat dengan baik. e. Sebelum bata dipasang hendaknya direndam dalam air sampai jenuh, dan pemasangannya harus rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang baik. Batu bata potongan tidak boleh dipakaidipasang, terkecuali pada pertemuan - pertemuan dengan kosenkolom.

1.11 PEKERJAAN BETON BERTULANG

1.11.1 Lingkup Pekerjaan : Bagian pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam beton tidak bertulang, beton bertulang dengan penulangannya termasuk bekisting, finishing dan pekerjaan-pekerjaan lain yang nyata-nyata termasuk dalam pekerjaan ini. Untuk beton bertulang digunakan adukan 1 Pc: 2 Psr: 3 Krl, pada : Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Gedung KUA Kec.TELLU SIATTINGE a. Sloof, Kolom, Ringbalok dan Sun Screen . b. Lain-lain seperti ditentukan dalam gambar. 1.11.2 Referensi : Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton bertulang harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti tertera dalam : a. SNI 1734-1989-F b. SKBI – Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung c. Petunjuk Peraturan Beton Indonesia, tahun 1971. d. Spesifikasi Bahan Bangunan 1.11.3 Material : a. Bahan-bahanmaterial yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1 Agregat : Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang halus sampai kasar denga dimensi Q 2 3 cm, dan harus sesuai dengan persyaratan dalam ketentuan-ketentuan beton bertulang. Penampungan harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga bebas dari kontaminasi dengan bahan-bahan yang dapat merusak. 2 S e m e n : a Semen yang dipakai harus bermutu baik, tidak berbatu, seperti disyaratkan dalam SNI-8 Bab 3-2; b Semen ini harus dibawah ketempat pekerjaan dalam kemasan standard dari pabrik dan terlindung. c Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini Kontraktor harus mengusahakan hanya menggunakan satu merk semen saja. 3 Besi Tulangan : a Semua dimensiukuran besi tulangan yang akan digunakan merupakan dimensi sebenarnya sesuai keterangan gambar b Besi untuk tulangan penampungannya harus bebas dari kontaminasi langsung dengan udara bergaram, tanah lembab, aspal, olie minyak dan gemuk. c Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran garis tengah minimal 1 mm. 4 A i r : Air yang dipakai untuk adukan harus bersih, dalam arti tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat mempengaruhi kekuatan beton khususnya garam. 5 Bekisting : Bahan cetakan beton bekisting menggunakan kayu klas III, kecuali Direksi Pengawas menegaskan lain. 1.11.4 Pelaksanaan a. Proporsi : 1 Adukan beton harus mencapai Kekuatan Tekan Beton K-175 untuk semua beton bertulang. 2 Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton dimulai, pihak Kontraktor harus mengadakan Mix Design untuk menjadi acuan dalam komposisi campuran. 3 Untuk mengontrol kekuatanmutu yang dicapai pada pelaksanaan, Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Gedung KUA Kec.TELLU SIATTINGE Kontraktor harus mengambil contoh kubus untuk diadakan test laboratorium menurut syarat-syarat PBI 1971 pasal 4.6 dan 4.7. b. Pengecoran Beton : 1 Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus bersih dari kotoran- kotoran dan bahan-bahan lain. Alat-alat pengaduk beton beton molen dan alat pembawa kereta juga harus bersih. Penulangan harus dimatikan pada posisinya, serta harus diperiksa terlebih dahulu. Dimensi semua bagian beton tertera pada gambar bestek dan detail. Jika terdapat ketidak cocokan pada ukuran Kontraktor wajib untuk minta pertimbangan terlebih dahulu dari Direksi. 2Ukuran diameter besi beton harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Jika suatu diameter tidak terdapat dipasaran, Kontraktor diwajibkan membicarakan terlebih dahulu dengan Direksi. 3 Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50 cm dan segera sesudah pengecoran dimulai, lapisan-lapisan beton dipadatkan dengan penggetar internal concrete vibrator. Kecepatan vibrator dalam adukan harus tetap dan konstan serta penggunaannya tidak boleh kena besi tulangan. 4 Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum dalam RKS ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971 sebagai syarat. 5 Agar pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi atas pelaksanaan pengecoran beton dapat diberikan pada waktunya, Kontraktor diwajibkan menyampaikan pemberitahuan tentang rencana pengecoran 2 x 24 jam sebelumnya. 6 Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton bersangkutan mengalami periode pengerasan sebagaimana diatur pada PBI 1971, dan sementara itu penyiraman beton harus selalu dilaksanakan. c. Penyambungan Beton Apabila oleh karena sesuatu dan lain hal pengecoran beton diputuskan sebelum selesai, sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras, permukaan yang akan disambung harus dikasarkan dan dibersihkan, bekisting dikencangkan kembali dan penyambungannya menggunakan air semen atau bonding agent yang disetujui DireksiPengawas. d. Pemeliharaan Beton : 1 Beton yang sudah dicor pada tempatnya harus dijaga agar selalu lembab dengan jalan menutup beton dengan karung basah atau menyiraminya dengan air secara rutin, sampai beton berumur satu minggu. 2 Pada umur sampai dengan 48 jam, beton harus dijaga dari air hujan deras, air mengalir, getaran-getaran dan sinar matahari. 1.11.5 Bahan Additive : Pemakainan bahan additive harus disertai percobaan laboratorium guna mendapatkan hasil yang baik dan disetujui DireksiPengawas. Bahan additive ini harus memenuhi persyaratan ASTM atau JIS. 1.11.6 Bekesting : a. Seluruh bahan bekisting menggunakan papan terentang kayu klas III dan balok 57 cm, kecuali DireksiPengawas menegaskan lain, dan untuk Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Gedung KUA Kec.TELLU SIATTINGE mendapatkan hasil cetakan yang menenuhi syarat pekerjaan bekisting harus dikerjakan oleh tukang yang ahli. b. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar waktu mengecor tidak ada air adukan yang lolos, sebelum mulai mengecor bagian dari dalam bekisting harus disiram air dan dibersihkan dari kotoran. c. Bekesting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa agar waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-gelombang maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran-ukuran, ketinggian-ketinggian serta posisi dari pada beton. d. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah defleksi bahan-bahan bekesting. Bekesting serta sambungan-sambungan harus rapat, sehingga mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran. Lubang-lubang permukaan sementara harus disediakan didalam bekesting untuk memudahkan pembersihan. e. Pembongkaran Bekesting : Bekesting harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur dan konstruksi yang dicetak dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut : 1 Bagian struktur beton vertikal boleh dibongkar bekesting setelah 7 tujuh hari, dengan syarat bahwa betonnnya cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut. 2 Bagian konstruksi beton yang disangga horisontal dengan perancah tidak boleh dibongkar sebelum betonnya mencapai kekuatan yang cukup 28 hari untuk menyangga beratnya sendiri dan beban-beban pelaksanaan atau beban-beban lain yang akan menimpa bagian struktur beton tersebut. 1.11.7 Contoh-contoh Sebelum pelaksanaan pemasangan, terlebih dahulu Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material yang akan dipakai guna mendapatkan persetujuan dari DireksiPengawas. 1.11.8 Koordinasi dengan Pemasangan Instalasi : Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah mengkoordinasikan pemasangan dan letak-letak instalasi listrik, plumbing dan lain-lainnya.

1.12 PEKERJAAN BETON TAK BERTULANG