The Collaborative Projects of IRE on the Community Development and Empowerment Issues
83
IR E
AN N
U AL
R E
P O
R T
2 1
4
T h
e D
yn a
m ic
s o f T
h e
P ro
g ra
m a
n d
T h
e A
ct ivit
ie s o
f T h
e In
st it
u tio
n
Related to CSR programs, Wukirsari Village could be consid- ered as a village that frequently had cooperation with com-
panies. At that time, it cooperated with BCA in terms of credit for batik artisan business. In this occasion the group was in-
vited to get to know the village experienced in cooperation with companies, what kind of cooperation was implemented
and how the village planned such cooperation.
The second day was a quite serious day. The participants were invited to discuss the opportunities that could be done
by the CSR of a company in collaboration with a village under Village Law. In this occasion, only public relations or the CSR
of KKKS were involved in the activities, while the journalists of local media were invited to go to Cepu to see the train-
ing area owned by SKK Migas. The activities were divided into two sessions. n the first session, all KKKS companies
presented the works that had been done related to commu- nity development. he development of society. After all KKKS
showed the results of their work, Dr. Bambang Hudayana framed all presentations of KKKS to gain lessons from the
roles of KKKS in village development. In the second session, there was a review on the opportunities of KKKS to cooper-
ate with villages and things that should be included in village planning, either six year RPJMDes Village Medium Term De-
velopment Plan or one year RKPDesa Village Development Action Plan. Villages Law mandates that villages should
have one plan and one budget which is usually called as ‘one planning – one budget’. KKKS companies were given an op-
portunity to cooperate with villages as long as the program was included in village planning discussed in Musdes Vil-
lage Meeting.
84
IR E A
NNU A
L R EPO
R T 2014
D in
a m
ik a
P ro
g ra
m d
a n
K eg
ia ta
n K
el em
ba g
a a
n
Pelajaran Berharga
Pelajaran berharga yang bisa ditarik dari kegiataan ini adalah: pertama, pendekatan program CRS yang digunakan
oleh KKKS masih belum jelas bentuknya sehingga rawan ter- jebak menjadi program populis. Disamping itu, pendekatan
yang berbasis aset masih minim sehingga tidak berdampak kepada masyarakat. Kedua, program yang dilaksanakan oleh
KKKS tidak menunjukkan pendekatan yang memperkuat keswadayaan, swakelola dan kemandirian masyarakat.
Rekomendasi
Kegiatan ini merekomendasi agar pertama, KKKS melaku- kan kaji ulang strategi pendekatan dan pelaksanaan TJSL
yang selama ini dilakukan. KKKS diminta untuk melakukan harmonisasi dan keterikatan dengan program perencanaan
daerah dan desa dengan perencanaan strategis dan perenca- naan tahunan program TJSL perusahaan.
Kedua, Perusahaan diminta membuat program yang mendo- rong penguatan kapasitas desa untuk menjadi pelaku utama
pembangunan. Desa didorong untuk semakin mampu dalam merencanakan, menyusun anggaran, membelanjakan ang-
garan, mengadministrasi keuangan, dan mengelola pemerin- tahan desa berbasis partisipasi, transparansi dan akuntabili-
tas. Dengan sumber daya, kewenangan dan keuangan desa yang dijamin UU Desa, perusahaan pada titik ini diharapkan
untuk berperan sebagai katalisator dalam mengembangkan aset-aset yang dimiliki dan dikuasai desa. Perusahaan bisa
memposisikan diri sebagai mitra pemerintahan desa dalam mengembangakan asset lokal di desa local asset based ap-
proach.
85
IR E
AN N
U AL
R E
P O
R T
2 1
4
T h
e D
yn a
m ic
s o f T
h e
P ro
g ra
m a
n d
T h
e A
ct ivit
ie s o
f T h
e In
st it
u tio
n
Lessons Learned
Valuable lessons that can be drawn from this activity are: first, the CSR approach of KKKS was still unformed so that
it was prone to get stuck in a populist program. In addition, asset-based approach was still minimal, so it did not affect
the public. Second, the programs implemented by KKKS did not show the approach that strengthened self-reliance, self-
managed, and the autonomy of the community.
Recommendations
from this activity, it is recommended that, firstly, KKKS con- ducts a review of approach and implementation strategies of
TJSL that have been done. KKKS are asked to harmonize and engage with local and village planning program with stra-
tegic planning and annual planning of the TJSL program of companies.
Secondly, companies are required to make a program that encourages the capacity building of villages to be the main
actors of development. Villages are encouraged to be more capable in planning, budgeting, spending budget, adminis-
tering finance, and managing village government based on participation, transparency, and accountability. With the re-
sources, authority and village finance guaranteed by Village Law, companies at this point are expected to act as a catalyst
in developing the assets owned and controlled by villages. Companies can position themselves as the partners of vil-
lage government in developing local assets in villages local asset-based approach.
86
IR E A
NNU A
L R EPO
R T 2014
D in
a m
ik a
P ro
g ra
m d
a n
K eg
ia ta
n K
el em
ba g
a a
n
2.
Kerja sama IRE dengan PT Total EP Indonessia Latar Belakang
Pemerintah desa dan lembaga kemasyarakatan desa mem- butuhkan fasilitasi dalam peningkatan kapasitas untuk me-
mahami, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, dan merumuskan langkah-langkah dalam pelaksanaan ketentu-
an-ketentuan UU Desa. Tanggung jawab untuk fasilitasi pen- ingkatan kapasitas tidak dapat dilaksanakan oleh pemerin-
tah saja, akan tetapi membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
Dalam konteks inilah, IRE Yogyakarta bekerjasama dengan PT. Total EP Indonesia melaksanakan pelatihan pening-
katan kapasitas pemerintahan desa dalam rangka melak- sanakan UU Desa. Sebelum penyelenggaraan pelatihan, IRE
memberikan pembekalan kepada pengelola program CSR PT. Total EP.
Rangkaian Kegiatan
Pelatihan ini telah diselenggarakan selama 3 hari efektif di Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kertanegara. Peserta
pelatihan adalah camat dan staff, Kepala Desa, Kaur. Pem- bangunan, dan LPMDBPD yang berasal dari 8 desa.
Materi pelatihan peningkatan kapasitas pemerintahan desa yang disusun IRE merupakan bagian dari kurikulum sekolah
desa IRE yang meliputi:
1. Kedudukan, Kewenangan, dan Sistem Pemerintahan Desa
2. Perencanaan dan Penganggaran Desa 3. Penatausahaan Keuangan Desa
4. Peraturan Desa Perdes 5. Pengembangan BUM Desa
Kegiatan pelatihan dijalankan dengan metode andragogi.
87
IR E
AN N
U AL
R E
P O
R T
2 1
4
T h
e D
yn a
m ic
s o f T
h e
P ro
g ra
m a
n d
T h
e A
ct ivit
ie s o
f T h
e In
st it
u tio
n
2.
The Cooperation between IRE and PT Total EP Indonessia
Background
Village government and village community institution need facilitation in increasing the capacity to understand, im-
prove their knowledge and skills, and to formulate steps in the implementation of Village Law. The responsibility for the
facilitation of capacity building cannot be done by the gov- ernment alone, but it needs supports from various parties.
In this context, IRE Yogyakarta in cooperation with PT. To- tal E P Indonesia conducted village government capacity
building training in order to implement Village Law. Before the training, IRE made provisions for the CSR program man-
ager PT. Total E P.
The Series of Activities
This training was held for 3 days effectively in Anggana Sub- district, Kutai District, Kertanegara. The participants of the
training were the Head of the Sub-district and the staffs, the Village Heads, the Heads of Development Affairs, and LPMD
Institute for the Empowerment of Rural Community BPD Village Consultative Council from 8 villages.
The village government capacity building training materials prepared by IRE village governance were part of the curri-
cula of IRE school of village which included:
1. Position, authority, and Village Governance System 2. Village Planning and Budgeting
3. Village Financial Administration 4. Village Regulations Perdes
5. The Development of BUMDes Village Owned Enterprises
The training activities were carried out with andragogy
88
IR E A
NNU A
L R EPO
R T 2014
D in
a m
ik a
P ro
g ra
m d
a n
K eg
ia ta
n K
el em
ba g
a a
n
Proses pelatihan dilaksanakan selama tiga hari pada 9-11 September 2014, yang berlangsung di dalam kelas inhouse
training dan field trip di Desa Anggana, Kecamatan Anggana.
Pelajaran Berharga
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan di sesi terakhir, peserta merasakan manfaat dari pelatihan ini. Hal ini dibuk-
tikan dengan kesan positif yang disampaikan oleh peserta. Sebagian besar peserta menyampaikan bahwa mereka bert-
ambah pengetahuan dan keterampilannya sehingga mereka merasa lebih percaya diri dan lebih siap dalam menjalankan
amanat dari UU Desa. Bahkan beberapa peserta mampu me- nyampaikan beberapa input untuk implementasi UU Desa
terutama PP No.
setelah merefleksikan materi UU Desa dengan pengalaman mereka dalam pemerintahan dan
pembangunan desa.
Rekomendasi
Semua tujuan dari pelatihan dapat dicapai dengan baik dan dapat direkomendasikan beberapa hal penting dipertim-
bangkan ke depan. Pertama, Pemerintahan Desa, lembaga di desa, dan masyarakat desa penting untuk terus dikawal
dalam memperkuat diri memahami prinsip-prinsip berdesa sebagaimana dimandatkan oleh UU Desa. Pihak pemerintah
kabupaten wajib membuat skema penguatan ini dengan du- kungan berbagai pihak. Kedua, pelatihan mampu meningkat-
kan pengetahuan, keterampilan dan komitmen peserta un- tuk berubah dan melakukan perbaikan tetapi perlu dikawal
dalam mengimplementasikan hasil-hasil pelatihan. Ketiga, PT Total EP Indonesia perlu membangun kemitraan strat-
egis dengan pemerintah desa, kecamatan, dan pemda dalam mengintegrasikan dan mengimplementasikan program
kegiatan CSR. Keempat, perusahaan perlu membentuk dan mengembangkan multy stakeholders forum MSF di tingkat
kecamatan ring satu, sebagai mekanisme pelembagaan ke-
89
IR E
AN N
U AL
R E
P O
R T
2 1
4
T h
e D
yn a
m ic
s o f T
h e
P ro
g ra
m a
n d
T h
e A
ct ivit
ie s o
f T h
e In
st it
u tio
n
method. The training process was conducted in three days on September 9-11 2014 which took place in the classroom
in-house training and field trip in Anggana Village, Ang- gana District.
Lessons Learned
Based on the results of the evaluations conducted in the last session, the participants gained benefits from this training.
It could be proven by the positive impression conveyed by the participants. Most participants said that their knowledge
and skills increased so that they felt more confident and bet- ter prepared to carry out the mandate of Village Law. Even
some of the participants were able to give some inputs for the implementation of Village Law, particularly PP No. 432014
after reflecting the materials of Village Law with their expe- rience in governance and village development.
Recommendations
All the objectives of the training could be well achieved with good, and there are some important things considered to
be recommended in the future. First, Village Government, institutions in villages and village communities are impor-
tant to be guarded in strengthening themselves to under- stand the principles of village as mandated by Village Law.
District government must make this reinforcement scheme with the support of various parties. Second, training can im-
prove knowledge, skills and commitment of the participants to change and make improvements, but they needs to be as-
sisted in implementing the results of training. Third, PT Total E P Indonesia needs to build a strategic partnership with
village, sub-district governments and local governments in integrating and implementing CSR programs CSR. Fourth,
companies need to establish and develop multi stakeholder forum MSF at the first ring of sub-district level as a mecha-
nism of institutionalization of strategic partnership, to over-
90
IR E A
NNU A
L R EPO
R T 2014
D in
a m
ik a
P ro
g ra
m d
a n
K eg
ia ta
n K
el em
ba g
a a
n
mitraan strategis untuk mengawal dan menjamin kepent- ingan bisnis perusahaan dan memastikan pembangunan
kewilayahan dan sektoral di kawasan terdampak eksplorasi Migas berlangsung efektif dan efisien.
3.
Kerjasama IRE dengan Knowledge Sector Inisi- ative KSI
Latar Belakang
Sebagai NGO advokasi yang turut membidani lahirnya Undang-Undang No. 62014 tentang Desa UU Desa, IRE
berkomitmen penuh untuk terus mengawal implementasi regulasi baru tersebut. Bentuk pengawalan itu tidak hanya
di level nasional dengan memantau dan mempengaruhi perkembangan wacana tentang desa, namun juga di level
grassroots. Lewat program sekolah desa, IRE konsisten mem- berikan advokasi dengan program pelatihan bagi aparatur
desa dan para pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, IRE juga melakukan pendampingan kepada desa-desa yang men-
jadi mitra khusus organisasi. Pendampingan itu dalam rang- ka mendorong desa agar mengalami pembaharuan dalam
hal perspektif, orientasi, dan tata kelola. Desa diproyeksikan dapat lebih mandiri, semakin demokratis, dan sejahtera den-
gan menggunakan kewenangannya dan posisinya yang tidak lagi sebagai obyek, tetapi subyek pembangunan.
Rangkaian Kegiatan
Pada awal 2014, pendampingan mulai dilakukan kepada Desa Mertelu Gunungkidul, Pendawaharjo Sleman, dan
Mertoyudan Magelang. Kegiatan pendampingan itu dikhu- suskan dalam konteks implementasi UU Desa, utamanya tata
kelola pemerintahan dan integrasi spirit transformatif UU Desa serta regulasi turunannya. Bentuk asistensi yang telah
diberikan, selain pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas dan sosialisasi substansi regulasi desa, juga dengan mem-
91
IR E
AN N
U AL
R E
P O
R T
2 1
4
T h
e D
yn a
m ic
s o f T
h e
P ro
g ra
m a
n d
T h
e A
ct ivit
ie s o
f T h
e In
st it
u tio
n
see and assure the business interests of the companies, and to ensure that regional and sectoral developments in the
areas affected by oil and gas exploration run effectively and efficiently.
3.
The Cooperation between IRE and Knowledge Sector Inisiative KSI
Background
As an advocacy NGO that helped the birth of Law No. 62014 on Village Village Law, IRE is fully committed to continue
to oversee the implementation of the new regulations. The form of the overseeing is not only at national level to moni-
tor and influence the development of the discourse on vil- lage but also at grassroots level. Through school of village
program, IRE consistently provides advocacy with training programs for village officials and other stakeholders. n ad-
dition, IRE also provides mentoring to villages that become the special partners of the organization. The mentoring is in
order to encourage villages to have reforms in terms of per- spective, orientation, and governance. Villages are projected
to be more independent, democratic, and prosperous by us- ing their authority and position which are no longer as ob-
ject but the subject of development.
The Series of Activities
In early 2014, the mentoring activities began in Mertelu Vil- lage Gunungkidul, Pendawaharjo Sleman, and Mertoyu-
dan Magelang . The mentoring activities were specified in the context of the implementation of Village Law, especially
governance and transformative spirit integration of Village Law and its derived regulations the Law on the Village, the
main governance and integration of the transformative spirit of the Village Act and derivatives regulation. The forms of
assistance given, in addition to training of capacity building
92
IR E A
NNU A
L R EPO
R T 2014
D in
a m
ik a
P ro
g ra
m d
a n
K eg
ia ta
n K
el em
ba g
a a
n
buka kesempatan konsultasi bagi desa-desa mitra yang ingin memecahkan masalahnya. Di samping itu, IRE terus berupa-
ya memantau perkembangan desa-desa mitra tersebut den- gan cara selalu melibatkannya itu dalam kegiatan-kegiatan
IRE yang relevan dengan isu-isu desa. Dengan demikian, IRE bisa memperoleh perkembangan dari tiga desa mitra terse-
but.
Program pendampingan yang disinergikan dengan imple- mentasi UU Desa kini sudah berjalah kurang lebih satu ta-
hun. Kegiatan tersebut diawali dengan assessment yang dimaksudkan untuk mengetahui situasi terakhir desa dan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan desa saat itu. Penja- jakan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pelatihan
tentang substansi UU Desa dan Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah RPJM Desa, dan Lokakarya Berbagi Pen-
galaman Implementasi UU Desa yang dilakukan selama se- tahun pendampingan. Dengan begitu, ketiga desa mitra IRE
diharapkan dapat menjadi desa model yang akan menginspi- rasi desa-desa di sekitarnya.
Pelajaran Berharga
Saat ini perubahan signifikan sudah dapat dirasakan. De- sa-desa yang dulunya ragu, khawatir, bahkan merasa takut
menjelang implementasi UU Desa, kini sudah percaya diri dan optimis menyambut hadirnya regulasi baru tersebut.
Mereka telah memahami spirit dan substansi regulasi-regu- lasi baru tentang desa. Mereka juga telah berhasil menyusun
dokumen perencanaan seperti instruksi UU Desa beserta regulasi turunannya.
Tidak hanya itu, beberapa desa di sekitarnya ternyata mulai melirik proses perubahan tiga desa mitra tersebut. Wagi-
man, kepala desa Mertelu, dalam beberapa forum kegiatan IRE sering menceritakan bahwa dirinya kerap didekati lu-
rah lain yang ingin menimba pengetahuannya mengenai UU
93
IR E
AN N
U AL
R E
P O
R T
2 1
4
T h
e D
yn a
m ic
s o f T
h e
P ro
g ra
m a
n d
T h
e A
ct ivit
ie s o
f T h
e In
st it
u tio
n
and the socialization on the substance of village regulations, included consultation opportunities for village partners that
wanted to solve their problem. In addition, IRE continued to monitor the development of those villages by always involv-
ing them in the activities of IRE relevant to village issues. Thus, IRE could obtain the development of those three vil-
lage partners.
This mentoring program, synergized with the implementa- tion of Village Law, ran for approximately one year. The ac-
tivity began with the assessment intended to know the lat- est situation of the villages and the needs required at that
time. It was then followed up by training on the substance of Village Law, RPJM Desa Village Medium Term Develop-
ment Plan, and Workshop on the Experience Sharing of the Implementation of Village Law conducted during one year of
mentoring. By doing so, it was expected that the three village partners of IRE could be a model inspiring the surrounding
villages.
Lessons Learned
Currently, a significant change can be experienced. The vil- lages that were once hesitant, worried, even scared before
the implementation of Village Law now are now confident and optimistic in welcoming the new regulations. They have
understood the spirit and the substance of the new regula- tions on village. They have also succeeded in preparing plan-
ning documents such as the instruction of Village Law and its derived regulations.
Moreover, some surrounding villages began to look at the process of change in the three village partners. Wagiman, the
Head of Mertelu Village, in some IRE’s forums often said that he was frequently approached by the other village heads who
wanted to gain knowledge about Village Law. Some of them even obviously wanted to get assistance from IRE. However,
94
IR E A
NNU A
L R EPO
R T 2014
D in
a m
ik a
P ro
g ra
m d
a n
K eg
ia ta
n K
el em
ba g
a a
n
Desa. Beberapa dari mereka bahkan secara terang-terangan ingin mendapatkan pendampingan serupa dari IRE. Namun,
antusiasme mereka sekaligus menjadi tantangan baru diten- gah makin terbatasnya resources yang dimiliki IRE.
Rekomendasi
Pendampingan yang fokus pada implementasi UU Desa menjadi kebutuhan riil dan mendesak bagi desa. Namun
demikian, kapasitas dan jangkauan IRE dalam melakukan pendampingan juga relatif terbatas. Karena itu, rekomendasi
berikut ini dapat menjadi alternatif jalan keluar untuk menu- tup kekurangan tersebut. Pertama, guna menambah resourc-
es dan memperluas jangkauan kerja, IRE perlu menggandeng lebih banyak mitra dalam menjalankan program pendamp-
ingan. Antara lain; Perguruan tinggi lewat skema KKN tema- tik, NGO lainnya, media, dan stakeholders yang dapat men-
jadi mitra kerja dalam program pendampingan desa.
Kedua, desa yang sudah didampingi sebaiknya lebih terbu- ka dan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi desa lain
sekitarnya yang ingin menimba pengalaman yang sudah diperoleh selama pendampingan. Desa dampingan dapat
mengembangkan konsep sister-villages dalam menularkan pengalamannya. Konsep tersebut memudahkan transfer
pengetahuan proses replikasi dan mempercepat akselerasi kemajuan bagi desa-desa yang dilibatkan dalam skema ke-
mitraan tersebut.