Pendekatan Waldorf Pendekatan-pendekatan Lembaga PAUD

5 Keputusan tidak pernah diambil berdasarkan satu perangkat penilaian saja 6 Penilaian perkembangan digunakan untuk mengenali kebutuhan dan rencana dengan tepat. 7 Penilaian mengakui variasi perorangan dan membiarkan adanya perbedaan. e. Membangun Hubungan Timbal Balik dengan Keluarga 1 Hubungan timbal balik membutuhkan rasa saling menghormati. 2 Penting untuk menetapkan dan mempertahankan komunikasi dua arah yang teratur dan sering. 3 Orang tua disambut baik dalam program dan ikut serta dalam mengambil keputusan tentang anak-anak mereka. 4 Guru dan orang tua berbagi pengetahuan tentang anak. 5 Program ini melibatkan keluarga dalam penilaian dan perencanaan bagi setiap anak. 6 Program ini menghubungkan keluarga dengan serangkaian pelayanan. 7 Informasi perkembangan tentang anak dibagikan kepada semua pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan anak tersebut.

2. Pendekatan Waldorf

a. Teori Steiner tentang perkembangan anak Bermula dari pemahaman antroposofinya yaitu sebuah gerakan spiritual sains yang berakar pada agama Kristen. Pemahaman ini mengenai tentang kesatuan dunia dan pencariaan diri. Dua komponen penting ini menjadi sebuah dasar bagi pemikiran Steiner mengenai tentang dunia pendidikan. Menurut Wilkinson dalam Johnson 2011: 355 bahwa, Stainer mengajukan sebuah teori perkembangan anak dengan masing-masing siklus selama 7 tahun yang menggabungkan perkembangan fisik dan spiritual. Pada 7 tahun pertama kehidupan, menurut stainer perkembangan anak-anak terfokus pada raga fisik mereka. Mereka meniru orang dewasa disekitar mereka. Siklus 7 tahun berikutnya meliputi usia 7 tahun hingga 14 tahun dan ditandai oleh pertumbuhan gigi permanen anak. Pada tahap perkembangan ini anak lebih menyadari dunia sekitarnya dan siap memualai pengajaran akademik. Siklus 7 tahun berkisar dari usia 14 hingga 21 tahun dan diawali 17 dengan permulaan masa puber. Kemudian remaja siap menggabungkan kecerdasan mereka dengan pemikiran aplikasi yang lebih abstrak. Teori perkembangan siklus 7 tahun ini diuraikan Stainer hingga usia 85 tahun. Teori perkembangan Steiner adalah keyakinannya tentang pendidikan. Steiner mengamati bahwa persekolahan harus menitikberatkan pada perkembangan raga, pikiran, dan jiwa anak seluruhnya. b. Konteks Pendidikan Waldorf Beberapa sekolah Waldorf hanya menyediakan pendidikan taman kanak-kanak, sedangkan sekolah lain menyediakan taman kanak-kanak hingga sekolah dasar kelas 12 atau 13. 1 Taman Kanak-kanak Waldorf Taman kanak-kanak di sekolah Waldorf sangat berbeda dengan tingkat persekolahan lainnya, dan berbeda dari sebagian besar taman kanak-kanak umumnya. Waldorf melayani anak- anak antara usia 3 hingga 6 tahun. Kurikulum sekolah ini berisi permainan imajinasi, dongeng, fable, cerita rakyat, kegiatan seni tiruan, pekerjaan seperti merajut dan memanggang roti, alat musik, tari, drama, dan kesadaran akan alam, siklus, dan cuaca. Taman kanak-kanak waldorf anak-anak diharapkan menjadi anak-anak, tidak terlalu di haruskan untuk tergesa-gesa menjadi anak yang terbaik pada waktunya. 2 Sekolah Dasar Waldorf Pada usia 7 tahun anak memasuki tahap perkembangan dan persekolahan selanjutnya yang berhubungan dengan kelas dua hingga kelas delapan. Untuk memulai belajar membaca di kelas 3 atau 4, jauh lebih lambat dibandingkan sekolah negeri pada umunya. Menurut teori Steiner, anak-anak pada tahap kedua ini sudah siap mempelajari subjek akademik. Mereka memiliki dasar yang kuat. Kesadaran mereka pada dunia luar yang terus tumbuh. 18 Bidang akademik utama yang dicakup pada titik ini umunya adalah membaca, menulis, keterampilan bahasa, matematika, geografi, sejarah dan sains. Menurut Johnson 2011: 357 Jadwal harian umum di kelas 1 hingga 8 berlangsung seperti berikut. Setiap pagi, guru memberi salam pada masing-masing siswa pada saat mereka tiba di kelas. Kemudian seluruh kelas berkumpul bersama-sama mengucapkan syair pagi. Ini biasanya merupakan bacaan penuh inspirasi yang diadopsi oleh kelas selama setahun penuh. Pelajaran pertama berlangsung selama 2 jam. 3 Pelatihan Guru Waldorf Menurut Johnson 2011: 357 saat ini terdapat lebih dari 50 sekolah pelatihan penuh waktu di seluruh dunia, sekurangnya delapan dari sekolah itu berada di Amerika Serikat. Ini membuktikan bahwa pemahaman Steiner bisa di terima sepenuhnya oleh para pendidik. Pelatihan guru Waldorf berfokus pada perkuliahan dan tulisan Steiner. Setelah seorang guru melakukan pelatihan tersebut, seorang guru bisa dengan lebih baik mengenali kebutuhan anak-anak secara individual. c. Karakteristik Program 1 Menciptakan Masyarakat Pembelajar yang Peduli. Pentingnya lingkungan fisik, pengelompokkan usia, kegiatan yang terencana, jadwal dan hubungan sosial. Semua elemen-elemen ini sangat penting sebagai dasar menciptakan masyarakat yang terpelajar serta peduli terhadap lingkungan disekitarnya. 2 Kepekaan Anak-anak pada Lingkungan. Trostli 1998 mengungkapkan bahwa Lingkungan anak usia dini waldorf memelihara rasa anak-anak tentang keindahan dan susunan Johnson, 2011: 359. Lingkungan adalah tempat yang penting untuk memulai. Estetika ruangan memegang peranan penting dalam perasaan umum mengenai ruang pembelajaran. Sehingga dari penciptaan lingkungan yang telah ditata tersebut akan berimbas pada kepekaan anak-anak terhadap lingkungannya sendiri dan orang lain. 19 3 Pentingnya Imitasi dan Permainan. Steiner menekankan terhadap dua aspek penting yaitu; imitasi dan permainan. Anak-anak memiliki pembawaan ingin tahu tentang pekerjaan orang dewasa dan secara naluriah meniru apa yang mereka lihat untuk memperdalam pemahaman mereka sendiri. Sedangkan permainan merupakan metode penting lainnya dimana didalamnya anak-anak mengembangkan rasa kemasyarakatan. Anak-anak bisa belajar menyelesaikan konflik, dan melakukan berbagai metode komunikasi. 4 Manfaat Pengelompokkan Campur Usia. Manfaat pengelompokkan ini antara lain; a sebagai contoh teladan bagi anak yang lebih muda, b anak yang lebih tua belajar menghormati kepada anak yang lebih muda usianya, c anak yang lebih tua memperoleh sikap mengasihi dan tanggung jawab serta meningkatkan kognitif sosial. 5 Menetapkan Ritme dan Rutinitas. Waldorf juga berperan untuk membantu meningkatkan rasa kemasyarakatan. Guru berusaha sendiri menetapkan rutinitas yang berulang setiap hari, setiap minggu, setiap musim, dan setiap tahun. Ada ritme setiap hari yang melibatkan keseimbangan waktu yang dihabiskan untuk “menarik napas” dan “menghembuskan napas.” Waktu-waktu ini menawarkaan pengalaman bagi anak-anak dengan saat-saat pengungkapan. d. Mengajar untuk Mendorong Perkembangan dan Pembelajaran 1 Penghormatan, Antusiasme, dan Perlindungan 2 Menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan responsif 3 Hubungan Anak-anak dengan pengalaman 4 Belajar dengan melakukan 5 Tanggung jawab dan regulasi diri e. Kurikulum yang Tepat 1 Memelihara Anak Secara Keseluruhan “Kepala, Hati, dan Tangan”. 2 Mendorong Perkembangan Holistik. 3 Menggabungkan Berbagai Jenis Disiplin Ilmu. 20 4 Mempertahankan Keteguhan Kecerdasan. 5 Merangkul Perbedaan f. Menilai pembelajaran anak-anak g. Membangun hubungan dengan keluarga

3. Pendekatan Akademik dan Non Akademik