MODEL KONTEKSTUALIASI PEMBELAJARAN PENDI. pdf

LAPORAN HASIL PENELITIAN

MODEL KONTEKSTUALIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) Studi Pada SDIT Bunga Bangsa, Cordova dan Fastabiqul Khairat Samarinda

Peneliti :

Ahmad Muthohar AR., M.SI Drs. Yahya, M.Pd

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan nikmat dan karuniaNya-lah, penelitian tentang Model Kontekstualisasi Pembelajaran PAI Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) ini dapat terselesaikan dengan baik.

Demikian juga Shalawat serta Salam, senantiasa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan pewaris risalahnya. Hanya dengan pancarasan syafaat beliaulah, kami mendapatkan pencerahan intelektual. Semoga pencerahan seperti ini bisa kami pertahankan dan gunakan dalam pengembangan keilmuan Islam

Dengan segenap kerendahan hati, kami harus akui, bahwa terselesaikannya karya penelitian ini berkat perhatian dan bantuan beberapa pihak. Untuk itu, kami haturkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya. Hanya karena merekalah, kami bisa menyelesaikan tugas intelektual ini dengan baik. Mereka adalah:

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda Kalimantan Timur, beserta segenap pembantu ketua.

2. Segenap pimpinan dan staf Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAIN Samarinda Kalimantan Timur.

3. Para Pimpinan Jurusan Tarbiyah STAIN Samarinda

4. Para tim seleksi dan evaluasi penelitian P3M STAIN Samarinda 4. Para tim seleksi dan evaluasi penelitian P3M STAIN Samarinda

6. Segenap orang-orang terdekat dan para sahabat kami, atas bantuan diskusi dan humornya, karya ini bisa terwujud.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bisa bermanfaat, terutama dalam pengembangan kajian pemikiran pendidikan Islam. Amin.

Wa Allah al Muwafiq ila Aqwam al Thariq. Wa Allah ‘A’lam bi al Shawab.

Samarinda, Desember 2010

Peneliti

BAB III : KONTEKSTUALISASI PEMBELAJARAN PAI PA ........... DA SEKOLAH DASAR TERPADU DI SAMARINDA

A. Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT Bunga Bangsa ................................................................ 49

B. Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT Cordova .. 60

C. KOntekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT

Fastabiqul Khairat ..................................... 68

BAB IV : MODEL KONTEKSTUALISASI PEMBELAJARAN PADA SDIT

A. Model Desain Kurikulum SDIT .............................. 77

B. Model Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT ..... 81

C. Pola-Pola Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT 84

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................... 88

B. Saran dan Rekomendasi ....................................... 90

C. Penutup ................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan memiliki peran strategis sebagai sarana human resources dan human investment. Artinya, pendidikan selain bertujuan menumbuhkembangkan kehidupan yang lebih baik, juga telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik

dalam proses pemberdayaan jati diri bangsa. 1 Berangkat dari arti

penting pendidikan ini, maka wajar jika hakekat pendidikan merupakan proses humanisasi. 2

Humanisasi bagi Malik Fadjar berimplikasi pada proses kependidikan dengan orientasi pengembangan aspek-aspek kemanusiaan manusia, yakni aspek fisik-biologis dan ruhaniah- psikologis. Aspek rohaniah-psikologis inilah yang dicoba didewasakan dan di-insan kamil-kan melalui pendidikan sebagai elemen yang berpretensi positif dalam pembangunan kehidupan

yang berkeadaban. 3

Pendidikan merupakan ruang strategis dalam menciptakan perubahan dan perbaikan masa depan suatu bangsa. Melalui pendidikan, kualitas Sumber Daya Manusia

1 Karnadi Hasan “Konsep Pendidikan Jawa”, dalam Jurnal Dinamika Islam dan Budaya Jawa, No 3 tahun 2000, Pusat Pengkajian Islam Strategis, IAIN Walisongo

Semarang, 2000, Hal. 29. 2 Paulo Freire dalam Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman (Pilihan Artikel

Basis), Sindhunata (editor), Kanisius, 2001 sebagaimana di kutip dalam Resensi

(SDM) suatu bangsa akan dapat berubah dan meningkat. Kualitas Sumber Daya Manusia pada akhirnya akan memberikan pengaruh yang besar pada terwujudnya perubahan sosial dan perbaikan hidup pada semua aspek, baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Dari pemikiran ini, maka pendidikan merupakan tindakan sadar dengan tujuan memelihara dan mngembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia

seutuhnya (insan kamil). 4 Menyadari akan pentingnya pendidikan

tersebut, maka mengupayakan peningkatan setiap aspek yang berhubungan dengan pendidikan merupakan kebutuhan sekaligus keniscayaan. Hal ini tak terkecuali pada pendidikan agama dan keagamaan.

Namun persoalannya, dalam realitas penyelenggaraan pendidikan yang ada dan ecara nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa dan berkembangnya potensi peserta didik, masih banyak yang jauh dari yang diharapkan.

Dalam penyelengaraan pendidikan kita, masih banyak ditemui tipe pendidikan mechanic student, dimana banyak praktek bahwa visi pendidikan hanya diposisikan pada orientasi pasar, sehingga pendidikan tidak lagi berbaisis keilmuan dan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik.

Dalam perkembangannya, sekolah konvensional ternyata tidak menjadi pembebasan dan penanaman nilai-nilai Dalam perkembangannya, sekolah konvensional ternyata tidak menjadi pembebasan dan penanaman nilai-nilai

Berawal dari persoalan besar tersebut, dalam ruang kongkritnya, pembelajaran di sekolah-sekolah menjadi relatif kaku, kering, suram dan berpusat pada guru (teacher centered). Belajar sudah ditentukan berdasarkan standar-standar kompetensi dasar yang telah ditentukan secara kaku, bak sistem ’pabrik’ lengkap dengan prosedur-prosedur mekanis, satu jenis dan baku, meski dari bahan yang beragam.

Demikian juga dalam penggunaan sumber belajar dan metodenya. Dalam banyak penyelenggaraan pembelajaran di sekolah, seringkali masih melahirkan sistem pendidikaan yang menuntut sikap kepatuhan, penerimaan dan ketaatan. Buku, terutama buku teks, menjadi representasi utama dari pengetahuan dan kebijakan sekolah, sedangkan guru dipandang guru dipandang paling efektif dalam menghubungkan siswa dengan pelajaran.

Guru menjadi pelaku yang menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan serta memaksakan peraturan-peraturan kepada siswa. Model pembelajaran ini hanya dipahami sebagai proses memperoleh apa yang sudah terkumpul dalam buku-buku dan

’kepala’ yang lebih dewasa. 5 Pola pembelajaran seperti diataslah

yang di kritik oleh John Dewey bahwa pendidikan yang ada tidak yang di kritik oleh John Dewey bahwa pendidikan yang ada tidak

Fenomena diatas, paling tidak menghendaki adanya penyelenggaraan sistem pembelajaran yang komprehensif, integral dan berbasis pada filosofis pendidikan itu sendiri. Sebab, perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan siswa yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai, sikap, pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan, kemampuan

komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan. 6 Kebutuhan akan sebuah model pembelajaran yang integral, komprehensif dan berbasis pada filsafat pendidikan Islam, hendaknya terjadi untuk seluruh struktur dan muatan kurikulum pendidikan sebagaimana di amanatkan oleh Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, tak terkecuali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

PAI sebagai sebuah mata pelajaran wajib di sekolah diharapkan tidak lagi diterapkan model pembelajaran sebagaimana peneliti sebutkan diatas. PAI dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah berbasis kompetensi, dimana dalam pembelajaraannya guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan urut-urutan bab dan materi ke-PAI-an yang harus di transfer ke siswa berdasatkan buku-buku teks PAI, akan tetapi Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran diharuskan diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, PAI sebagai sebuah mata pelajaran wajib di sekolah diharapkan tidak lagi diterapkan model pembelajaran sebagaimana peneliti sebutkan diatas. PAI dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah berbasis kompetensi, dimana dalam pembelajaraannya guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan urut-urutan bab dan materi ke-PAI-an yang harus di transfer ke siswa berdasatkan buku-buku teks PAI, akan tetapi Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran diharuskan diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia,

Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri: 1) lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi; 2) mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; dan 3) memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.

Hal ini dilatar belakangi pemikiran bahwa Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan

Untuk itu, sebagaimana standar isi PAI, khususnya di SD/MI sebagaimana amanat permendiknas No 22 tahun 2006 tersebut, Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan : pertama, menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; kedua, mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Standar kompetensi ini menuntut pensikapan serius sekolah-sekolah dalam model pembelajarannya. Jika pola pembelajaran masih seperti pola lama, maka bisa dipastikan, ketercapaian kompetensi-kompetensi standar minimal PAI tersebut tak dapat tercapai. Harus ada upaya-upaya kontekstualisasi-kontekstualiasi pembelajaran agama, khususnya Islam di sekolah/madrasah agar tujuan-tujuan diatas dapat tercapai.

Kehadiran beberapa sekolah Islam Terpadu dan Unggulkan dalam kurun 2000-an hingga sekarang di kota Samarinda, memberikan harapan bagi masyarakat Samarinda akan terealisasinya tujuan-tujuan ideal standar pendidikan diatas, khususnya terhadap ketercapaian standar pendidikan PAI. Beberapa sekolah unggulkan tersebut antara lain : Sekolah Dasar Islam (SDI) Bunga Bangsa, Cordova dan Fastabiqul Khairat serta beberapa SD Islam lainnya di Samarinda.

Pada sekolah-sekolah unggulan ini, bukan berarti fasilitas menjadi basisnya, namun dalam pembelajarannya, khususnya PAI telah ada revitalisasi-revitalisasi model pembelajarannya. Pembelajaran bukan saja diukur berdasarkan jam-jam sebagaimana yang terstruktur secara ketat di kelas, namun pembelajaran telah dikontekstualisasikan menjadi sebuah sistem aktivitas selama berada di sekolah.

Pada SDI Bunga Bangsa misalnya, beberapa bentuk konstekstualisasi pembelajaran memungkinkan memberikan angin segar bagi ketercapaian standar isi PAI, melalui beberapa program antara lain : Kegiatan membaca Al Qur’an, tahfidz surah, dan hadits setiap hari 2 jam pelajaran, Kegiatan sholat berjamaah, Kegiatan Penanaman Aqidah Pagi (PAP), Upacara dan Senam Pagi, Kegiatan Dering Telepon (Pantauan Shalat Subuh). Pada SDIT plus Cordova melalui bentuk kegiatan Mukhoyyam Kids, sekolah alam dan sebagainya, sementara pada SDIT fastabiqul Khairat terlihat melalui bentuk program-program keagamaannya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, sekolah- sekolah dasar Islam Unggulan di Samarinda ini layak untuk Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, sekolah- sekolah dasar Islam Unggulan di Samarinda ini layak untuk

B. Rumusan Masalah

Beberapa permaslahan yang ditemukan pada latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk menyelidiki beberapa hal yang terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolag-sekolah Dasar Islam Terpadu di Samarinda. Untuk mengarahkan penelitian, objek masalah penelitian ini dirumuskan dalam tiga hal :

1. Bagaimana penyelenggaraan pembelajaran PAI pada tiga SDIT di Samarinda, antara lain : SDI Bunga Bangsa, SDIT Plus Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat.

2. Bagaimana model kontekstualisasi-kontekstualisasi pembelajaran pada ketiga SDIT Unggulkan di Samarinda tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Rumusan-rumusan masalah penelitian di atas mengisyaratkan beberapa tujuan yang mesti dicapai untuk dijawab melalui penelitian ini, antara lain :

1. mengungkap dan memaparkan proses penyelenggaraan pembelajaran PAI pada tiga SDIT di Samarinda, antara lain : SDI Bunga Bangsa, SDIT Plus Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat.

2. mengungkap dan memaparkan model kontekstualisasi- kontekstualisasi pembelajaran pada ketiga SDIT Unggulkan di Samarinda tersebut.

D. Signifikansi Penelitian

Urgensi penelitian ini bukan saja terletak pada hasil pemaparan terhadap proses penyelenggaraan dan model kontekstualisasi pembelajaran PAI pada ketiga SDIT di Samarinda, tetapi juga terletak pada signifikansinya sebagai acuan model pembelajaran PAI sebagaimana di visikan dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 bahwa pendidikan agama Islam (PAI) bukan saja membekali peserta tentang penguasaan materi, tetapi juga mendorong terinternalisasikannya dalam aktivitas kehidupan anak sehingga menjadi manusia yang produktif dengan nilai-nilai keislaman dalam kehidupannya.

Dengan demikian, Hal ini bisa menjadi upaya mencari solusi alternatif dan pilihan memperbaiki totalitas mutu pendidikan Islam yang disinyalir masih mengalami kendala.

E. Kerangka Konseptual

Pada hakekatnya, Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam Pada hakekatnya, Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam

Sebagaimana diamanatkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional

1. lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;

2. mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;

3. memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.

Pendidikan Agama Islam (PAI) menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

Menyadari akan pentingnya hal-hal tersebut, maka pembelajaran PAI di sekolah/madrasah menempati ruang stratetis untuk mencapai tujuan-tujuan diatas. Untuk itu, secara konseptual, pembelajaran PAI mesti di desain dengan kerangka filsafat pendidikan yang berbasis pada pengalaman (experience), bukan penguasaan materi an sich.

Pengalaman menurut Jauh Dewey adalah keseluruhan kegiatan dan hasil yang kompleks serta bersegi banyak dari interaksi aktif manusia. Sebagai makhluk hidup yang sadar dan bertumbuh dengan lingkungan sekitarnya yang terus berubah

dalam perjalanan sejarah. 7 Oleh karena itu, pengalaman dapat dalam perjalanan sejarah. 7 Oleh karena itu, pengalaman dapat

Bentuk-bentuk kontekstualisasi pembelajaran mesti dirancang dan di terapkan dalam model pendidikan seperti ini dalam rangka mengganti pola pendidikan lama yang memahami bahwa: pertama, materi pelajaran sebagai sesuatu yang telah baku; kedua, pendidikan dipahami sebagai pengalihan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang wajib dikuasai oleh subjek didik dari generasi ke generasi; ketiga, pendidikan moral bertindak sesuai dengan standar dan aturan moral yang

berlaku sepanjang zaman. 8

Pola pendidikan seperti ini berakibat pada pandangan dalam pendidikan yang melahirkan sikap kepatuhan yang berlebihan sehingga menyebabkan tertutupnya perubahan-perubahan. Buku teks dianggap sebagai sumber belajar yang telah mapan dan satu- satunya sumber belajar. Metode dan evaluasi yang disesuaikan dengan masa lalu. Sementara sistem pendidikan modern juga malah berkontribusi memberikan problem baru yakni model pendidikan mekanis dan tercerabut dari akar pengembangan potensi anak dan nilai-nilai religiusitas.

Untuk itu, diperlukan kontekstualisasi-kontekstualisasi pembelajaran, terutama pada pembelajaran PAI. Perlu dilakukan upaya re-integralisasi pembelajaran agama yang berbasis pada substansi ajaran, substansi kehidupan dan substansi tindakan pelakunya. Integralisasi pembelajaran PAI diperlukan dengan cara menginterkonekkan dengan sejumlah mata pelajaran serumpun Untuk itu, diperlukan kontekstualisasi-kontekstualisasi pembelajaran, terutama pada pembelajaran PAI. Perlu dilakukan upaya re-integralisasi pembelajaran agama yang berbasis pada substansi ajaran, substansi kehidupan dan substansi tindakan pelakunya. Integralisasi pembelajaran PAI diperlukan dengan cara menginterkonekkan dengan sejumlah mata pelajaran serumpun

Yang Maha Esa serta berakhlak mulia 9 yang bermuara pada

terbentuknya Insan Kamil sebagaimana tujuan akhir pendidikan Islam. .

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat diskriptif kualitatif. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan metode dan teknik-teknik sebagai berikut :

1. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Observasi Metode ini biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki 10 . Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran data yang mudah dapat diamati secara langsung, terutama pada data-data sekolah SDIT di samarinda yang menjadi objek penelitian proses pembelajaran PAI nya.

b. Metode Interview Yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dengan menggunakan pertanyaan- b. Metode Interview Yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dengan menggunakan pertanyaan-

c. Dokumentasi Metode dokumentasi ini dipakai untuk menggali data

yang terkait dengan dokumen penyelenggaraan pembelajaran di SDIT yang menjadi objek penelitian.

2. Metode Analisa Data

Dalam pembahasan nanti peneliti menggunakan pendekatan rasionalistik, yaitu bahwa ilmu itu berasal dari pemahaman intelektual yang dibangun atas kemampuan berargumenatsi secara logik yang didukung dengan data

empirik yang relevan 12 . Dalam kajian ini peneliti menerapkan pola pikir atau metode analisa sebagai berikut :

a. Metode Historik Yaitu suatu cara pengambilan fakta yang bertolak pada prinsip pemaknaan perkembangan dalam kaitan waktu 13 . Metode ini terutama digunakan untuk mendiskripsikan tentang lembaga yaitu SDI Bunga Bangsa, SDIT Plus Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat.

11 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal 39 11 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal 39

menjelaskan atau mengungkapkan keterangan-keterangan dari pihak pengelola maupun pengasuh dengan selalau memperhatikan sisi-sisi mana suatu analisa dapat dikembangkan secara berimbang dengan melihat kelebihan dan kekurangan obyek yang diteliti.

c. Analisis Isi (Content Analysis) Yaitu merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi yang ada. Dalam motode analisis ini menampilkan tiga syarat yaitu obyektifitas, pendekatan sistematis dan generalisasi. Hasil analasis ini harus menyajikan generalisasi,

artinya temuan haruslah mempunyai sumbangan teoritik 15

analisis ini digunakan untuk membidik model-model kontekstualisasi antara ketiga SDIT yang menjadi objek penelitian.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang memuat yang memuat latar belakang, perumusan masalah, signifikanis penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi tentang landasan Teori tentang Model Kontekstualisasi pembelajaran Bab ketiga berisi tentang Gambaran objek penelitian, proses pembelajaran PAI nya Bab Keempat model-model kontekstualisasi pembelajaran pada ketiga SDIT antara lain SDI Bunga Bangsa, SDIT Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat Samarinda Sedangkan bab lima sebagai kesimpulan dan penutup.

BAB II MODEL KONTEKSTUALISASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Model Kontekstualisasi Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah ‘Model Kontekstualisai Pembelajaran’ jika diurai terdiri kata ‘model’, ‘kontekstualisasi’ dan ‘Pembelajaran’ dan untuk memahami studi ini diperlukan uraian satu per satu dari ketiga istilah tersebut, sehingga didapatkan suatu pemahaman yang utuh dari istilah model kontekstualisasi pembelajaran ini.

Hal ini diperlukan, karena dalam penggunaannya secara etimologis, terdapat banyak term yang saling dipertukarkan atau dalam penyebutannya memiliki makna dan maksud yang sama (interchangable) dengan istilah ‘model’ sebagaimana penulis maksud dalam bab ini. Term- term tersebut antara lain pola, desain, tipe, gaya, strategi, pendekatan (approach) dan mungkin masih banyak yang lainnya.

Model dalam konteks penelitian ini menurut hemat penulis tak memiliki spesifikasi karakter yang berbeda dengan istilah-istilah diatas, yakni dipahami sebagai something of type, pattern , model dan sebagainya. Namun secara implementatif, istilah model kontekstualisasi pembelajaran dalam studi ini memiliki arah yang sedikit berbeda dengan penggunaan pada umumnya terhadap

Menurut kamus bahasa Indonesia, model atau pola dipahami sebagai cara kerja, sistem kerja, atau bentuk (struktur yang tetap). 1 model juga bisa dipahami sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Dengan demikian yang dimaksud model disini adalah bentuk-bentuk dan pola cara, system kerja tertentu dari proses bbelajar dan pembelajaran yang dilakukan seseorang atau masyarakat belajar.

Sementara, istilah belajar sendiri sampai saat ini telah banyak definisi yang telah ada. Secara umum, belajar yang dipandang sebagai proses dasar perkembangan hidup manusia, dimana semua aktivitas yang dicapai manusia pada dasarnya tidak lain adalah hasil belajar. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dengan berbagai upaya macam bentuk kegiatan atau perbuatan dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan sebagai bekal untuk hidupnya.

Lester D. Crow and Alice Crow, memberikan pengertian tentang belajar adalah learning is a modification of behavior accompanying growth processes that are brought about through adjustment to tensions initiated through

sensory stimulation. 2 Bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang mengikuti suatu proses pertumbuhan sebagai hasil penyesuaian diri secara terus menerus yang berasal dari pengaruh luar.

Menurut W.S. Winkel, belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan

dan nilai sikap”. 3 Sedangkan menurut Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid:

Artinya: “Sesungguhnya belajar adalah suatu perubahan pada akal siswa yang terjadi karena pengalaman terdahulu, maka terjadi dalam pengalaman itu perubahan yang baru”.

Kemudian menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. 5 Dari beberapa pengertian belajar tersebut, maka dapat ditarik benang merah sebagai berikut: Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan dan perubahan itu dinyatakan dalam bentuk tingkah laku ataupun pengalaman.

Untuk itu, Pembelajaran sebagai aktivitas belajar membutuhkan suatu bentuk pengorganisasian yang baik. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menyerap dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru Untuk itu, Pembelajaran sebagai aktivitas belajar membutuhkan suatu bentuk pengorganisasian yang baik. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menyerap dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru

Guru sangat membutuhkan model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Namun tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dengan model pembelajaran yang sama. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjangkeberhasilan belajar siswa.

Dengan penjelasan diatas, Secara terminologi jika kedua term diatas digabung menjadi ‘model pembelajaran’, maka dapat penulis definisikan sebagai adalah suatu cara, sistem atau bentuk struktur yang tetap dalam memperoleh hasil belajar yang biasanya berupa pengetahuan, kepandaian atau ilmu pengetahuan dan bentuk-bentuk perubahan tingkah laku lainnya.

Secara spesifik Model pembelajaran juga bisa dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu. 6 Dapat pula dikatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Meski demikian, guna sedikit memperjelas beberapa istilah pembelajaran yang memiliki kemiripan makna dengan istilah model pembelajaran seperti penulis sebut dimuka, yakni seperti pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran; teknik pembelajaran; taktik pembelajaran; dan desain pembelajaran; setidaknya perlu disimak penjelasan beberapa istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan sebagaimana dikutip mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan

menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. 7

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik; 2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif; 3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran; dan 4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)

exposition-discovery learning dan (2) group-individual

learning 9 . Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke

“teknik pembelajaran” dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara “taktik pembelajaran” merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.

Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan “model pembelajaran”. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing- masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Melengkapi penjelasan tentang desain pembelajaran yang juga sering dimaksudkan untuk menyebut istilah model pembelajaran, Dadang Supriatna, M.Ed menerangkan bahwa Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.

Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan embelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran

merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan,

Dalam konteks ini, menurut hemat penulis, desain pembelajaran dimaksud lebih pada konteks desain pembelajaran sebagai proses. Senada dengan maksud tersebut, Syaiful Sagala menjelaskan (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam

kurikulum yang digunakan. 10

Dengan sedikit istilah yang berbeda, namun dengan maksud yang sama, Abdul Wahid yang biasa menyebutnya dengan istilah pola belajar mendefiniskan model pembelajaran

adalah suatu cara atau bentuk pengorganisasian berbagai aktivitas dalam upaya memperoleh kepandaian atau ilmu yang diindikasikan dengan terjadinya perubahan tingkah laku atau tanggapan terhadap suatu permasalahan melalui pengalaman atau

latihan. 11

Sementara menurut Bobi De Porter dan Mike Hernacki yang biasa menggunakan istilah ‘cara’ menerangkan bahwa cara belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana dia menyerap dan kemudian mengatur, serta mengolah

informasi. 12 model belajar di sini dimaksudkan sebagai suatu cara atau bentuk pengorganisasian berbagai aktivitas dalam belajar mulai dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan atau kepandaian dengan diindikasikan terjadinya perubahan tingkah laku baik melalui pengalaman ataupun latihan dan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.

Dengan berbagai penjelasan diatas, maka model pembelajaran yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar atau upaya-upaya pengembangan pembelajaran secara sistematik yang meliputi pendekatan, strategi, teknik, gaya, desain yang menjadi satu kesatuan sistem yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Seluruh kerangka konseptual tersebut digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran Seluruh kerangka konseptual tersebut digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran

Model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan keseluruhan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program, dan bantuan belajar karena hakikat mengajar membantu pebelajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.

model pembelajaran juga bisa dimaknai sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.

Dengan maksud tersebut, istilah kontekstualisasi Dengan maksud tersebut, istilah kontekstualisasi

2. Karakteristik dan Unsur Model Pembelajaran

Sebuah Model pembelajaran sebagai rekayasa tertentu dalam mengorganisir pengalaman belajar, setidaknya memiliki ciri-ciri atau karakter khusus, antara lain:

a. Rasional-teoritik . Bahwa suatu model pembelajaran yang direncakan atau dipolakan memepertimbangkan aspek rasional dan logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, dalam hal ini manajemen pendidikan atau lembaga.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.

b. d.Lingkungan belajar yang duperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.13

Demikian juga, Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu :

1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,

3. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,

4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan

5. Instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

Selain itu, dalam desain pembelajaran setidaknya harus memenuhi komponen utama, yakni 1) P embe laj a r (pih ak y ang me njad i f o kus) ya ng p erl u di ket a hui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat; 2) T u j u a n P e m b e l a j a r a n ( u m u m d a n k h u s u s ) A d a l a h p e n j a b a r a n kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar; 3) Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari; 4) Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar; 5) Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar; dan 5) P e n i l a i a n Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.

B. Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Dasar B. Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Dasar

tersebut perlu dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 14 Dalam sistem pendidikan kita Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu jenis pendidikan agama yang didesain dan diberikan kepada siswa yang beragama Islam dalam rangka untuk mengembangkan keberagamaan Islam mereka. Dengan demikian tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam adalah untuk memberikan “corak Islam” pada sosok lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memberikan materi/pengalaman yang berisi ajaran agama Islam, yang pada umumnya telah tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu keislaman.

Sedangkan pendidikan Islam merupakan suatu sistem pendidikan yang dimaksudkan untuk membentuk manusia muslim sesuai dengan cita-cita pandangan Islam. Oleh karena itu dalam pendidikan Islam kepribadian muslim merupakan esensi sosok manusia yang hendak dicapai, sedangkan kualifikasi lulusan diharapkan memberikan “warna” pada pribadi muslim tersebut. Dengan demikian nilai-nilai keislaman yang ditanamkan pada peserta didik tidak terbatas melalui subjek pelajaran Pendidikan Agama Islam, tetapi juga melalui seluruh subjek pelajaran serta seluruh komponen atau faktor pendidikan.

Lebih lanjut pendidikan keislaman merupakan salah Lebih lanjut pendidikan keislaman merupakan salah

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses penanaman nilai- nilai ajaran Islam sebagaimana yang tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu keislaman kepada peserta didik yang beragama Islam.

2. Mata Pelejaran PAI pada Sekolah Dasar (SD)

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran utama dalam struktur kurikulum pendidikan di Indonesia yang masuk dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia sebagaimana di amanatkan PP. No. 19 tahun 2005 pasal 6 ayat 1 tentang kerangka dan struktur Pendidikan Nasional.

Hal ini merupakan implementasi daru sistem Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Hal ini merupakan implementasi daru sistem Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun 2006, Bahwa kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, termasuk PAI, didasari pemikiran bahwa Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.

Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:

1. lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;

2. mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;

3. memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan

Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

3. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI pada Sekolah Dasar (SD)

Pendidikan Agama Islam di tingkat SD/MI memiliki tujuan sebagai berikut:

1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

2. mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Adapun Ruang lingkupnya meliputi aspek-aspek : 1) Adapun Ruang lingkupnya meliputi aspek-aspek : 1)

sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. 15

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SD

Guna mencapai tujuan pembelajaran PAI diatas, maka pemerintah secara nasional menetapkan SKKD PAI pada SD sebagai berikut :

Kelas I, Semester 1

Standar Kompetensi Dasar Kompetensi

Al Qur’an

1. Menghafal Al 1.1 Melafalkan QS Al-Fatihah dengan Qur’an surat

lancar

pendek pilihan 1.2 Menghafal QS Al-Fatihah dengan

lancar

Aqidah

2. Mengenal 2.1 Menunjukkan ciptaan Allah SWT Rukun Iman

melalui ciptaan-Nya 2.2 Menyebutkan enam Rukun Iman 2.3 Menghafal enam Rukun Iman

Akhlak

3. Membiasakan 3.1 Membiasakan perilaku jujur perilaku

3.2 Membiasakan perilaku bertanggung terpuji

jawab 3.3 Membiasakan perilaku hidup bersih

Fiqih

4. Mengenal 4.1 Menyebutkan pengertian bersuci tatacara

4.2 Mencontoh tatacara bersuci bersuci

(thaharah) 5. Mengenal

5.1 Menirukan ucapan Rukun Islam Rukun Islam

5.2 Menghafal Rukun Islam

Kelas I, Semester 2

Standar Kompetensi Dasar Kompetensi

Al Qur’an

6. Menghafal Al 6.1 Menghafal QS Al-Kautsar dengan Qur’an surat-

lancar

surat pendek 6.2 Menghafal QS An-Nashr dengan lancar pilihan

6.3 Menghafal QS Al-‘Ashr dengan lancar

Aqidah

7. Mengenal dua 7.1 Melafalkan syahadat tauhid dan kalimat

syahadat rasul

syahadat 7.2 Menghafal dua kalimat syahadat

7.3 Mengartikan dua kalimat syahadat

Akhlak

8. Membiasakan 8.1 Menampilkan perilaku rajin perilaku

8.2 Menampilkan perilaku tolong-menolong terpuji

8.3 Menampilkan perilaku hormat terhadap orang tua

8.4 Menampilkan adab makan dan minum

Fiqih

9. Membiasakan 9.1 Menyebutkan tata cara berwudlu bersuci

9.2 Mempraktekkan tata cara berwudlu (thaharah)

Kelas II, Semester 1

Standar Kompetensi Dasar Kompetensi

Al Qur’an

1. Menghafal Al 1.1 Mengenal huruf Hijaiyah

Qur’an 1.2 Mengenal tanda baca (harakat)

Aqidah

2. Mengenal 2.1 Menyebutkan lima dari Asmaul Husna Asmaul

2.2 Mengartikan lima dari Asmaul Husna Husna

Akhlak

3. Mencontoh 3.1 Menampilkan perilaku rendah hati perilaku

terpuji 3.2 Menampilkan perilaku hidup sederhana 3.3 Menampilkan adab buang air besar dan

kecil

Fiqih

4. Mengenal 4.1 Membiasakan wudhu dengan tertib tatacara

wudhu 4.2 Membaca do’a setelah berwudlu

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62