Jawaban soal uraian Bab 1: Karakteristik Peserta Didik

D. Materi yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran siswa, kemampuan ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar dan kemampuan melakukan penilaian. Semua materi yang ada dalam sumber belajar merupakan materi yang esensial mendasar sehingga perlu dipelajari supaya pendidik menguasai kompetensi pedagogik seperti yang diharapkan. Salah satunya yaitu materi tentang teori belajar. Teori belajar merupakan salah satu factor yang dapat menjadi pedoman atau tolak ukur bagi seorang guru untuk melakukan proses belajar mengajar yang diingink an. Oleh karena itu, guru sangatlah perlu untuk memahami dan mempelaja ri teori belajar, yang akan digunakan ketika mengajar. Lebih lanjut disebutkan dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, bahwa penguasaan teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.

E. Jawaban soal uraian Bab 1: Karakteristik Peserta Didik

1. Ada dua metode untuk mengkaji perkembangan dan pertumbuhan anak, yaitu: metode longitudinal dan cross sectional. Dalam metode longitudinal, peneliti mengamati dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang dari masa pra sekolah sampai masa dewasa. Kelebihan metode ini yakni, kesimpulan yang dihasilkan lebih menyakinkan, karena mampu mengamati tahap perkembangan dan pertumbuhan anak pada karakteristik yang sama, sedangkan kelemahannya, metode ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat mengamati perkembangan seorang anak. Sementara, pada metode cross sectional, peneliti mengamati dari segi fisik, mental, pola perkembangan dan kemampuannya, serta perilaku banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang sama. Kelebihan metode ini yaitu diperlukan waktu yang singkat untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan kehati-hatian dalam pengambilan kesimpulan, karena perbedaan karakteristik anak juga berpengaruh pada tahapan perkembangannya. 2. Peserta didik SMP umur 12- 18 tahun sudah mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol- simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah- kaidah logika formal tanpa memerlukan objek yang bersifat konkrit atau bahkan objek yang visual, seperti: peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, serta kemampuan menarik kesimpulan. Mereka juga telah memahami hal- hal yang bersifat imajinatif. Meskipun kemampuan kognitifnya telah berkembang dengan cukup baik, namun perkembangan emosionalnya masih cukup bergejolak belum stabil. Saat mereka berhasil melakukan sesuatu, mereka akan merasa bangga dan puas. Namun, jika gagal, mereka akan merasa rendah diri. Sebagian besar dari mereka masih belum mampu mengendalikan dan mengelola emosi dengan baik. Sementara, dari segi pertumbuhan fisiknya, organ organ seksualnya telah mampu mempengaruhi perkembangan emosinya dan dorongan baru seperti perasaan cinta. 3. Bahan ajar merupakan bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar diperlukan oleh setiap guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar pada setiap mata pelajaran. Oleh karenanya, bahan ajar sebagai salah satu komponen penting dalam pembelajaran, perlu dirancang sesuai dengan karakteristik peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Materi dan bahan ajar yang ada, telah sesuai dengan karakteristik peserta didik SMP. Materi telah dirancang dengan baik dan kreatif, dengan memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga mampu mengakomodir karakteristik peserta didik saat ini yang melek teknologi. Namun, konten materi yang harus dikuasai oleh peserta didik terlalu luas jangkauannya, khususnya untuk mata pelajaran matematika. Sementara, waktu efektif dalam proses pembelajaran terbatas. 4. Matematika merupakan suatu pengetahuan yang berkenaan dengan jumlah, ukuran, penghitungan, dan sebagainya, yang dinyatakan dalam simbol dan angka. Selain itu, matematika juga identik dengan pemecahan masalah dan pembuktian. Oleh karena itu, pendekatanstrategi metode pembelajaran hendakanya diawali dari konkret ke abstrak, sederhana ke konsep yang kompleks serta dari sesuatu yang mudah ke sulit. Jika dilihat dari usia SMP, metode yang cocok untuk diterapkan, dapat berupa metode pembelajaran dengan bantuan media alat peraga, khususnya benda-benda konkrit yang ada di sekitar siswa, sehingga siswa bisa melihat kegunaan manfaat mempelajari matematika kaitannya dengan permasalahan yang mereka jumpai di kehidupan sehari-hari. Metode permainan juga dapat diterapkan, untuk menghilangkan kejenuhan dan mengupayakan suasana kelas yang menyenangkan, sehingga dapat memancing kreatifitas dan keaktifan siswa.

Bab 2: Teori Belajar 1. Dalam pembelajaran matematika, ketrampilan berhitung menjadi

kemampuan yang mendasar untuk dikuasai siswa. Selain itu, karakteristik matematika itu sendiri yang saling terkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain, satu materi dengan materi yang lain. Dan memandang bahwa matematika, merupakan pengetahuan yang objektif, pasti dan tidak berubah. Berdasarkan cara pandang tersebut, seringkali, kegiatan pembelajaran yang selama ini saya lakukan merupakan penerapan teori belajar behavioristik. Contoh pada KD: Menjelaskan dan melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dengan memanfaatkan berbagai sifat operasi. Seringkali pembelajaran yang saya lakukan pada KD ini lebih mengutamakan pada ketrampilan berhitung siswa yaitu dengan memperbanyak drill latihan soal. Hal ini sesuai dengan hukum latihan pada teori belajar Thorndike. 2. Contoh permasalahan dalam pembelajaran matematika, yaitu permasalahan dalam menentukan KPK dan FPB bentuk aljabar. Scaffolding yang diberikan guru, antara lain: langkah pertama yaitu dengan mengidentifikasi pemahaman siswa, untuk melihat sejauh mana kesulitan siswa dalam memahami permasalahan KPK dan FPB, kemudian diberikan scaffolding disesuaikan dengan tingkat kesulitan pembelajaran. Scaffolding pada pembelajaran KPK dan FPB bisa dilakukan dengan beberapa pendekatan. Yang pertama, pada tingkat kesulitan dimana siswa mengalami kendala saat mengoperasikan bilangan bulat. Pemberian scaffolding yang dilakukan guru dapat berupa melatih berulang-ulang atau drill operasi hitung bilangan bulat. Pada tahap menentukan operasi KPK dan FPB, terdapat siswa yang kesulitan dalam menentukan faktor yang dikalikan. Pengorganisasian kelas juga perlu dilakukan, yaitu dengan pembentukan kelompok kecil, dengan memilih teman yang mampu berkomunikasi dengan siswa yang kurang pemahamannya. Selanjutnya, pada kondisi dimana siswa kesulitan dalam menggunakan pohon faktor, maka guru dapat menyediakan alternatif lain dalam menentukan KPK dan FPB selain menggunakan pohon faktor. 3. Siswa dalam suatu kelas, biasanya terdiri dari berbagai level pengetahuan tinggi, sedang, rendah. Agar semua siswa dapat mengkontruksi pengetahuan dengan sempurna, guru hendaknya mampu mengelola pembelajaran dengan tepat. Pengelolaan pembelajaran yang dapat dilakukan antara lain: 1 guru dapat menempatkan siswa dalam kelompok secara heterogen. Guru perlu mengatur, kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan maupun berkelompok; 2 guru dapat menempatkan diri sesuai dengan peran guru sebagai fasilitator dan motivator, sehingga terciptalah situasi yang kondusif; 3 penggunaan strategi ataupun metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran, serta sesuai dengan kompetensi yang diharapkan; serta 4 menciptakan menyediakan iklim belajar yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. 4. Contoh soal dan jawaban, beserta prediksi jawaban siswa Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut ... 7 3 5 2   Penyelesaian: 35 29 35 15 35 14 5 7 5 3 7 5 7 2 7 3 5 2           Alternatif jawaban siswa, antara lain:  35 29 35 15 35 14 35 5 3 35 7 2 7 3 5 2          12 5 7 5 3 2 7 3 5 2       35 12 35 5 35 7 7 3 5 2      35 17 35 3 35 7 2 7 3 5 2      5. Fase- fase dalam pembelajaran Van Hiele merupakan rangkaian yang b erurutan dan hierarki. Geometri merupakan salah satu bidang dalam m atematika yang dianggap sulit oleh siswa. Oleh karenanya, proses pem belajarannya harus disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa. Dalam f ase- fase pembelajaran Van Hiele, konsep-konsep yang dipahami secar a implisit pada suatu tingkat menjadi lebih eksplisit pada tingkat beriku tnya. Sehingga pemahaman dan penguasaan siswa pada materi geometr i menjadi lebih baik. 6. Salah satu kegiatan yang sesuai dengan fase integrasi menurut model p embelajaran Van Hiele, yakni peserta didik membuat ringkasan, denga n mengintegrasikan apa yang telah dipelajari. 7. Fase- fase penerapan teori belajar Ausubel dalam pembelajaran: a. Fase Perencanaan. Tahapan pertama pada fase perencanaan yaitu menetapkan tujuan pembelajaran, kemudian mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa dan struktur pengetahuan siswa. Latar belakang pengetahuan siswa dapat diketahui melalui pretes, diskusi atau pertanyaan. Tahapan selanjutnya, adalah membuat struktur materi secara hierarkis, dilanjutkan dengan memformulasikan pengaturan awal. Pengaturan awal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: mengaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan siswa, dan mengorganisasikan materi yang dipelajari. b. Fase Pelaksanaan. Setelah fase perencanaan, guru hendaknya memulai pelaksanaan pembelajaran ini dengan pengaturan awal dan menggunakannya hingga akhir pelajaran. Untuk mempertahankan keaktifan siswa, guru hendaknya menjalin interaksi dengan siswa melalui tanya jawab, memberi contoh dan sebagainya yang berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang disajikan, maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu: menghubungkan atau membandingkan konsep- konsep itu melalui rekonsiliasi integratif, atau melanjutkan dengan diferensiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih luas. 8. Contoh implikasi pembelajaran bermakna “Ausubel” pada pembelajaran pokok bahasan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel PtLSV a. Fase perencanaan : 1 Menetapkan tujuan pembelajaran, yaitu: peserta didik menentukan PtLSV, menentukan nilai variabel PtLSV dan mengubah masalah yang berkaitan dengan PtLSV ke dalam model matematika. 2 Mendiagnosis latar belakang pengetahuan peserta didik, latar belakang pengetahuan peserta didik dalam memahami pokok bahasan ini antara lain: Operasi hitung bentuk aljabar, ketidaksamaan, persamaan linier satu variabel 3 Membuat struktur materi 4 Memformulasikan pengaturan awal, untuk mengajarkan pokok bahasan PtLSV kelas VII SMP, pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan dapat digunakan sebagai pengaturan awal Kalimat matematika Kalimat terbuka Kalimat Terbuka Persamaan Pertidaksamaan adalah sebagai berikut: operasi hitung bentuk aljabar, pada operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis; ketidaksamaan yaitu kalimat yang menggunakan tanda hubung atau ; persamaan dalam bentuk , dengan disebut persamaan linier satu variabel PLSV. Dikatakan linier karena pangkat dari variabelnya yaitu adalah satu; mengingat kembali sifat-sifat yang digunakan dalam menyelesaikan PLSV; 5 Bentuk umum PtLSV adalah dengan b. Fase Pelaksanaan Uraian Kegiatan Tahapan yang dilakukan Guru mengingatkan peserta didik tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar Guru mengingatkan peserta didik tentang bentuk ketidaksamaan Guru mengingatkan peserta didik pada PLSV dan sifat- sifat yang diperlukan dalam menyelesaikan persamaan tersebut Guru memberi problema tentang tentukan penyelesaian Pengaturan awal Pengaturan awal Pengaturan awal Pengaturan awal Diferensiasi progresif Dengan menggunakan beberapa contoh, antara lain soal tentukan himpunan penyelesaian Bilangan bulat Dengan arahan guru, siswa diminta untuk dapat menyimpulkan cara untuk menentukan himpunan penyelesaian pada garis bilangan Untuk dapat menentukan penyelesaian- penyelesaian pada garis bilangan, cukup diambil salah satu titik saja yang memenuhi pertidaksamaan tersebut Rekonsiliasi integratif Tentukan himpunan penyelesaian dari bilangan asli Diferensiasi progresif 9. Pendewasaan pertumbuhan intelektual seseorang menurut Bruner adalah pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus, pertumbuhan intelektual tergantung bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan yang sesuai dengan lingkungan, dan pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah dilakukan atau apa yang dilakukan. 10. Pada belajar penemuan, konsep ditemukan sendiri oleh siswa, jadi siswa tidak menerima pelajaran begitu saja. Dengan kata lain, siswa mengorganisir konsepnya sendiri. Oleh karenanya, pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan, maka pengetahuan tersebut akan bertahan lama bermakna. Langkah guru dalam belajar penemuan, antara lain: a. Guru merencanakan pelajaran, sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah- masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa. b. Guru menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan kesangsian yang merangsang siswa untuk menyelidiki masalah tersebut, menyusun hipotesis- hipotesis dan mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah tersebut. c. Guru dapat menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah melalui tindakan atau dengan kata lain belajar sambi l melakukan learning by doing. Ikonik didasarkan atas pikiran int ernal. Pengetahuan disajikan oleh gambar- gambar yang mewakili s uatu konsep. Simbolik adalah dengan menggunakan kata-kata atau bahasa- bahasa.

Bab 3: KURIKULUM 2013

1. Standar Kompetensi Lulusan SKL merupakan sejumlah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan. SKL digunakan sebagai acuam utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian, standar PTK, standar sarpras, standar pengelolaan dan standar pembiayaan. 2. Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai SKL yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar KD. 3. Kompetensi dasar adalah kemampuan dan muatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing- masing mata pelajaran. 4. Indikator Adalah penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. IPK dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur danatau dapat diobservasi. Dalam mengembangkan IPK perlu mempertimbangkan: a tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; b karakteristik mata pelajaran, siswa, dan sekolah; c potensi dan kebutuhan siswa, masyarakat, dan lingkungandaerah. 5. Cara penyusunan Indikator dari Kompetensi Dasar Indikator dalam kurikulum 2013 dikenal ada indikator pencapaian kompetensi IPK yang terdapat dalam RPP dan indikator penilaian yang menjadi penentu dalam menyusun kisi-kisi penulisan soal. Penetapan indikator keduanya harus mengacu ke rumusan kompetensi dasar. Cara menentukan indikator dari Kompetensi dasar KD suatu mata pelajaran adalah sebagai berikut: a. Cermati masing-masing rumusan kompetensi dasar, yakni KD yang berkenaan dengan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan atau keterampilan. Dalam KD ini setiap mata pelajaran ada beberapa hal yang berbeda khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta mata pelajaran PPKn. Untuk selain mata pelajaran tersebut, maka KD tentang sikap spiritual dan sikap sosial merupakan pencapaian kompetensi tidak melalui pembelajaran secara langsung indirect teaching. b. Perhatikan rumusan kata kerja operasional dalam Kompetensi dasar KD, fokuskan kata kerja tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan indikator. c. Sesuaikan karakteristik mata pelajaran, peserta didik dan sekolah dalam menetapkan indikator. d. Sesuaikan juga potensi atau kebutuhan peserta didik, masyarakat atau lingkungan. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penyusunan indikator setidak-tidaknya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Khusus untuk aspek pengetahuan, penentuan tingkat kompetensi dapat mengacu pada ranah kognitif taksonomi Bloom, aspek sikap dapat mengacu pada ranah afektif taksonomi Bloom, juga aspek keterampialn dapat mengacu pada ranah psikomotorik taksonomi Bloom.

Bab 4: Desain Pembelajaran

1. – 2. Catatan- catatan berkaitan dengan model pembelajaran Inquiry Discovery, yaitu: anak usia SMP pada umumnya, belum mampu untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan melalui penemuannya sendiri. Terlebih lagi, dalam aspek menciptakan ide atau gagasan yang belum ada. Terkadang, saat guru menerapkan model pembelajaran ini, yang peserta didik tangkap justru aktivitas-aktivitasnya. Mereka belum mampu mengaitkan antara aktivitas yang dilakukan dengan tujuan yang diharapkan oleh guru. 3. Kompetensi Dasar: Menganalisis aritmetika sosial penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase, bruto, neto, tara No Model Pembelajaran Langkah- langkah Pembelajaran 1 Pembelajaran Berbasis Masalah Langkah 1: Klarifikasi Masalah  Guru menyajikan tayangan audiovisual tentang masalah- masalah yang melibatkan nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan harga beli  Dalam kelompok, peserta didik melakukan identifikasi terhadap fenomena yang ditampilkan guru  Peserta didik membaca petunjuk pada LK dan mengamati LK  Guru memotivasi peserta didik untuk menuliskan dan menanyakan permasalahan hal- hal yang belum dipahami dari masalah yang disajikan pada LK, guru mempersilahkan peserta dalam kelompok lain untuk memberikan tanggapan Langkah 2: Brainstorming  Peserta didik melakukan diskusi berdasarkan petunjuk dalam LK, dalam kelompok masing-masing.  Peserta didik dalam kelompok melakukan brainstorming dengan cara sharing information dan klarifikasi informasi tentang permasalahan yang terdapat pada tanyangan video tersebut Langkah 3: Pengumpulan Informasi dan Data  Peserta didik melakukan eksplorasi, dimana mereka juga diharapkan mengaitkan dengan dunia nyata. Langkah 4: Berbagi Informasi dan Berdiskusi untuk Menemukan Solusi Penyelesaian Masalah  Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan cara yang digunakan untuk menemukan semua kemungkinan pemecahan masalah terkait masalah yang diberikan  Peserta didik dalam kelompok masing- masing dengan bimbingan guru untuk dapat mengaitkan, merumuskan dan menyimpulkan tentang nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan harga beli serta memberikan bantuan untuk menyajikan hasil pemecahan masalah yang telah diperoleh.  Peserta didik dalam kelompok menyusun laporan hasil diskusi penyelesaian masalah yang diberikan. Langkah 5: Presentasi Hasil Penyelesaian Masalah  Beberapa perwakilan kelompok menyajikan secara tertulis dan lisan hasil pembelajaran berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan  Peserta didik yang lain dan guru, memberikan tanggapan dan menganalisis hasil presentasi meliputi tanya jawab untuk mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi informasi atau tanggapan lainnya Langkah 6: Refleksi  Peserta didik melakukan refleksi, resume dan membuat kesimpulan secara lengkap dengan bantuan guru, dari materi yang telah dipelajari.  Guru memberikan apresiasi atas partisipasi semua peserta didik. 2 Pembelajaran Inquiry Discovery Langkah 1: Merumuskan Pertanyaan  Peserta didik merumuskan bagaimana cara menemukan untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi melalui LK dengan bimbingan guru Langkah 2: Merencanakan  Guru memberikan informasi terkait langkah- langkah pengumpulan dan menganalisis data terkait untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi.  Peserta didik mengidentifikasi dan menganalisis LK berdasarkan instruksi yang ada di LK Langkah 3: Mengumpulkan Data dan Menganalisis Data  Peserta didik dalam kelompok menggunakan bahan yang tersedia, misalkan melakukan pembuktian sesuai instruksi yang ada dalam LK  Guru mengajukan pertanyaan terkait dengan pembuktian pertama dan mengarahkan serta memotivasi peserta didik untuk membuktikan kembali dengan bahan model lain yang berbeda.  Peserta didik dalam kelompok melakukan pengujian dan mengolah data kembali dengan model peraga lain. Langkah 4: Menarik Simpulan  Peserta didik memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya tentang pembuktian penemuan tentang rumus untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi.  Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan konsep, teori, aturan melalui contoh- contoh dalam kehidupan sehari- hari. Langkah 5: Aplikasi dan Tindak Lanjut  Perwakilan beberapa kelompok mempresentasikan dengan membuat kesimpulan dari hasil penemuan dalam hasil pembuktian tentang untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi  Peserta didik memberikan tanggapan hasil presentasi dengan bimbingan guru, meliputi tanya jawab untuk mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya.

Bab 5: Media Pembelajaran 1. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu dapat berupa cara atau

alat yang digunakan sebagai perantarapenyampai pesan sehingga dapat membantu siswa dalam mendapat membangun informasi ataupun pengetahuan. Sedangkan alat peraga merupakan bagian dari media yang berupa seperangkat alat benda yang dirancang, dibuat, disusun secara sengaja untuk membantu siswa dalam membangun atau mengembangkan konsep atau prinsip- prinsip dalam pembelajaran. 2. Macam media berdasarkan fungsinya, yaitu: a. Pembawa informasi, seperti: papan tulis, LCD, OHP, dan sebagainya b. Alat untuk menanamkan konsep, seperti: alat peraga, Lembar kerja, dan sebagainya. 3. Ciri- ciri alat peraga manipulatif: - Didesain seperti benda nyata yang dekat dengan lingkungan sekitar peserta didik - Mampu menyajikan konsep yang abstrak menjadi lebih konkret - Berupa benda tiga dimensi yang menarik, sederhana dan mampu membantu siswa dalam membangun konsep yang diharapkan - Mengandung hubungan yang jelas dengan suatu konsep matematika. 4. Media pembelajaran sederhana untuk pembelajaran kelas VII semester 1 pada pokok bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat. -. Membuat model lingkaran kecil dengan menggunakan kertas, yang d iberi tanda + dan - . Kertas + untuk menunjukkan bilangan positif, dan kertas bertanda – untuk menunjukkan bilangan negatif. Adapun aturan mainnya adalah saat 1 kertas + bertemu dengan 1 kertas -, akan menjadi 0. 1 kertas + berarti 1, sedangkan 1 kertas - berarti -1.

Bab 6: PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP Satuan Pendidikan : SMP N 2 BANJARNEGARA Mata Pelajaran : Matematika KelasSemester : VIII Satu Materi Pokok : Aritmetika Sosial Alokasi Waktu : 2 JP 1 Pertemuan

A. Kompetensi Inti