pembelajaran Inquiry Discovery yakni: membantu peserta didik berpikir secara analitis, mendorong siswa agar semakin berani dan
kreatif imajinasi. Lima langkah pembelajaran Inquiry Discovery, nampak
pada tabel berikut. 1. Merumuskan
pertanyaan Merumuskan pertanyaan, masalah
atau topik yang akan diselidiki 2. Merencanakan
Merencanakan prosedur atau langkah- langkah pengumpulan
data dan analisis data
3. Mengumpulkan dan menganalisis
data Kegiatan mengumpulkan informasi,
fakta, maupun data, dilanjutkan dengan kegiatan menganalisanya
4. Menarik simpulan Menarik simpulan- simpulan
5. Aplikasi dan
Tindak lanjut Menerapkan
hasil dan
mengeksplorasi pertanyaan-
pertanyaan atau permasalahan lanjutan untuk dicari jawabnya.
4. Evaluasi hasil belajar
Berdasarkan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan informasi bukti tentang
capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, pengetahuan, dan aspek ketrampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis, yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil
belajar. Selanjutnya, berdasarkan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013
istilah penilaian terbagi menjadi tiga kegiatan, meski berbeda maknanya namun ketiganya saling berkaitan. Ketiga kegiatan tersebut
meliputi: pengukuran kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria ukuran, penilaian proses mengumpulkan
informasi bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan
dan menginterpretasi bukti- bukti hasil pengukuran dan evaluasi proses mengambil keputusan berdasarkan hasil- hasil penilaian.
Pada kurikulum 2013, lingkup penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik mencakup tiga aspek, yaitu:
a. Aspek sikap Merujuk pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dan
Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, penilaian sikap dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan sikap spiritual dan sikap
sosial siswa. Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016, sikap spiritual yang dimaksud meliputi keimanan dan ketakwaan.
Sementara itu, sikap sosial mencakup kejujuran, kedisiplinan, kesantunan, kepercayaan diri, kepedulian toleransi, kerjasama dan
gotong-royong serta rasa tanggung jawab. Namun demikian, sekolah dapat menambah butir- butir nilai sikap sosial dan spiritual
tersebut sesuai dengan visi misi sekolah sebagaimana tercantum dalam KTSP sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya, dalam
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn memiliki KD- KD
yang diturunkan dari KI-1 dan KI- 2. Oleh karena itu, penilaian perolehan butir- butir nilai sikap spiritual dan sikap sosial pada
kedua mata pelajaran tersebut selalu dikaitkan pada substansi yang dipelajarinya. Hal ini berbeda dengan mata pelajaran lainnya
selain Pendidikan agama dan Budi pekerti, penilaian sikap diperoleh berdasarkan hasil pembelajaran tidak langsung indirect
teaching. b. Aspek pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan kecakapan berpikir siswa dalam dimensi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural maupun metakognitif. Kemampuan proses berpikir dalam keempat dimensi tersebut,
berturut- turut dari tingkatan yang rendah ke tinggi, meliputi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi
dan mencipta. Proses berpikir mengingat, memahami dan
menerapkan dikategorikan sebagai kecakapan kemampuan berpikir tingkat rendah Lower Order Thinking Skills LOTS.
Sementara, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta dikelompokkan dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi Higher
Order Thinking Skills HOTS. Penilaian harus mencakup semua dimensi pengetahuan dengan seluruh tingkatan kecakapan
berpikir tersebut sesuai dengan tuntutan indikator pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dari KD.
c. Aspek ketrampilan Penilaian ketrampilan adalah penilaian yang dilakukan
untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan yang meliputi aspek berpikir dan bertindak sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi. Adapun fungsi penilaian ialah untuk memantau kemajuan
belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Poin penting dari pemanfaatan penilaian adalah bagaimana penilaian mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
proses belajar. Namun, selama ini penilaian dilakukan hanya sekedar untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik.
Oleh karena itu, agar fungsi penilaian dapat berjalan dengan baik, penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan
berikut, yaitu: 1 Assessment of learning, merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Bentuk
Assessment of learning berupa ujian nasional, ujian sekolah dan berbagai bentuk penilaian sumatif yang lain; 2 Assessment for
learning, dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses
belajar mengajar. Secara lebih spesifik, manfaat Assessment of learning antara lain dapat memberikan umpan balik terhadap
proses belajar peserta didik, memantau dan menentukan kemajuan belajarnya serta meningkatkan performa pendidik dalam
memfasilitasi peserta didik. Assessment of learning dapat berbentuk tugas, presentasi, proyek dan kuis; 3 Assessment as
learning, memiliki fungsi yang hampir sama dengan Assessment of learning. Perbedaannya, Assessment as learning melibatkan
peserta didik secara aktif dalam proses penilaian, seperti merumuskan prosedur penilaian, kriteria dan pedomanrubrik
penilaian. Sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal.
Assessment as learning dapat berupa penilaian diri dan penilaian antar teman.
Agar hasil penilaian akurat dan dapat diterima oleh semua pihak, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-
prinsip berikut: 1 sahih. Penilaian harus dilakukan berdasar pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; 2 Objektif.
Penilaian didasarkan pada kriteria dan prosedur yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai; 3 Adil. Penilaian tidak
menguntungkan atau merugikan peserta didik karena perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, status ekonomi, gender dan
hal lain; 4 Terpadu. Penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran; 5 Terbuka.
Prosedur dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas dan dapat diketahui oleh siapapun; 6 Menyeluruh dan berkesinambungan.
Penilaian memncakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik; 7 Sistematis. Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah- langkah baku; 8 Beracuan kriteria. Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan;
9 Akuntabel. Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.
Penilaian sikap dilakukan dengan teknik observasi pengamatan, penilaian diri maupun penilaian antar teman, dengan
instrumen berupa lembar observasi atau jurnal. Hasil penilaiannya disampaikan dalam bentuk deskriptif. Penilaian pengetahuan dapat
dilakukan dengan berbagai teknik, yang disesuaikan dengan karakteristik KD, indikator atau tujuan pembelajaran yang akan
dinilai. Teknik penilaiannya dapat berupa tes tertulis, tes lisan dan penugasan.
Sedangkan penilaian ketrampilan dapat dilakukan dengan teknik penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek dan
penilaian portofolio. Teknik penilaian ketrampilan yang digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI- 4.Hasil penilaian
pencapaian pengetahuan dan ketrampilan dinyatakan dalam bentuk predikat dan deskripsi.
Secara umum, prosedur penilaian hasil belajar mencakup tiga hal, yakni: perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian dan
pengolahan hasil penilaian. Adapun langkah- langkah pengolahan hasil penilaian untuk membuat deskripsi nilai sikap selama satu
semester, antara lain: 1. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing- masing mengelompokkan catatan- catatan sikap pada
jurnal yang dibuatnya ke dalam sikap spiritual dan sosial; 2 Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing- masing membuat
rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial berdasarkan catatan-catatan jurnal; 3. Wali kelas mengumpulkan deskripsi
singkat sikap dari guru mata pelajaran dan guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial dari
guru mata pelajaran, BK dan wali kelas yang bersangkutan, wali kelas menyimpulkan capaian sikap spiritual dan sosial setiap
peserta didik. Sementara pada penilaian pengetahuan, nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian PH, penilaian
tengah semester PTS dan penilaian akhir semester PAS. Pada penilaian ketrampilan, nilai ketrampilan diperoleh dari hasil
penilaian proyek, praktik, produk dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik praktik dan proyek dirata- rata untuk memperoleh
nilai akhir ketrampilan pada setiap mata pelajaran. Penulisan capaian pengetahuan dan ketrampilan pada rapor menggunakan
angka pada skala 0 – 100, predikat A, B, C atau D dan deskripsi. Hasil analisis penilaian pengetahuan berupa informasi tentang
peserta didik yang telah mencapai KKM dan belum mencapai KKM. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM perlu
ditindaklanjuti dengan program remidial, sedangkan bagi peserta didik yang telah mencapai KKM diberikan pengayaan.
Pelaporan hasil penilaian dapat berupa rekap nilai peserta didik maupun dalam bentuk rapor untuk tiap semester. Hasil
penilaian dapat digunakan untuk: mengetahui materi yang sudah belum dikuasai sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk
belajar lebih sungguh- sungguh, mengetahui kemampuan dan perkembangan peserta didik, serta dapat digunakan untuk memberi
gambaran tingkat keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan. Berdasarkan hasil penilaian, kita dapat menentukan
langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidik,
orang tua, peserta didik maupun pemerintah.
B. Materi yang dianggap sulit