Teori Belajar Ringkasan Materi 1. Karakteristik Peserta Didik

Initiative vs guilt; 4 industry and inferiority masa sekolah. Anak cenderung mudah mengendur mentalnya saat mereka mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu; 5 Identity vs role confusion remaja. Anak dihadapkan pada proses pencarian jati diri, yang amat dipengaruhi lingkungan; 6 intimacy vs isolation dewasa awal. Dari segi komunikasi dengan orang lain, anak sudah mulai bisa memilah sesuatu yang bersifat pribadi dan umum; 7 Generativity vs stagnation pertengahan dewasa. Ditandai munculnya rasa tanggung jawab, melalui bentuk perhatian dan kepedulian terhadap orang lain; 8 Ego integrity vs despair dewasa akhir , merupakan tahap akhir pada siklus kehidupan, dimana individu akan melakukan introspeksi dan mereview kembali perjalanan kehidupan yang telah dilaluinya.

2. Teori Belajar

a. Teori Belajar Behavioristik Menurut teori belajar behavioristik tingkah laku, belajar adalah perubahan dari tingkah laku sebagai akibat dari hubungan antara stimulus rangsangan dan respon. Tokoh-tokoh pada aliran behavioristik diantaranya: Edward Lee Thorndike, Skinner, Ivan Petrovich Pavlov dan Alberta Bandura. Thorndike mengemukakan bahwa, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Lebih lanjut, Thorndike menyatakan bahwa, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan dari diri seseorang. Dimana, perilaku belajarnya diawali dengan proses trial dan error mencoba salah – mencoba sampai benar. Selain ditentukan oleh interaksi stimulus dan respon, perilaku belajar seseorang juga ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri seseorang, baik kognitif, emosi, sosial maupun psikomotornya. Teori belajar stimulus- respon yang dikemukan Thorndike ini disebut juga teori belajar koneksionisme. Seseorang dapat melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami dengan menghubungkan situasi baru tersebut dengan situasi lama yang pernah dialami, sehingga terjadi proses perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Proses perpindahan ini, juga dapat dilakukan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur lama. Sedangkan Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan pengkondisian. Agar diperoleh respon yang diinginkan, perlu dilakukan rangsangan secara berulang-ulang sehingga akan membentuk suatu kebiasaan. Lebih lanjut, Skinner berpendapat bahwa penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar seseorang. Karena, pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus- respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bentuk, yaitu penguatan positif hadiah, pujian dan penguatan negatif teguran, peringatan. Tokoh aliran behavioristik yang lain Bandura, berpendapat bahwa seseorang siswa belajar melalui meniru. Bandura memandang, tingkah laku manusia bukan semata- mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. b. Teori Belajar Kognitif Teori belajar kognitif berbicara tentang bagaimana mengembangkan fungsi kognitif agar siswa dapat belajar dengan maksimal. Tokoh- tokoh pada aliran kognitif diantaranya: David Ausubel dan Jerome Bruner. 1. Teori Belajar dari Ausubel Ausubel mengemukakan bahwa belajar bermakna adalah suatu proses dikaitkannya konsep baru atau informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif siswa. Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi yang disajikan pada siswa, yaitu melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada informasi yang telah ada pada struktur kognitifnya belajar bermakna dan dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru, tanpa menghubungkannya pada konsep informasi yang telah ada pada struktur kognitifnya belajar hapalan. Oleh karenanya, pembelajaran dapat dikatakan bermakna, apabila memenuhi prasyarat berikut. 1 Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial; yang berarti materi tersebut memiliki kebermaknaan secara logis dan gagasan- gagasan yang relevan harus terdapat pada struktur kognitif siswa. 2 Siswa yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan pembelajaran bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna. Untuk menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, terdapat prinsip- prinsip yang harus diperhatikan, antara lain: 1 Pengaturan awal Advance Organizer. Pengaturan awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya, yang dapat digunakan siswa dalam membantu menanamkan pengetahuan baru; 2 Diferensiasi progresif. Selama pembelajaran bermakna berlangsung terjadi pengembangan dan elaborasi konsep. Pengembangan berlangsung paling baik, apabila unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian baru diberikan unsur yang lebih detail dan lebiih khusus; 3 Belajar superordinat. Belajar superordinat terjadi, apabila konsep- konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur- unsur dari suatu konsep yang lebih luas; 4 Penyesuaian integratif. Dalam pembelajaran, bagaimana konsep- konsep baru dihubungkan pada konsep- konsep superordinat juga perlu diperhatikan. Guru harus memperlihatkan secara eksplisit, bagaimana arti- arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti- arti sebelumnya yang lebih sempit, dan bagaimana konsep- konsep yang tingkatannya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru. 2. Teori Belajar dari Bruner Jerome Bruner memandang belajar sebagai proses kognitif, dimana dalam belajar ini melibatkan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan. Tiga proses tersebut meliputi: 1 memperoleh informasi baru, 2 transformasi informasi, dapat dilakukan dengan cara ekstrapolasi maupun dengan mengubah menjadi bentuk lain, 3 menguji relevan informasi dan ketepatan pengetahuan. Lebih lanjut Bruner mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem ketrampilan untuk menyatakan kemampuan- kemampuan secara sempurna, yang lebih dikenal dengan tiga cara penyajian modes of present, yaitu: 1 cara penyajian enaktif. Cara penyajian enaktif merupakan bentuk representasi sensori motor yang dibentuk melalui aksi, gerakan atau tindakan. Anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi benda- benda konkrit; 2 Cara penyajian ikonik. Cara penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal, yang berkaitan dengan persepsi tanggapan atau penerimaan dari sesuatu dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar- gambar atau grafik; 3 Cara penyajian simbolik. Pada tahap ini anak mulai memanipulasi simbol- simbol atau lambang- lambang tertentu. c. Teori Belajar Vygotsky Menurut Vygotsky, seseorang siswa dalam mengonstruksi suatu konsep diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Perkembangan kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar mandiri pada saat melakukan pemecahan masalah disebut sebagai actual development. Sedangkan perkembangan yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi dengan orang dewasa guru maupun dengan teman sejawat yang kemampuannya lebih tinggi disebut potential development. Area atau jarak antara actual development dan potential developmen dikenal dengan istilah zone of proximal development ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD, manakala siswa tidak dapat memecahkan masalah secara mandiri, tetapi dapat memecahkan masalah tersebut setelah mendapatkan bantuan scaffolding dari guru teman sejawatnya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, memberikan contoh dan tindakan- tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Dalam pembelajaran, guru dapat memberikan bantuan sementara kepada siswa kemudian mengurangi bantuan tersebut dan pada akhirnya menghilangkan sama sekali, sehingga mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuannya secara mandiri. d. Teori Belajar Van Hiele Dalam memahami geometri, siswa akan melalui lima tahap perkembangan berpikir. Kelima tahap tersebut antara lain: 1 Tahap Visualisasi. Pada tahap ini, siswa hanya mengenal nama bangun geometri, sseperti: segitiga, persegi dan lainnya. Namun, belum dapat memahami sifat-sifat dari objek tersebut, ia hanya mengenal berdasarkan bentuk visual dan penampilannya; 2 Tahap Analisis. Pada tahap ini, siswa sudah mengenal bangun- bangun geometri berdasarkan sifat- sifat yang dimilikinya; 3 Tahap Deduksi Informal. Pada tahap ini, siswa sudah bisa memahami hubungan antara sifat ciri yang satu dengan ciri yang lain pada suatu bangun, serta memahami hubungan antara bangun yang satu dengan bangun yang lain; 4 Tahap Deduksi. Pada tahap ini, siswa sudah dapat menarik kesimpulan dari hal- hal yang bersifat khusus dan mampu menyusun bukti secara formal; 5 Tahap Akurasi. Tahap ini merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap ini, siswa bernalar secara formal dan dapat memahami keterkaitan antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi dan teorema. Menurut Van Hiele, semua siswa mempelajari geometri dengan melalui tahap- tahap tersebut secara hierarkis. Akan tetapi, kapan seorang siswa mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu sama, antara siswa yang satu dengan lainnya. Proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya bergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa.

3. Model – model pembelajaran