Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan efisien Best, Linear, Unbiased, EstimatorBLUE, maka penulis perlu melakukan pengujian
asumsi klasik sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model
yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Setelah dilakukan uji yang pertama, ternyata data tidak normal. Kemudian,
penulis menggunakan metode transformasi data untuk menormalkan data penelitian. Salah satu transformasi data yang dapat dilakukan adalah dengan
mentransformasikan data ke logaritma natural Ln. Jumlah n pada awalnya adalah 230 berkurang menjadi 178.
Adapun metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan
Kolmogorov-Smirnov.
Sumber: Data diolah, 2013
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Histogram
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau miring ke kanan,
melainkan ke tengah dengan bentuk lonceng.
Sumber: Data diolah, 2013 Gambar 4.2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik pada scatter plot mengikuti data disepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 178
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .89636445
Most Extreme Differences
Absolute .053
Positive .051
Negative -.053
Kolmogorov-Smirnov Z .703
Asymp. Sig. 2-tailed .706
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah, 2013
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. 2- tailed adalah 0,706 yang lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Hal ini berarti
variabel residual berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokerelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan Durbin-Watson DW Test.
Kriteria pengambilan keputusan pada uji autokolerasi antara lain: a. Jika 0 d dl, berarti tidak ada autokorelasi positif
b. Jika dl ≤ d ≤ du, berarti tidak dapat disimpulkan
c. Jika 4-dl d 4, berarti tidak ada korelasi negatif
Universitas Sumatera Utara
d. Jika 4-du ≤ d ≤ 4-dl, berarti tidak dapat disimpulkan
e. Jika du d 4-du, berarti tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .754
a
.568 .560
.904059 2.132
a. Predictors: Constant, LN_DER, LN_EPS, LN_FS b. Dependent Variable: LN_HargaSaham
Sumber: Data diolah, 2013
Berdasarkan uji autokolerasi pada Tabel 4.6 diperoleh nilai Durbin-Watson D-W sebesar 2,132. Nilai d dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 178
dan k = 3 sehingga diperoleh nilai du sebesar 1,7891 dan dl sebesar 1,7206. Hal ini sesuai dengan ketentuan du d 4-du, yaitu 1,7891 2,132 4-1,7891 yang
menunjukkan bahwa tidak terjadi autokolerasi positif maupun negatif. 3.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut Situmorang, et. al,
2007. Jika varians sama maka terjadi homoskedastisitas. Sedangkan, jika varians tidak sama, inilah yang disebut dengan heterokedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi
dapat dilihat pada grafik Scatterplot. Jika titik-titik dalam grafik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Data diolah, 2013
Gambar 4.3 Scatterplot
Berdasarkan gambar scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y.
Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta 1
Constant .732
.204 3.584
.000 LN_EPS
.016 .020
.062 .806 .421
LN_FS -.036
.104 -.027 -.351
.726 LN_DER
-.014 .040
-.027 -.356 .723
a. Dependent Variable: absut
Sumber : Data diolah, 2013
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.7 diperoleh nilai signifikansi variabel earning per share, debt to equity ratio, dan firm size
lebih besar dari tingkat kepercayaan α = 5 . Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model
regresi ini. 4.
Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi hubungan diantara variabel bebas dalam model regresi
Situmorang, et. al, 2010. Apabila terdapat korelasi antara variabel bebas, maka terjadi multikolinearitas. Sedangkan, apabila tidak terdapat korelasi antara
variabel bebas, maka tidak terjadi multikolinearitas. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance 0.1
sedangkan variance inflation factor VIF 5.
Tabel 4.8 Collinearity Statistics
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
4.151 .355
11.680 .000 LN_EPS
.528 .035
.749 14.891 .000 .982
1.018 LN_FS
.092 .181
.026 .510 .611
.958 1.044
LN_DER -.037
.070 -.027 -.533 .595
.972 1.029
a. Dependent Variable: LN_HargaSaham
Sumber: Data diolah, 2013
Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada semua variabel independen, dimana VIF 5 dan nilai tolerance 0,1.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda