1. Supervisi bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah upaya
mengawas, menilai dan membina guru pembimbing dalam melaksanakan tugasnya.
2. Sikap profesional dalam penelitian ini adalah sikap guru pembimbing atau
kecenderungan perilaku guru pembembing dalam melaksanakan tugasnya. Sikap yang dimaksud terbentuk dari komponen kognitif, afektif dan
konatif. 3.
Kinerja guru pembimbing merujuk pada dasar standarisasi profesi konseling, yaitu kegiatan layanan yang mendukung fungsi pemahaman,
pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengentasan. Kegiatan layanan dalam penelitian ini meliputi layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, konseling kelompok, dan layanan bimbingan kelompok serta
pengelolaannya. Untuk layanan konsultasi dan mediasi tidak diteliti mengingat kedua istilah layanan tersebut belum dipahami oleh seluruh
guru pembimbing yang diteliti.
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :. 1 Bagaimanakah gambaran supervisi bimbingan dan konseling di SMAMA
kota Magelang ? 2.Bagaimanakah gambaran sikap profesional guru pembimbing di SMAMA
kota Magelang? 3.Bagaimana gambaran kinerja guru pembimbing di SMA MA kota Ma-
gelang?
4.Seberapa besar pengaruh supervisi bimbingan dan konseling terhadap kinerja guru pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling di SMAMA kota Magelang? 5.Seberapa besar pengaruh sikap profesonal terhadap kinerja guru
pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling SMA MA kota Magelang?
6.Seberapa besar pengaruh supervisi bimbingan dan konseling dan sikap profesional secara bersama-sama terhadap kinerja guru pembimbing
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling di SMAMA kota Magelang?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui : 1.Gambaran tentang supervisi bimbingan dan konseling di SMAMA kota
Magelang. 2.Gambaran tentang sikap profesional guru pembimbing didalam mem-
berikan layanan bimbingan dan konseling di SMAMA kota Magelang 3.Gambaran kinerja guru pembimbing didalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling di SMAMA kota Magelang. 4. Pengaruh supervisi bimbingan dan konseling terhadap kinerja guru
pembimbing dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di SMAMA kota Magelang
5.Pengaruh sikap profesional terhadap kinerja guru pembimbing dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di SMAMA kota Mage-
lang.
6.Pengaruh supervisi bimbingan dan konseling serta sikap profesional tehadap kinerja guru pembimbing secara bersama-sama didalam me-
laksanakan layanan bimbingan dan konseling di SMA MA kota Magelang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis; 1 Manfaat secara teoritis :
a.Penelitian ini diharapkan mampu memberi khasanah konseptual tentang bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya berkenaan
dengan kinerja guru pembimbing. b Memberikan wawasan dinamika dan profil guru pembimbing ditin-
jau dari supervisi bimbingan dan konseling serta, sikap profesional. c. Pengembangan paradigma baru dalam memecahkan permasalahan
yang berkaitan dengan kinerja guru pembimbing. d Diperolehnya informasi empiris tentang supevisi bimbingan dan
konseling, sikap profesional dan kinerja guru pembimbing. Informasi empiris ini dapat dijadikan landasan bagi guru pembimbing dalam
menjalankan tugasnya. 2 Manfaat secara praktis adalah ;
a Memberikan masukan kepada supervisor Kepala Sekolah dan Peng- awas dan dinas pendidikan setempat untuk melakukan penataan dan
pengembangan yang strategis guna meningkatkan kinerja guru pem- bimbing.
b. Memberikan masukan kepada lembaga pendidikan tinggi penghasil guru pembimbing untuk meningkatkan relevansi kurikulum yang di-
berikan kepada mahasiswa bimbingan dan konseling sesuai per- kembangan tuntutan kebutuhan di lapangan dengan berorientasi pada
model layanan yang seimbang antara pembekalan teori dan praktek- nya.
c.Memberikan masukan kepada ABKIN Asosiasi Bimbingan Kon- seling Indonesia guna pengembangan program-program organisasi
dalam rangka pembianaan anggota ataupun dalam menentukan kebijakan-kebijakannya.
12
BAB II KERANGKA TEORITIS