KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ATAU KONSELOR DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA.

(1)

KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ATAU KONSELOR DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI

DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling

Oleh Sarbudin NIM. 1302490

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ATAU KONSELOR DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI

DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA

Oleh Sarbudin

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi

Pendidikan Bimbingan dan Konseling

© Sarbudin 2015

Universitas Pendidikan Indonesia November 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin penulis.


(3)

SARBUDIN

KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ATAU KONSELOR DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI

DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing:

Prof. Dr. Syamsu Yusuf, L.N., M.Pd. NIP. 19520620 198002 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Prof. Dr. Uman Suherman AS., M.Pd. NIP. 19620623 198610 1 001


(4)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS DAN BEBAS PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling Dilihat dari Kualitas Pribadi dan Faktor Biografisnya” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 24 November 2015 Yang membuat pernyataan

Sarbudin NIM. 1302490


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil a’lamin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun tesis yang berjudul ”Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling dilihat dari Kualitas Pribadi dan Faktor Biografisnya”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Pada penelitian ini penulis menelaah kinerja profesional guru bimbingan dan konseling dan kualitas pribadi yang dikaitkan faktor biografisnya dalam aspek Usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan. Responden penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling se- Kota Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis. Bab II berupa kajian pustaka yang memuat teori tentang kinerja profesional, kualitas pribadi dan faktor biografis guru bimbingan dan konseling, teori yang mendukung, hasil penelitian terdahulu. Bab III menjelaskan tentang metodologi penelitian yang meliputi desain penelitian, partisipan penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, analisis data. Bab IV menyajikan Temua dan pembahasan yang dibahas secara tematik. Pada bab V menguraikan simpulan, implikasi dan rekomendasi penelitian.

Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dan semoga karya tulis kehadapan pembaca saat ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan ilmu bimbingan dan konseling khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari dan merasakan sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. H. Furqon, Ph.D selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia dan sebagai Dosen Pembina mata kuliah Statistik dan Metodologi penelitian. Semoga diberikan kekuatan dan kemudahan oleh Allah SWT dalam memimpin UPI menjadi Universitas Pelopor dan Unggul.

2. Bapak Prof. Dr. H. Yaya Sukjaya Kusuma, M.Sc. Ph.D., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UPI beserta jajaran staf akademik, dan keuangan lainnya. 3. Bapak Prof. Dr. H. Uman Suherman, M.Pd., selaku Ketua Departemen Pendidikan Psikologi dan Bimbingan Program Studi Bimbingan dan Konseling atas ilmu dan motivasinya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis. Para Staf Departemen PPB UPI, Lab. BK UPI, UPTL-BK atas layanan terbaiknya. 4. Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf, L.N., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing,

atas arahan dan bimbingan yang kritis terhadap berbagai permasalahan, mengawasi pemikiran, memeriksa tata bahasa yang penulis gunakan juga sebagai orangtua bagi penulis bersama Umi Dr. Hj. Nani Sugandhi, M.Pd., selama mengikuti kuliah dan terselesaikannya tesis ini.

5. Bapak Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan sebagai orangtua bagi penulis yang telah banyak membantu dan mendorong hingga menyelesaikan kuliah.

6. Bapak Dr. Nurhudaya, M.Pd. selaku Dosen Penguji, dan pakar instrumen yang telah banyak membantu penulis dengan penuh tulus dan keterbukaan. Semoga Allah swt. meridhoi segala bantuan Bapak sebagai catatan amal yang tak terhingga nilainya.

7. Ibu Dr. Hj. Anne Hafina, M.Pd., selaku Dosen Penguji, dan Dosen Pamong Penulis selama mengikuti masa PPL di UPTLBK, sebagai Dosen Pembina mata kuliah yang selalu dengan profesional menuangkan ide-idenya dalam peningkatan keilmuan penulis.


(7)

8. Bapak Dr. Amin Budiamin, M.Pd. selaku Dosen Penguji dan sebagai Sekretaris Departemen PPB BK UPI atas bimbingan dan arahanya juga pembina mata kuliah yang telah memberikan ilmu dan wawasannya dalam dunia karir.

9. Bapak/Ibu Dosen Pembina mata kuliah ; Prof. Dr. H. Abin Syamsudin, M.Pd, Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifa’i, M.Pd., Prof. Dr. Muhamad Surya, M.Pd., Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd., Prof. Dr. H. Ahman, M.Pd., Prof. Dr. H. Ahmad Juntika Nurihsan, M.Pd., Dr. Hj. Nani Sugandhi, M.Pd., Dr. Agus Taufiq, M.Pd., Dr. H. Mamat Supriatna, M.Pd., Dr. Hj. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd., Dr. Hj. Tina Hayati Dahlan, M.Psi., Dr. Djaja Rahardja, M.Pd., Dr. Ilfiandra, M.Pd., Dr. Suherman, M.Pd dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd yang telah menjadi sosok-sosok berpengaruh dalam hidup penulis, Ilmu dan bimbingannya akan penulis amalkan dan dikenang selalu.

10. Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia bagian Pengelola BPPDN, atas bantuan Beasiswa BPPDN-Dosen kepada penulis selama menempuh kuliah.

11. Ketua STKIP Bima; Drs. Mustamin, M.Sc, atas kesempatan dan bantuan yang diberikan; Bapak Dr. H. Darwis, HAR, M.Si, Drs. Juanda Mansyur, M.Pd., Drs. Muhamadiah, M.Pd., Drs. Nasution, M.Pd., Drs. Sofyan, Azhar, M.Pd. dan Dosen-dosen Prodi BK, Drs. Abd. Rafid, M.Pd., Ramli, S.Pd., MM., Agus Salam, M.Pd., Faijin, M.Pd., Suhardin, S.Pd, Muh Iqbal, SE, staf BAU dan BAAK, mahasiswa dan Alumni Prodi BK, Hanafi, S.Pd., semuanya yang tidak bisa disebut satu-persatu, atas segala kepercayaannya, dukungan, serta kebersamaan dalam do,a yang selalu dipanjatkan demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tugas kuliah tepat pada waktunya.

12. Kepala Badan Kesbangpol, Bappeda, Dinas Dikpora, Kakandepag Kota Bima atas ijin penelitian dan Bapak/Ibu Kepala sekolah se- Kota Bima atas penerimaannya, Rekan-rekan guru bimbingan dan konseling atas waktu, kesempatan, atensi dan segala komitmennya dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang profesional bagi tercapainya pengembangan potensi peserta didik yang optimal.


(8)

13. Ayahanda Mukhtar H. Gani dan Ibunda Siti Sah H. Ahmad, terimalah sembah sujud nanda sebagai rasa terima kasih atas segala bimbingan, didikan, arahan, nasehat, petuah, dan doanya, kesemuannya tidak mungkin terbalas melainkan hanya bisa bermohon “Rabbirhamhuma kamaa rabbayaani shaghira”., Kakek-Nenek dan keluarga yang telah mendahului, semoga berada ditempat terbaik di sisi-Nya. Kakek dan Nenek, Paman dan Bibi beserta keluarga besar, Adik-adikku tercinta, kakak dan adik Ipar serta keponakanku, atas kebersamaan dalam mewarnai kehidupan ini, juga do,a dan harapannya yang selalu mendambakan keberhasilan Penulis.

14. Mertua tercinta H. Masyrun H. Ahmad dan Hj. Siti Maryam H. Jafar, Kakak-kakak dan adik-adik Ipar atas segala motivasi hidup, do‘a dan cinta kasih yang tulus untuk Penulis sekeluarga. Hanya kepada Allah SWT. Penulis panjatkan, atas segala budi baiknya mendapatkan balasan rezeki dan rahmat-Nya beserta ganjaran pahala yang berlimpah.

15. Isteriku tersayang Sari Rahmawati dengan ijin dan restunya yang tulus, sabar, dan kelembutan kasih sayangnya dalam setiap do,a yang dipanjatkan, tidak akan pernah tergantikan oleh apapun. Kepada Ananda tercinta Fakhriyyatin Nadiyyah, Papa bangga atas kesabaran dan ketegarannya bersama mama dalam tumbuh kembangnya tanpa Papa. Do,a dan luapan kasih sayang dari jauh menjadi penyemangat Papa dalam menuntut ilmu. Semoga Allah SWT. meridhoi perjuangan ini demi masa depan bersama dan kemaslahatan ummat. 16. Teman-teman seperjuangan Magister Bimbingan dan Konseling SPs UPI angkatan 2013 baik S2/S3 yang telah mengukir kebersamaan dan keceriaan mengantarkan kesuksesan bersama. Yudo Hato Balibo Timtim sekeluarga atas bantuan dengan penuh ketulusan menerima penulis menjadi bagian dari keluarga kecilnya, Vici Sofari, Muh. Abdul Azis, Cecep R. Hidayat, Sopian, Dody Suryana, Ahmad Rofi, Nurul Hikmah serta semua pihak yang telah banyak membantu dan namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Teriring do‘a yang tulus, semoga Allah SWT. membalas semua budi baik Bapak/Ibu dan saudara semua. Amin.


(9)

ABSTRAK

Sarbudin. (2015). Kinerja profesional guru bimbingan dan konseling dilihat dari kualitas pribadi dan faktor biografisnya. Dibimbing oleh; Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf, LN., M. Pd., Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Bandung.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kualitas pribadi dengan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling serta faktor biografisnya. Desain korelasional dipilih untuk membuktikan hubungan di antara variabel tersebut dan Anova satu jalur digunakan untuk menganalisis perbedaan pada setiap variabel. Sebanyak 132 guru bimbingan dan konseling di Kota Bima menjadi sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling berada pada kategori baik, (2) kinerja profesional guru bimbingan dan konseling berada pada kategori tinggi, (3) terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dengan kinerja profesionalnya, dan (4) kualitas pribadi dan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling tidak ada hubungannya dengan faktor biografis. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada (1) Program Studi Bimbingan dan Konseling, (2) Dinas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (3) Guru bimbingan dan konseling dan (4) Penelitian selanjutnya.


(10)

ABSTRACT

Sarbudin. (2015). The professional performance of guidance and counseling teacher viewed from the quality of personal and biographical factors. Supervised by; Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd. Guidance and Counseling Department, Indonesia University of Education. Bandung.

The research is aimed to discover the relation between personal quality and professional performance of guidance and counseling teachers and their biographical factors. Correlation design was chosen to prove the relation of each variables and one way Anova used to analyze the differences of each variables. 132 guidance and counseling teachers from Bima has been taken as the sample. The research results showed that (1) The personal quality of guidance and counseling teachers are in good category, (2) The professional performance of guidance and counseling teachers are at high category, (3) There is a significant relation between the personal quality of guidance counseling teachers and their professional performance, (4) There are no relation between personal quality and professional performance to biographical factors. The results are recommended to: (1) Guidance and counseling department, (2) The Ministry of Education and Culture, (3) Guidance and counseling teachers, (4) Further research.


(11)

DAFTAR ISI

Hlm.

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KON- SELING ATAU KONSELOR SEKOLAH DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA 2.1. Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor ... 14

2.2. Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor ... 28

2.3. Profil Biografis Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor ... 34

2.4. Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dilihat dari Kualitas Pribadi dan faktor Biografis- nya ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 46

3.2. Partisipan Penelitian ... 46

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

3.4. Definisi Operasional Variabel ... 47

3.5. Instrumen Penelitian ... 54

3.6. Prosedur Penelitian ... 59

3.7. Analisa Data ... 60 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN


(12)

selor ... 63

4.2. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor ... 66

4.3. Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor ... 101

4.4. Hubungan antara Kinerja Profesional dengan Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling ... 122

4.5. Hubungan antara Kinerja Profesional dengan Faktor Biog- rafis Guru Bimbingan dan Konseling ... 124

4.6. Hubungan antara Kualitas Pribadi dengan faktor Biografis- Guru Bimbingan dan Konseling... 125

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan ... 126

5.2. Implikasi ... 127

5.3. Rekomendasi ... 128

DAFTAR RUJUKAN ... 131


(13)

DAFTAR TABEL

Hlm.

Tabel 3.1. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 55 Tabel 3.2. Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 58 Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 59

Tabel 3.4. Tabel Uji Anova Satu Jalur ... 62 Tabel 4.1. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Kota

Bima Secara keseluruhan ... 67 Tabel 4.2. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Kota

Bima Secara keseluruhan Berdasarkan Faktor Biografis ... 68 Tabel 4.3. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Kota

Bima Secara keseluruhan Berdasarkan 8 (Delapan) Aspek ... 72 Tabel 4.4. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Kota

Bima Pada Aspek 1 Berdasarkan Faktor Biologis ... 78 Tabel 4.5. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Aspek 2 Berdasarkan Faktor Biografis ... 81 Tabel 4.6. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Aspek 3 (Hangat dan Penuh Perhatian

(warmth and caring)) Berdasarkan Faktor Biografis ... 84 Tabel 4.7. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Aspek 4 (Kekonkritan dan kekhususan

(Concreteness and specifity)) Berdasarkan Faktor Biografis .... 86 Tabel 4.8. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Aspek 5 Kompetensi (Competency) Berdasar- kan Faktor Biografis ... 89 Tabel 4.9. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Aspek 6 (Penghargaan Diri secara Posistif

(Positif Regard and Respect)) Berdasarkan Faktor Biografis ... 92 Tabel 4.10.Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di


(14)

tor Biografis ... 95

Tabel 4.11.Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Kota Bima Pada Aspek 8 (Memiliki Kejujuran (Honesty))

Berdasarkan Faktor Biografis. ... 98 Tabel 4.12.Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Secara keseluruhan ... 102 Tabel 4.13. Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Secara keseluruhan Berdasarkan FaktorBiografis . 103 Tabel 4.14.Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Berdasarkan 4 (empat) Indikator ... 107 Tabel 4.15.Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Indikator 1 (Merancang Program Bimbingan

dan Konseling) Berdasarkan Faktor Biografisnya ... 111 Tabel 4.16.Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Indikator 2 (Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif) Berdasarkan

Faktor Biografis ... 114 Tabel 4.17.Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Indikator 3 (Menilai proses dan hasil kegiatan

Bimbingan dan Konseling) Berdasarkan Faktor Biografis ... 117 Tabel 4.18.Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Pada Indikator 4 (Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah

konseli) Berdasarkan Faktor Biografis... 119 Tabel 4.19.Hasil Uji Normalitas ... 122 Tabel 4.20.Hubungan antara Kinerja Profesional dengan Kualitas Pribadi

Guru Bimbingan dan Konseling di Kota Bima ... 123 Tabel 4.21.Hasil Uji Anova Satu Jalur Kinerja Profesional berdasarkan

Faktor Biografis ... 124 Tabel 4.22.Hasil Uji Anova Satu Jalur Kualitas Pribadi berdasarkan Fak-


(15)

DAFTAR GRAFIK

Hlm. Grafik 4.1. Profil Biografis Guru Bimbingan dan Konseling di Kota

Bima Berdasarkan Usia ... 64 Grafik 4.2. Profil biografis Guru Bimbingan dan Konseling di Kota Bima

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64 Grafik 4.3. Profil Biografis Guru Bimbingan dan Konseling di Kota

Bima Berdasarkan Masa Kerja ... 65 Grafik 4.4. Profil biografis guru bimbingan dan konseling di Kota

Bima Berdasarkan Frekuensi Mengikuti Diklat ... 66 Grafik 4.5. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di

Kota Bima Secara keseluruhan ... 67 Grafik 4.6. Profil Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Hlm. Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Melakukan Penelitian, Studi

Lapangan/Observasi dari Pascasarjana UPI ... 141

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol. Kota Bima ... 142

Lampiran 3. Rekomendasi Penelitian dari Bappeda Kota Bima ... 143

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 144

Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Angket ... 145

Lampiran 6. Data Hasil Angket Kinerja dan Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling ... 160

Lampiran 7. Data Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling 184

Lampiran 8. Data Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling ... 203

Lampiran 9. Kategorisasi Profil Kinerja Profesional dan Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling... 203

Lampiran 10.Statistik Deskriptif Data Kinerja Profesional secara Keseluruhan... 208

Lampiran 11.Statistik Deskriptif Data Kinerja Profesional Indikator 1 . 211 Lampiran 12.Statistik Deskriptif Data Kinerja Profesional Indikator 2 . 214 Lampiran 13.Statistik Deskriptif Data Kinerja Profesional Indikator 3 . 216 Lampiran 14.Statistik Deskriptif Data Kinerja Profesional Indikator 4 . 218 Lampiran 15.Statistik Deskriptif Data Kualitas Pribadi secara Keseluruhan... 220

Lampiran 16.Statistik Deskriptif Data Kualitas Pribadi Indikator 1 ... 222


(17)

Lampiran 18.Statistik Deskriptif Data Kualitas Pribadi Indikator 3 ... 226

Lampiran 19.Statistik Deskriptif Data Kualitas Pribadi Indikator 4 ... 228

Lampiran 20.Statistik Deskriptif Data Kualitas Pribadi Indikator 5 ... 230

Lampiran 21.Statistik Deskriptif Data Kualitas Pribadi Indikator 6 ... 232

Lampiran 22. Statistik Deskriptif Data Kualitas Pribadi Indikator 7 ... 234

Lampiran 23. Statistik Deskriptif Data Kualitas Pribadi Indikator 8 ... 236

Lampiran 24. Hasil Uji Anova Satu Jalur Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling ... 238

Lampiran 25.Hasil Uji Anova Satu Jalur Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling ... 245


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaswara, fasilitator dan instruktur (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 6). Dalam kesejajaran posisi ini, konselor memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting pelayanan spesifik yang satu dan yang lainnya mengandung kekhasan dan perbedaan (Depdiknas, 2008, hlm. 135). Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 (2008, hlm. 23) tentang Guru, tenaga pendidik di bidang bimbingan dan konseling disebut dengan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 111, (2014, hlm. 1) menyatakan Guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan memiliki kompetensi di bidang bimbingan dan konseling, sedangkan Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling atau konselor.

Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari keseluruhan program pendidikan, memiliki peran yang sangat strategis untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, berpengaruh pada pergeseran paradigma pembelajaran maupun pendidikan secara lebih luas. Keberadaan guru bimbingan dan konseling atau Konselor sekolah hari ini adalah penting untuk keberhasilan peserta didik secara komperehensif. Suherman (2014, hlm. 127) menjelaskan terkait hal ini, dituntut adanya upaya peningkatan profesionalisasi guru bimbingan dan konseling yang merujuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kriteria standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.


(19)

2 Guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah hari ini dihadapkan dengan perubahan lingkungan dalam hal peran, tanggung jawab, peserta didik, masalah administrasi, peluang serta tantangan pendidikan ke depan. Steve F. Bain, (2014, hlm. 1) menyatakan bahwa konselor sekolah hari ini harus menjawab dengan deskripsi pekerjaan yang jauh lebih rumit. Dengan perubahan yang konstan dalam masyarakat dunia, maka harapan dan persepsi individu terhadap layanan bimbingan dan konseling telah berubah dari waktu ke waktu. Keberadaan guru bimbingan dan konseling atau konselor tidak hanya dibutuhkan oleh lingkungan sekolah. The American School Counselor Association (ASCA), (2005. hlm. 21) menyatakan bahwa fungsi layanan bimbingan dan konseling sebagai layanan transformatif di sekolah, menuntut konselor sekolah muncul sebagai pemimpin pendidikan dalam merubah paradigma pendidikan dan kerangka kerja serta posisi konselor sekolah berada di garis depan bagi perbaikan sekolah dan prestasi peserta didik.

Peningkatan mutu pendidikan secara umum dan layanan bimbingan dan konseling secara khusus merupakan hal amat penting. Dalam hal ini berbagai informasi diperlukan untuk menjamin bahwa layanan bimbingan dan konseling telah dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntabel. Inilah yang mendasari diperlukannya informasi normal maupun nonformal, salah satunya lewat penelitian untuk melaporkan kinerja guru bimbingan dan konseling yang memiliki posisi strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tuntutan terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling yang profesional saat ini semakin mengemuka.

The American School Counselor Association (ASCA), (2011, hlm. 3) menjelaskan bahwa guru bimbingan dan konseling atau konselor yang telah disebut profesional adalah yang telah memiliki sertifikat atau berlisensi di sekolah dengan kualifikasi dan keterampilan untuk mengatasi masalah semua peserta didik yang unik dan bertanggungjawab dalam membantu peserta didik di bidang prestasi akademik, pengembangan pribadi, sosial dan pengembangan karir. Selanjutnya Permendiknas No. 27 (2008, hlm. 2) menjelaskan bahwa konselor profesional adalah yang telah mendapat sertifikat profesi bimbingan dan konseling


(20)

3 dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons. Dalam hal ini pendidikan konselor berlangsung pada dua tahap. Tahap pertama ialah pembentukan kompetensi akademik konselor, yaitu proses pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang bimbingan dan konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang bimbingan dan konseling. Tahap kedua, pembentukan kompetensi profesional sebagai proses penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling atau konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan.

Baswedan, Anis (2015, hlm. 1) menyatakan bahwa kinerja guru perlu sejalan dengan kompetensi guru, sertifikasi guru dan penghargaan yang diberikan kepada guru. Dalam mendorong kinerja guru, bahwa penilaian kinerja dan kompetensi guru harus menjadi syarat pemberian tunjangan profesi. Pemberian penghargaan kepada guru bimbingan dan konseling atau konselor telah diberikan oleh pemerintah. Namun demikian, pendapatan yang besar itu sering kali tidak dibarengi dengan kinerja yang baik serta peningkatan layanan bimbingan dan konseling. Hal ini sejalan dengan Kartadinata, Sunaryo (2014, hlm. 21) menyatakan bahwa pemberian tunjangan dari pemerintah baru mengurangi sebagian beban ekonomi guru, tetapi belum diikuti dengan peningkatan prestasi. Hal ini menandakan bahwa peningkatan mutu tidak hanya berkaitan dengan penyediaan anggaran, dan salah satu yang menentukan adalah kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor itu sendiri.

Yolanda D. Johnson & Sonia E. Dinnall, (2009, hlm. 5) menjelaskan bahwa kompleksitas masalah yang dialami oleh peserta didik saat ini, dibutuhkan kualitas guru bimbingan dan konseling yang mumpuni. Menurut Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, (2012, hlm. 37) menjelaskan bahwa di antara kualitas penting guru bimbingan dan konseling adalah kualitas pribadi dan ini akan menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan teraupetik atau konseling. Glading,


(21)

4 (2012, hlm. 41) menjelaskan bahwa seiring dengan tuntutan untuk menjadi konselor efektif, maka salah satu komponen penting adalah kualitas kepribadian guru bimbingan dan konseling. Johnson C.D, (2005, hlm. 3) menjelaskan bahwa elemen dasar yang kuat akan menggambarkan hasil yang diinginkan, maka diperlukan kontribusi guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memiliki kualitas kepribadian. Hal ini menandakan bahwa konselor yang memiliki kepribadian berkualitas, akan merasa nyaman bekerja dalam lingkungan konseling karena latar belakang minat dan kemampuannya.

Kinerja profesional guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling juga sangat berbeda antara satu dengan lainnya, begitu juga dalam kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor. Ditilik dari sifatnya, perbedaan kinerja profesional dan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor itu disebabkan oleh karakteristik biografis guru bimbingan dan konseling atau konselor itu sendiri yang meliputi usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan. Perbedaan ini tercermin dari kemampuan dan cara berpikir guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam mengimplementasikan seluruh pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dan pengaruh lingkungan yang mendukung sehingga menimbulkan reaksi afektifnya berbeda satu sama lain.

Persoalan dan keluhan tentang pelayanan yang diberikan guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah masih banyak dilontarkan, meskipun keberadaannya telah memberikan kontribusi positif bagi pencapaian perkembangan diri peserta didik melalui intervensi pendidikan di sekolah. Keluhan atau kritikan tersebut mengarah pada kurangnya profesionalisme konselor dalam menjalankan tugasnya. Salah satu hal yang ditenggarai sebagai penyebab yang menentukan itu adalah rendahnya kompetensi mereka. Persepsi ini berasal dari peserta didik dan masyarakat penerima layanan bimbingan dan konseling. Richard A. Wantz & Michael Firmin, (2014, hlm. 71) menegaskan bahwa persepsi siswa tentang penyedia layanan bimbingan dan konseling dapat dipengaruhi oleh berbagai sosialisasi hasil penelitian, perilaku yang tampak dan biasanya menerima informasi atau pengaruh dari berbagai sumber yang aktif


(22)

5 mencoba untuk membentuk persepsi mereka tentang nilai pelayanan dan sebagai salah satu ragam eksistensi konselor semakin terkuatkan.

Berdasarkan data dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP) kemendikbud, sebanyak 1.611.251 guru hanya memperoleh rata-rata nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) sebesar 47. Dari jumlah tersebut, sebanyak 88% di Kabupaten atau Kota di luar pulau Jawa nilai dibawah 47 (Syawal Gultom, 2015, hlm. 1). Selanjutnya analisis hasil Ujian Kompetensi Awal (UKA) calon guru sertifikasi 2012 yang digelar kementerian pendidikan, diperoleh data kemampuan guru-guru di daerah NTB masih berada di bawah rata-rata nasional. Data ini diperkuat oleh hasil penelitian Darwis, HAR. (2014, hlm. 67) tentang pelayanan publik oleh guru pada bidang pendidikan di Kota Bima, diperoleh hasil yang belum memuaskan. Dalam hal ini mengandung arti bahwa bila kompetensi guru tidak memenuhi standar yang ada, maka layanan pendidikan yang baik tidak akan terwujud.

Beberapa penelitian terkait dengan penampilan konselor di sekolah menunjukkan perilaku yang kurang profesional. Penelitian terhadap guru bimbingan dan konseling atau konselor di Kota Bima oleh Nurhayati (2008, hlm. 94) tentang pemahaman konsep dasar konselor, menyatakan bahwa pemahaman konselor umumnya atau rata-rata 69,48% baik, pada aspek pemahaman keterampilan konseling dinyatakan cukup (53,22%), sedangkan pada kemampuan guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam mengaplikasikan layanan bimbingan dan konseling tergolong pada kategori baik, yaitu rata-rata 68,70%. Pada aspek karakteristik pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor di Kota Bima juga memiliki nilai yang rendah dengan presentase 54.23%.

Selain itu dalam konteks kinerja profesional konselor, Hajati (2010, hlm. 105) menyatakan bahwa 86 % konselor memperoleh skor tes dalam kategori kurang, dan tidak satu pun mencapai skor sedang maupun tinggi. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor pada SMA Negeri di wilayah Jakarta Timur kurang menguasai kompetensi teoritik pada keseluruhan rumpun kompetensi, yang seharusnya mereka kuasai secara memadai sebagai landasan pijak


(23)

6 penyelenggaraan bimbingan dan konseling profesional di sekolah. Dari uji kompetensi terhadap keseluruhan pendidik tersebut, dapat diinformasikan bahwa kompetensi yang ditunjukkan oleh guru bimbingan dan konseling tersebut paling rendah di antara guru-guru lain (guru mata pelajaran ).

Penelitian oleh Abdul Rahman, Malek, et al. (2014, hlm. 8) untuk mengetahui tingkat kompetensi konselor di sekolah menengah di Negara Perak, Malaysia, menjelaskan bahwa tingkat kompetensi konselor sekolah menengah secara keseluruhan berada dalam tingkat sedang dengan persentase 64,16 persen. Lebih lanjut menurut Hajati (2010) menjelaskan hasil uji kompetensi konselor di wilayah DKI Jakarta, dari 385 responden, kepemilikan keseluruhan rumpun kompetensinya: 2% sangat baik (A), 9% baik (B), 47% sedang (C), 38% kurang (D), dan 4% sangat kurang (E). Lebih lanjut diinformasikan, bahwa kompetensi yang ditunjukkan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor tersebut paling rendah di antara guru-guru lain. Penelitian itu merekomendasikan pentingnya program pembinaan terhadap guru bimbingan dan konseling atau konselor. Hal ini dilakukan sebagai upaya pembinaan terhadap pengembangan kompetensi dan tindak lanjut pasca uji kompetensi guru bimbingan dan konseling atau konselor yang telah dilakukan untuk diterapkan dalam upaya pengembangan kompetensi konselor lebih lanjut.

Para ahli sepakat bahwa di antara elemen dasar dari kesuksesan penyelengaraan bimbingan dan konseling adalah terletak pada karakteristik pribadi dan profesional guru bimbingan dan konseling atau konselor. Akan tetapi sudahkah guru bimbingan dan konseling atau konselor memiliki kinerja yang baik dan kualitas pribadi sebagaimana yang dituntut oleh dunia pendidikan sekarang. Terkait situasi pendidikan nasional saat ini bahwa keberhasilan pendidikan bukan hanya tergantung pada sistem yang dibangun, tapi yang penting adalah pada kualitas guru. Dalam harian Kompas, Mendikbud Baswedan, Anis (2014, hlm. 10) menjelaskan bahwa tidak ada kurikulum yang sempurna, tetapi jika dilaksanakan oleh guru yang memiliki pribadi yang berkualitas, hasilnya pasti positif bagi peserta didik.


(24)

7 Upaya peningkatan kompetensi guru di propinsi NTB telah dicanangkan di Kota Bima tahun 2013 sebagai tahun kebangkitan pendidik dan tenaga kependidikan (PTK). Dalam Sumbawa Barat post Kasim, Musliar (2013. hlm. 1) menekankan kepada para guru di Kota Bima untuk terus berupaya meningkatkan kompetensinya. Hal ini mempertimbangkan kondisi kualitas guru di Kota Bima dan NTB pada umumnya masih berada dibawah standar nasional sebesar 42,25. Sementara nilai rata-rata guru di Provinsi NTB 39,9 dan nilai rata rata pengawas pendidikan masih di bawah standar yakni 32,58. Hal ini dapat dijelaskan, dengan melihat hasil uji kompetensi guru itu bisa disimpulkan bahwa kemampuan kompetensi guru dan pengawas pendidikan di NTB masih jauh di bawah kompetensi profesionalisme guru (Laporan LPMP NTB. 2013).

Keterandalan guru bimbingan dan konseling atau konselor menjadi penting bagi profesi, karena secara langsung terkait dengan perolehan kepercayaan publik (public trust) maupun akuntabilitas. Sehingga dengan demikian profesi ini semakin diakui tidak hanya sampai pada tataran kebijakan legalitas formal, tetapi sampai pada tataran praksis yakni pemanfaatan keberadaannya. Oleh karena itu, intervensi yang ditujukan untuk mengembangkan profesionalitas konselor disamping dilakukan melalui pendidikan prajabatan, juga penting dilakukan dalam jabatan yang diselenggarakan secara kontinu. Terlepas dari ekspektasi semua orang terhadap kualitas guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memiliki kepribadian mumpuni, sebenarnya bahwa guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah manusia biasa yang juga mengalami kesulitan yang sama seperti yang dialami oleh peserta didik di sekolah.

Karakteristik biografis seperti umur, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah beberapa perbedaan yang nyata pada para guru bimbingan dan konseling. Dalam penelitian ini peneliti akan melihat faktor-faktor yang mudah dibedakan dan telah tersedia data yang dapat diperoleh pada kebanyakan bagian karakteristik dan file-file guru bimbingan dan konseling di Kota Bima. Robbin S. Stephen dan Judge, Timoty (2015, hlm. 28) menyatakan bahwa variasi dalam karakteristik level permukaan mungkin menjadi dasar diskriminasi terhadap kelas-kelas


(25)

8 pekerja, sehingga layak untuk mengetahui seberapa erat kaitannya terhadap pentingnya hasil kerja. Dalam hal ini faktor biografis merupakan bagian yang memberikan warna dan perbedaan pada guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. Perdebatan tentang personil bimbingan dan konseling saat ini masih terus mengemuka, apakah usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan yang diperoleh guru bimbingan dan konseling atau konselor erat kaitannya dengan kualitas pribadi dan kinerja profesional.

Dari paparan di atas tampak dengan jelas tentang pentingnya pelayanan yang maksimal dalam memenuhi tugas perkembangan peserta didik, semakin menuntut guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk menunjukkan kinerja profesionalnya. Guru bimbingan dan konseling atau konselor sebagai penentu dan ujung tombak keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, maka peneliti ingin mengeksplorasi kinerja profesional guru bimbingan dan konseling atau konselor dilihat dari kualitas pribadi dan faktor biografisnya. Karakteristik biografis guru bimbingan dan konseling diekstraksi dari segi usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan yang diperoleh. Hasil eksplorasi akan menjadi acuan bagi para pengembangan program pembinaan guru bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhannya secara tepat. Sehingga kebijakan pemerintah, organisasi profesi dapat merencanakan upaya peningkatan kompetensi guru bimbingan dan konseling atau konselor terrencana dengan baik dan berimbas pada pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik dan masyarakat secara maksimal.

1.2.Rumusan Masalah

Kinerja profesional guru bimbingan dan konseling atau konselor saat ini merupakan hal yang menjadi prioritas program pemerintah bagi peningkatan kualitas pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Kinerja guru bimbingan dan konseling telah diatur dalam kompetensi utuh konselor sekolah profesional. Terkait dengan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling


(26)

9 atau konselor mengacu pada aspek melaksanakan konseling yang memandirikan. Salah satu penentu keberhasilan guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah adalah kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling itu sendiri.

Dari uraian masalah di atas, teridentifikasi bahwa kinerja profesional dan kualitas pribadi yang ditampilkan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor saat ini agak mengecewakan. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilfiandra (2006) dan Furqon, et al. (2001) tentang kinerja profesional konselor sekolah mengimplikasikan urgensi pembinaan para konselor sekolah di lapangan untuk dapat meningkatkan profesionalisme mereka. Penelitian ilfiandra menemukan bahwa 64% kinerja guru bimbingan dan konseling tidak memuaskan, sedangkan Furqon menemukan lebih dari 48% dari seluruh kelompok yang dinilai secara independen menunjukkan tingkat keefektifan yang rendah. Jika mutu kinerja guru bimbingan dan konseling tidak ditingkatkan, dikhawatirkan citra profesi konselor sekolah semakin sulit ditingkatkan (Nurhudaya, 2012, hlm. 5).

Penampilan guru bimbingan dan konseling atau konselor dilatarbelakangi oleh banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah faktor biografis dalam aspek usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan yang selalu melekat dalam karakteristik guru bimbingan dan konsleing. Tuntutan terhadap pencapaian kinerja profesional yang memenuhi standar dengan kegiatan Uji Kompetensi Guru setiap tahun, pemberhentian pemberian tunjangan dan kesejahteraan bagi guru bimbingan dan konseling atau konselor dan diberikan sanksi pensiunan dini bagi guru bimbingan dan konseling atau konselor yang tidak mampu meningkatkan kinerjanya sesuai tahapan yang diberikan. Hal ini akan menambah kekhawatiran guru bimbingan dan konseling atau konselor di lapangan. Kondisi seperti ini perlu dilakukan upaya penelitian dalam memahami kondisi nyata yang dialami oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.


(27)

10 Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

1.2.1. Seperti apakah profil biografis guru bimbingan dan konseling di Kota Bima?

1.2.2. Seperti apakah profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di Kota Bima?

1.2.3. Seperti apakah profil kinerja profesional guru bimbingan dan konseling di Kota Bima?

1.2.4. Apakah terdapat hubungan antara kinerja profesional dengan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di Kota Bima?

1.2.5. Apakah terdapat hubungan antara kinerja profesional dengan faktor biografis guru bimbingan dan konseling di Kota Bima?

1.2.6. Apakah terdapat hubungan antara kualitas pribadi dengan faktor biografis guru bimbingan dan konseling di Kota Bima?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1.3.1. Profil biografis guru bimbingan dan konseling di Kota Bima. 1.3.2. Profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di Kota Bima. 1.3.3. Profil kinerja profesional guru bimbingan dan konseling di Kota Bima. 1.3.4. Hubungan antara kinerja profesional dengan kualitas pribadi guru

bimbingan dan konseling di Kota Bima.

1.3.5. Hubungan antara kinerja profesional dengan faktor biografis guru bimbingan dan konseling di Kota Bima.

1.3.6. Hubungan antara kualitas pribadi dengan faktor biografis guru bimbingan dan konseling di Kota Bima.


(28)

11 1.4.Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :

1.4.1.Manfaat Secara Teoritis

1.4.1.1. Memberikan wawasan keilmuan tentang gambaran kinerja profesional guru bimbingan dan konseling dilihat dari kualitas pribadi dan faktor biografisnya yang berkenaan dengan aspek usia, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan dan pelatihan di Kota Bima. 1.4.1.2. Memberikan informasi tentang hubungan antara kinerja profesional

dengan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dan faktor biografis dalam aspek usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan guru bimbingan dan konseling di Kota Bima.

1.4.1.3. Memberikan gambaran kompetensi yang harus dipenuhi dalam merancang program pembinaan bagi guru bimbingan dan konseling di Kota Bima.

1.4.2.Manfaat Secara Praktis.

1.4.2.1. Bagi guru bimbingan dan konseling dapat mengetahui gambaran kinerja profesional, kualitas pribadi berdasarkan karakteristik biografisnya untuk mendapatkan program pembinaan bagi guru bimbingan dan konseling di Kota Bima.

1.4.2.2. Bagi pemerintah dan organisasi profesi untuk menindaklanjuti hasil penelitian bagi perencanaan kegiatan peningkatan kualitas pribadi dan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling atau konselor di Kota Bima.

1.4.2.3. Bagi sekolah agar dapat merancang program peningkatan kinerja profesional dan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling pada masing-masing satuan pendidikan dalam melaksanakan layanan yang maksimal kepada konseli.


(29)

12 1.5.Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Berikut adalah penjelasan mengenai pembagian lima bab tersebut:

1.5.1. Bab I merupakan bagian pendahuluan yang akan memuat hal-hal mengenai latar belakang penelitian, Identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang meliputi dari segi teori, kebijakan, praktik, isu serta tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

1.5.2. Bab II merupakan bagian kajian pustaka yang akan menjelaskan kajian teori mengenai kinerja profesional guru bimbingan dan konseling, kualitas pribadi dan karakteristik biografis guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah yang berkenaan dengan aspek usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan yang melekat. Selanjutnya adalah kajian tentang kinerja profesional guru bimbingan dan konseling dilihat dari kualitas pribadi dan faktor biografis secara komperehensif.

1.5.3. Bab III merupakan bagian yang menjelaskan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, partisipan, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

1.5.4. Bab IV merupakan bagian temuan dan pembahasan yang meliputi penjelasan mengenai temuan penelitian berdasarkan hasil penelitian, pengolahan, dan evaluasi, serta pembahasan temuan penelitian dilakukan secara tematik untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

1.5.5. Bab V merupakan bagian simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang bisa diberikan kepada guru bimbingan dan konseling atau konselor di Kota Bima berdasarkan profil yang telah diungkapkan secara lengkap. Secara berurutan akan disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.


(30)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab tiga berisi penjelasan mengenai metodologi penelitian. Bab ini memuat enam hal utama yaitu; pertama desain penelitian, kedua partisipan penelitian, ketiga populasi dan sampel penelitian, keempat instrumen penelitian, kelima Prosedur penelitian dan keenam analisa data.

3.1. Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan bentuk desain korelasional. Pada penelitian korelasional ini menyediakan sebuah kesempatan untuk menjelaskan hubungan antara variabel. Dalam rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan uji statistik korelasi untuk menggambarkan dan mengukur derajat asosiasi (atau hubungan) antara dua atau lebih variabel. Dalam desain ini, para peneliti tidak berusaha untuk mengontrol atau memanipulasi variabel seperti dalam percobaan, melainkan mereka berhubungan, dengan menggunakan statistik korelasi, dua atau lebih skor untuk masing-masing individu (Creswell, 2008 hlm. 338).

3.2.Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian adalah seluruh guru bimbingan dan konseling yang ada di Kota Bima dengan karakteristik guru bimbingan dan konseling yang memiliki latar belakang pendidikan apapun yang mendapat penugasan dari pihak sekolah, guru bimbingan dan konseling dengan status kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun honorer, telah memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun, guru bimbingan dan konseling yang sudah bersertifikasi atau belum dan guru bimbingan dan konseling yang telah atau belum mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Partisipan ini akan digambarkan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling dilihat dari kualitas pribadi dan faktor biografisnya yang menyangkut aspek usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan atau seminar yang telah diikuti sesuai dengan profesi bimbingan dan konseling.


(31)

47 3.3.Populasi dan Sampel Penelitian

Creswell (2012, hlm. 142) menjelaskan makna populasi adalah sekelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kinerja profesional, kualitas pribadi dan faktor biografis seluruh guru bimbingan dan konseling yang tersebar di sekolah menengah (SMP/Madrasah Tsyanawiyyah dan SMA/SMK/MA) di Kota Bima. Sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik sampel jenuh (saturation sample), yaitu keseluruhan dari populasi adalah sampel. Sehingga sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 132 guru bimbingan dan konseling, termasuk karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing guru bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan kinerja profesionalnya, kualitas pribadi dan faktor biografisnya. Dalam hal ini adalah karakteristik pembeda yang sama yang dapat diidentifikasi dan diteliti oleh peneliti.

3.4.Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat konsep yang perlu dijelaskan secara operasional, yaitu kualitas pribadi dan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling.

3.4.1.Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu dari kata performance. Kata performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Performance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau prestasi kerja. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, hlm: 570), kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja.

Adapun pendapat ahli tentang kinerja, seperti yang dijelaskan Lembaga Adminitrasi Negara (1993, hlm: 3) menyebut kinerja adalah gambaran tentang tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran. Wibowo (2014, hlm: 70) kinerja dipandang sebagai proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja merupakan suatu proses tentang bagaimana pekerjaan


(32)

48 berlangsung untuk mencapai hasil kerja dan hasil pekerjaan itu sendiri adalah kinerja.

Mangkunegara (2012, hlm: 64) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Rivai (dalam Barnawi dan Arifin, 2012, hlm: 12) kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran, atau kriteria yang ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Barnawi dan Arifin (2012, hlm: 13) kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan organisasi.

Kegiatan bimbingan dan konseling adalah kegiatan profesional, karena itu harus dilakukan oleh tenaga ahli profesional. Kinerja profesional konselor sekolah mengacu kepada sejumlah perilaku nyata yang ditunjukkan pada saat konselor sekolah melakukan tugas-tugas profesional sebagai sesuai dengan indikator yang ditetapkan di dalam Standar. Dalam hal ini, maka kinerja profesional adalah kemampuan seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling melalui upaya menfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal. Kinerja profesional guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi utuh konselor.

Secara terinci dalam Departemen Pendidikan Nasional (2008; hlm. 267-270) memberikan deskripsi kompetensi utuh konselor dikemukakan sebagai berikut: (1) memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani, (2) mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli, (3) menguasai landasan teoretik bimbingan dan konseling, (4) menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (5) mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan.


(33)

49 Berdasarkan variabel dalam penelitian ini tentang kinerja profesional, peneliti mengambil salah satu deskripsi kompetensi utuh konselor yang secara spesifik dapat melihat dan mengukur kinerja professional konselor tentang menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan dengan aspek-aspek deskripsi indikatornya adalah sebagai berikut: (1) Merancang program Bimbingan dan Konseling, (2) Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, (3) Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling, (4) Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli.

Adapun sub indikator aspek menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan berdasarkan indikator adalah sebagai berikut; (1) Merancang program Bimbingan dan Konseling dengan sub indikator; menganalisis kebutuhan konseli, menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan, menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling, merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling, (2) Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif dengan indikator; melaksanakan program bimbingan dan konseling, melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam layanan bimbingan dan konseling, memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli, mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling, (3) Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling dengan sub indikator; melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling, melakukan penyesuaian proses layanan bimbingan dan konseling, menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi layanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait dan menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling, dan (4) Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli dengan sub indikator; menguasai hakikat asesmen, memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling, menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan bimbingan dan


(34)

50 konseling, mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli, memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli, memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan, mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling, menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat dan menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen.

3.4.2.Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor

Pelayanan bimbingan dan konseling dikatakan profesional apabila dilakukan oleh seorang konselor yang berkualitas. Kualitas seorang konselor salah satunya dapat dinilai dari pribadinya. Guru bimbingan dan konseling atau konselor sebagai pribadi dengan berbagai macam konstelasi dan gambaran kepribadiannya, mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan kegiatan layanan bimbingan dan

konseling. Rollo May dalam bukunya “The art of Counseling” (2003, hlm. 166)

hal yang terpenting untuk menjadi konselor yang baik adalah kualitas pribadinya sendiri. Sedangkan Correy (1991, hlm.51) menyatakan bahwa alat yang paling penting untuk dipakai dalam pekerjaan seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi (yourself as a person) dan Carkhuff & Gladding, (2002 hlm: 40) bahwa keseluruhan dari kegiatan konseling berhubungan dengan keutuhan pribadi konselor.

May, Rollo (2003, hlm. 165) menyatakan bahwa kualitas pribadi adalah totalitas karakteristik yang dimiliki oleh konselor baik kualitas lahiriah maupun kualitas yang dapat dicapai dan diupayakan sampai batas-batas tertentu. Pengembangan kualitas akan terjadi sebagai konsekuensi dari pencerahan yang telah didapatkan oleh konselor, minat, dan ketertarikannya kepada orang lain. Sedangkan Gladding (2012 hlm: 40) kualitas pribadi konselor adalah bentuk tingkah laku yang mampu menjelaskan aspek-aspek dari kehidupan pribadi seseorang yang membuat dia cocok berperan sebagai seorang konselor.


(35)

51 Kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam penelitian ini adalah sejumlah karakteristik pribadi atau kriteria yang perlu dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor dalam memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Adapun yang menandakan konselor yang memiliki kualitas pribadi yang efektif sebagaimana dijelaskan Wilcox-Matthew, ottens dalam (Gladding, 2012 hlm: 41) adalah memiliki empati, mampu bersikap spontan, memiliki kepekaan terhadap orang lain dan kreatif. Shetzer dan Stone (1980 hlm: 96-102) karakteristik konselor yang berkualitas adalah seperti; sikap dan keyaninan, memiliki daya tarik, toleransi dan memiliki sikap humor.

Menurut Cavanagh & Levitov J E. (2002, hlm.125-146) mengemukakan bahwa kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut; (1) Pemahaman diri, (2) Kompetensi (Competence), (3) Memiliki kesehatan psikologis yang baik, (4) Dapat dipercaya (trustworthiness), (4) Jujur (honesty), (5) Kekuatan (strength), (6) Bersikap hangat, (7) Active responsivenes, (8) Sabar (Patience), (9). Kepekaan (Sensitivity), dan (10) Kesadaran Holistik (Holistic Awareness). Konselor yang memiliki kesadaran holistik cenderung menampilkan karakteristik sebagai berikut; (a) Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang kompleks, (b) Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan perlunya referal, dan (c) Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori. Menurut Brammer (dalam Awalya, 1995, hlm. 27) kualitas pribadi konselor mengarah pada efektifitas yang berwujud: empati (Emphaty), hangat dan penuh perhatian (warmth and caring), terbuka (openess), penghargaan secara positif (positive regard), dan kekonkritan dan kekhususan (concreteness and specifity).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan dari beberapa karakteristik kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah yang digunakan dalam penelitian ini dan dianggap memiliki kesamaan dalam satu


(36)

52 kesatuan makna dengan hal-hal sebagai berikut : (1) Empati (Empathic), (2) Keterbukaan diri (self-Disclousure), (3) Hangat dan penuh perhatian (warmth and caring) (4) Kekonkritan dan kekhususan (Concreteness and specifity), (5) Memiliki kompetensi (competency), (6) Penghargaan diri secara positif dan Respek (positive regard and respect), dan (7) Kesabaran (Patient), dan (b) Memiliki kejujuran (honesty).

3.4.3.Faktor Biografis Guru Bimbingan dan Konseling

Karakteristik-karakteristik biografis merupakan karakteristik perseorangan seperti usia, jenis kelamin, ras, dan masa jabatan serta pendidikan dan pelatihan yang diperoleh secara mudah dan objektif dari arsip pribadi seseorang. Adapun kajian biografis guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah dalam penelitian ini antara lain Usia, Jenis kelamin,masa kerja dan pendidikan dan latihan.

3.4.3.1. Usia

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014, hlm. 1538) menyebutkan usia adalah umur (lebih takzim). Sedangkan umur sendiri adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Sehingga yang dimaksud usia dalam penelitian ini adalah usia yang dimiliki oleh responden penelitian ketika mulai mengemban tugas sebagai guru bimbingan dan konseling sampai penelitian ini dilaksanakan dengan disebut usia produktif ketika guru bimbingan dan konseling masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.

3.4.3.2. Jenis kelamin

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014, hal. 579) jenis adalah yang mempunyai ciri (sifat, keturunan, dan sebagainya) yang khusus, sedangkan kelamin adalah (1) jodoh (laki-laki dan perempuan atau jantan dan betina); sepasang; (2) sifat jasmani atau rohani yang membedakan dua makhluk sebagai betina dan jantan atau wanita dan pria; (3) jenis laki-laki atau perempuan; genus. Adapun jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah responden yang mempunyai kelamin laki-laki atau perempuan dalam melaksanakan tugasnya


(37)

53 sebagai guru bimbingan dan konseling yang melekat dalam karakteristiknya dan memberi pengaruh dalam kegiatan pelayanannya.

3.4.3.3. Masa Kerja

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014, hlm. 880) mengartikan masa adalah waktu; ketika; saat. Sedangkan kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat). Adapun masa kerja adalah jangka waktu orang yang sudah bekerja (pada suatu kantor, badan, dan sebagainya); Sehingga masa kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jangka waktu responden sejak pertama kali diangkat sebagai tenaga honorer atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam posisi sebagai guru bimbingan dan konseling.

3.4.3.4. Pendidikan dan Pelatihan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014, hlm. 326) menjelaskan makna pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang bertujuan mengarahkan guru bimbingan dan konseling untuk menambah wawasan keilmuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menyelenggarakan kegiatan layanan bimbingan dan konsleing. penerapan keahlian tertentu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014, hlm. 774) menjelaskan makna pelatihan adalah proses, cara, perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan melatih. Sedangkan menurut Edwin B. Fillipo (dalam Kamil, Mustofa, 2012, hlm. 3) mengemukakan bahwa “Training is the act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing, a particular job”, mengandung arti bahwa pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan keetrampilan sesorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Lebih lanjut Nitisemito (dalam Sofia Hasanah, Dedeh, 2010, hlm. 45) menjelaskan makna pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan yang sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan.” Sejalan


(38)

54 dengan pendapat di atas Simamora (2003, hlm. 256) mengungkapkan: “Pelatihan adalah proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional”.

Basri, Hasan dan Rusdiana (2015, hlm. 27) menjelaskan perbedaan antara pendidikan dan pelatihan, bahwa kegiatan pendidikan lebih luas ruang lingkupnya, yaitu mencakup kognitif, afektif dan psikomotor serta dapat berlangsung sepanjang hayat, metode yang diberikan bersifat konvensional dan akhir kegiatan seseorang akan mendapatkan gelar. Sedangkan pelatihan memiliki lingkup yang terbatas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pada saat sekarang. Sedangkan pendidikan dan latihan dalam beberapa hal memiliki karakteristik yang sama yaitu: (1) pelatihan dan pendidikan sama-sama membuat seseorang belajar; (2) adanya transfer ilmu pengetahuan, keterampilan, dan informasi dari sumber kepada pelajar; (3) memerlukan sumber belajar, sarana prasarana yang mendukung; (4) bersifat dinamis, tidak statis; (5) memiliki tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas diri orang tersebut. Dalam hal ini pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang diikuti oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah dalam meningkatkan kompetensinya sebagai profesional.

3.5.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan instumen penelitian non tes yaitu angket yang diperuntukkan pada guru bimbingan dan konseling sebanyak 132 orang yang menjadi sasaran pengungkapan kinerja profesional dan kulitas pribadi guru bimbingan dan konseling yang dikaitkan dengan faktor biografisnya.

Instrumen ini ditujukan untuk mengungkap data kinerja profesional guru bimbingan dan konseling dan kualitas pribadi. Selain itu juga diungkapkan profil biografis guru bimbingan dan konseling yang terdiri dari karakteristik usia, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan dan pelatihan guru bimbingan dan konseling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala sikap Likert memiliki alternatif jawaban dengan bobot nilai kuantitatif 5, 4, 3, 2, 1 untuk lima


(39)

55 pilihan pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan negatif (Riduwan, 2010, hlm. 87).

Skala likert yang digunakan dimodifikasi oleh peneliti menjadi empat pilihan pernyataan dengan bobot nilai kuantitatif 4, 3, 2, 1 untuk empat pilihan pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4 untuk pernyataan negatif, hal ini dilakukan dengan alasan jika menggunakan lima pilihan pernyataan, dikhawatirkan terjadi kebiasan data karena guru bimbingan dan konseling cenderung memilih pilihan tengah untuk mencari aman dalam menjawab. Selain itu, dengan empat pilihan diharapkan hasil yang didapat menjadi lebih jelas respon guru bimbingan dan konseling terhadap pernyataan yang telah disusun.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup adalah jenis angket yang telah disediakan pilihan jawaban oleh peneliti (Arikunto, 2009: 129). Setiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor Empat Alternatif Respons

SS S KS TS

Positif (+) 4 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3 4

Pada instrumen ini, setiap item diasumsikan memiliki bobot 1 – 4, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban Sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban Kurang Sesuai (KS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau skor 3 pada pernyataan negatif.

d. Untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif atau 4 pada pernyataan negatif.


(40)

56 Angket tentang kinerja profesional guru bimbingan dan konseling terdiri dari 63 item pernyataan yang berasal dari 4 (empat) Indikator kinerja guru bimbingan dan konseling yang mengacu pada kompetensi konselor pada aspek menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan (Terlampir). Sedangkan angket tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling terdiri dari 92 pernyataan yang berasal dari 8 (delapan) indikator kualitas pribadi (terlampir).

Sebelum angket dijadikan instrumen yang dipergunakan dalam penelitian, terlebih dahulu diujicobakan pada guru bimbingan dan konseling. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.

a. Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketetapan mengukurnya benar (Ruseffendi, 2010, hlm. 148). Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas teoritik dan validitas empirik.

1) Validitas Teoritik

Validitas teoritik biasa juga disebut validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi merujuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan pertimbangan (judgment) teoritik atau logika (Suherman, 2003, hlm. 55). Pertimbangan teoritik berkaitan dengan validitas isi dan validitas muka. Validitas isi instrumen berarti ketepatan angket ditinjau dari segi konten termasuk kesesuaian pernyataan angket dengan indikator kinerja dan kualitas pribadi yang diungkap. Validitas muka atau validitas tampilan berkenaan dengan keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam pernyataan, sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain.


(41)

57 Validitas isi dan muka dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dan saran dari ahli (judgment) yang berkompeten. Dalam hal ini yang bertindak sebagai ahli adalah 2 orang dosen (satu orang dosen pembimbing dan satu dosen ahli pengukuran) dan teman-teman mahasiswa SPs Bimbingan dan Konseling.

Setelah angket dianalisis validitas teoritisnya, sehingga dapat dinyatakan sudah memenuhi validitas isi dan validitas muka, instrumen kemudian dilakukan uji coba. Tujuan dari uji coba adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa sekaligus memperoleh gambaran apakah butir-butir pernyataan angket tersebut dapat dipahami dengan baik oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor.

2) Validitas Empirik

Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini digunakan untuk menentukan apakah instrumen yang digunakan memiliki tingkat keandalan (validitas) atau tidak. Perhitungan validitas butir soal dari instrumen akan dilakukan dengan rumus korelasi Product Moment Pearson (Sugiyono, 2013, hlm. 225) yaitu:

� = � ∑ − ∑ ∑

√ � ∑ − ∑ � ∑ − ∑

Keterangan:

� = Koefisian korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑ = Jumlah skor per item

∑ = Jumlah skor total

∑ = Jumlah kuadrat skor per item

∑ = Jumlah kuadrat skor total


(42)

58 Menurut Arikunto (2009, hlm. 75) interpretasi klasifikasi koefisien validitas sebagai berikut:

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisian Validitas

Koefisien Validitas Interpretasi 0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup 0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

Setelah dilakukan uji coba instrumen angket kepada 30 orang, maka diperoleh hasil validasi instrumen kinerja profesional guru bimbingan dan konseling sebanyak 58 item dinyatakan valid (lebih rinci dilihat pada lampiran).

Sedangkan untuk variabel kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling, setelah dilakukan uji coba instrumen angket kepada 30 orang, maka diperoleh hasil validasi instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling sebanyak sebanyak 70 item dinyatakan valid (lebih rinci dilihat pada lampiran).

b. Reliabilitas Instrumen

Realibilitas instrumen merupakan ketetapan atau kekonsistenan alat evaluasi dalam menilai apa yang dinilainya. Dengan kata lain, suatu instrumen dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda (Arifin Z, 2009, hlm. 60). Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach (Sugiyono, 2013, hlm. 177) yaitu:

� =� −� −∑ ��

�� Keterangan:

� = Koefisien realibilitas tes

�� = Varians butir ke-i

�� = Varians skor total


(43)

59 Untuk menginterpretasikan klasifikasi koefisien reliabilitas, digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003, hlm. 89) sebagai berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Nilai �� Interpretasi

,9 ≤ � ≤ , Sangat Tinggi

,7 ≤ � < ,9 Tinggi

,4 ≤ � < ,7 Sedang

, ≤ � < ,4 Kurang

� < , Sangat Kurang

Berdasarakan hasil uji coba reabilitas item pernyataan kinerja profesional guru bimbingan dan konseling secara keseluruhan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010 diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0.945, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa jenis item pernyataan yang diujikan mempunyai reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian seluruh item merupakan pernyataan yang reliabel.

Sedangkan hasil uji coba reabilitas item pernyataan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling secara keseluruhan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010 diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0.953, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa jenis item pernyataan yang diujikan mempunyai reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian seluruh item merupakan pernyataan yang reliabel.

3.6.Prosedur Penelitian

Dalam rencana penelitian ini, peneliti mendeskripsikan secara detail prosedur-prosedur dalam melakukan kegiatan penelitian korelasional. Creswell (2008, hlm. 403-404) menyatakan bahwa terdapat 6 (enam) langkah yang digunakan sebagai prosedur penelitian korelasional, yaitu:


(1)

Application. Diakses dari: http://journal.unnes.ac.id/ sju/index.php/jbk/ article/viewFile/3180/2945.

Mangkunegara, (2008). Prilaku dan Budaya Organisasi. Penerbit. Refika Aditama. Bandung.

Mariani, (2013), Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai

Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling. Universitas Pendidikan

Indonesia. Diakses dari: http://repository.upi.edu /2797/4/S_PPB_0806041_Chapter1.pdf

Mason, & George, McMahon, (2009), Leadership Practices of School

Counselors. ASCA.

May, Rollo, (2008). Seni Konseling. Penerbit. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Meryick (1993). Developmental Guidance and Counseling. Educational Media Corporation.

Mulyasa, (2013). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Jadilah Guru

Profesional atau Tidak sama sekali). Remaja Rosadakarya. Bandung.

Muqodas, Idat. (2011). Efektifitas Model Service Quality untuk Meningkatkan

Kualitas Layanan Bimbingan dan Konseling. Tesis pada SPS UPI

Bandung. Tidak diterbitkan.

Musfah, Jejen, (2011). Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan

Sumber Belajar Teori dan Praktik. Penerbit Kencana Prenada Media

Group. Jakarta.

Nababan, HS, (2012). Pengaruh Usia Dan Masa Kerja Terhadap Kinerja Guru

Di SMP Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi.

UNIMED. Tidak diterbitkan. Diakses dari

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-24364-BAB%20V.pdf.

Nelson, Richard & Jones, (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Edisi Keempat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Nurhayati, (2008), Korelasi Antara Pemahaman Konsep Dasar Konselor Sekolah

Dengan Aplikasi Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri se-

Kota Bima. Skripsi. (Tidak diterbitkan) Kota Bima.

Nurhudaya, (2012). Model Penguatan Kompetensi Konselor dalam Bidang


(2)

Nurihsan, Juntika. (1993). Kualitas Hubungan Guru Pembimbing Dengan Siswa

Dalam Penyuluhan Dan Hubungan Dengan Perilaku Efektivitas Siswa.

Tesis pada PPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan. Bandung.

---, (2009) Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Penerbit. Refika Aditama. Bandung.

---., (1998), Bimbingan Komprehensif: Model Bimbingan dan Konseling di

Sekolah Menengah Umum. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Bandung.

---, (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Papalia, Danie E. & Feldman, Rut Duskin, (2012). Experience Human

Development. Edition 12. Book 2. Mic Graw Hill Education. Penerbit.

Salemba Humanika. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27. (2008).

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74. (2008). Guru. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 (2010),

Program Pendidikan Profesi Guru Bagi Guru Dalam Jabatan.

Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 (2010). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya. Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111, (2014). Tentang Bimbingan dan konseling pada pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah. Pedoman Bimbingan dan konseling. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101, (2000), Tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil Presiden

Republik Indonesia. Jakarta.

Prasetya, Berta E A, (2010). Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat

Self-Disclosure pada Mahasiswa di Salatiga. Skripsi. Diakses dari

http://bertapsychologycorner. blogspot.co.id /2010/12/pengaruh-jenis-kelamin-terhadap-tingkat.html.

Pring, R. (2004). Philosophy of education: Aims, theory, common sense and


(3)

Rahman, Malek, et al. (2014). Competency Level of the Counselor in Secondary

Schools in Malaysia. International Journal of Education and Research Vol.

2 No. 2 February 2014.

Rhonda L. Williams & Joseph D. Wehrman, (2010). Collaboration and Confidentiality: Not a Paradox but an Understanding Between Principals

and School Counselors.University of Colorado at Colorado Springs,

Colorado Springs, CO, USA. (Online) diakses dari eric.ed.gov.

Richard A. Wantz & Michael Firmin, (2014). Perceptions of Professional

Counselors: Survey of College Student Views. The Professional Counselor

Volume 1, Issue 1. NBCC, Inc. and Affiliates. (Online) diakses dari tpcjournal.nbcc.orgatauwp-contentatau2014atauPages-71-81.

Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistika.Penerbit. Penerbit Alfabeta. Bandung Robbins, Stephen S & Judge Timoty A. (2015). Perilaku Organisasi

(Organization Behavior) Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Robbins, S. (2006). Organization Behavior. Terjemahan: Benjamin Molan. Penerbit. Indeks Gramedia. Jakarta.

Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sa’abah & Marzuki Umar, (2001). Bagaimana Awet Muda dan Panjang Usia.

Jakarta: Gema Insani Press.

Sallis, (2002). Total quality management in education. Third edition. Sterling VA 20166–2012. USA.

Sally, Murpy, (2008). Edited by. Bradley T. Erfod. Professional training and

regulation in school counseling. Profesional School Counseling. A

handbook of Theories, Program & Practices. CAPS Press. United States

of America.

Sertifikasi Guru Melalui Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan, (2015). Buku 1

Pedoman Penetapan Peserta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta.

Simamora, Henry. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi III). STIE YKPN Jakarta.


(4)

Steve F. Bain (2011). School counselors: a review of contemporary issues.

Research in Higher Education Journal. Texas A & M

University-Kingsville. (Online) diakses dari www.aabri.comataurhej.html.

Stronge, James H., (2013). Kompetensi Guru Efektif. Edisi Kedua. PT. Indeks Jakarta.

Sudarsono, (2011). Kontribusi Masa Kerja, Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat),

Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Ibtida’iyah Negeri

(MIN) Di Kabupaten Jembrana. Jurnal.Vol.1 2011. Diakses pada:

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnalpendas/article/view. Sudarsono, Rene, (2015). Passion Withouth Creation is Nothing. Passion 2

Performance. PT. Gramedia. Jakarta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, R&D) . Bandung: Alfabeta.

Suherman, Uman, (2007). Kompetensi dan Aspek Etik Profesional Konselor Masa

Depan. (Online) Educationist No. I Vol. I Januari 2007. No ISSN : 1907 –

8838.

--- (2014). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Penerbit. Rizqi Press. Bandung.

Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA.Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika. FPMIPA UPI.

Sukartini, (2013). Editor Mamat Supriatna. Pribadi Konselor. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Orientasi dasar pengembangan Profesi

Konselor. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Supardi, (2013). Kinerja Guru. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Supriyono, R.A. (2006). Pengaruh Variabel Antara Komitmen Organisasi dan Partisipasi Penganggaran Terhadap Hubungan Usia dan Kinerja Manajer

di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Atmajaya,

diakses dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/61063145.pdf.

Surya, Mohamad, (2014). Psikologi Guru. Konsep dan Aplikasi dari Guru untuk Guru. Penerbit Alfabeta Bandung.


(5)

Suryadi, Ace, (2014). Pendidikan Indonesia Menuju 2025. Outlok:

Permasalahan, Tantangan dan Alternatif Kebijakan. Penerbit Remaja

Rosadakarya Bandung.

Tan Yew Huei, Nur, Mansor & Huam Hon Tat, (2014). Role of OCB and Demographic Factors in the Relationship of Motivation and Employee

Performance. Faculty of Management, Universiti Teknologi Malaysia

(Malaysia) –Online ISSN: 1697-9818 – Print ISSN: 2014-3214 diakses dari: http://dx.doi.org/10.3926/ic

Taylor, Linda dan Adelman, Howards (2010). Connection school, Families, and

Communities. ASCA. Profesional School Counselling. Online) diakses

dari smhp.psych.ucla.edu.

Tristram, Hooley, John Marriott and James P. Sampson, Jr (2011). Fostering college and career readiness: How career development activities in

schools impact on graduation rates and students’ life success.

International Centre for Guidance Studies (iCeGS), University of Derby,

Kedleston Road. (Online) diakses dari

www.derby.ac.uk/files/career_cruisingnew.pdf.

Trusty, Jerry & Duane Brown (2005 ). Advocacy Competencies for Professional

School Counselors. University of North Carolina–Chapel Hill. Online)

diakses dari

www.schoolcounselor-ca.orgatauadvocacyatauadvocacy%20competencies.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun (2003), Sistem Pendidikan

Nasional Indonesia. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun (2005). Tentang Guru dan

Dosen. Jakarta

Viviana Machorro & Tena S. Antonio (2014). Professional Identity of

Counselors in Mexico: A Commentary The Professional Counselor Volume

4, Issue 1, Pages 84–92. (Online) diakses dari

tpcjournal.nbcc.orgatauwp-contentatau...atau2014atau...atauPages-84-92-Demichelis-PDF by VD

Machorro.

Wayne R, Mondy (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 1. Edisi 1o. Penerbit. Erlangga. Jakarta.

Wibowo, (2014). Manajemen Kinerja. Edisi Keempat. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

William Ross & David Herrington, (2006). A Comparative study of pre-professional counselor atau principal perceptions of the role of the


(6)

Counselor in Public Schools. National Forum of Educational Administation And Supervision Journal-Electronic. Volume 23, Number 4e, 2005-2006.

Willis, Sofyan S. (2007), Konseling Individual Teori dan Praktek, Penerbit. Alfabeta Bandung.

Yusuf, Syamsu & Juntika, Nurihsan (2013). Landasan Bimbingan dan Konseling. Penerbit Remaja Rosadakarya Bandung.

Yolanda D. Johnson, Sonia E. Dinnall, (2009). Comprehensive School Counseling

Program Guide. Team Springfield Public Schools. USA. (Online) diakses