Wacana Tantangan Jenis-jenis Wacana Perintah Dalam Bahasa Jawa

3.4. Wacana Tantangan

Jenis wacana tantangan ini sebenarnya juga merupakan jenis wacana perintah, tetapi ada sedikit perbedaan. Dalam wacana tantangan ini di samping dimanfaatkan kata-kata yang berfungsi sebagai pemarkah perintah, tetapi digunakan kata-kata yang berisi suatu tantangan. Oleh karena itu, wacana yang seperti itu digolongkan sebagai wacana tantangan. Untuk jelasnya perhatikan wacana 4 berikut ini. 4 + Raden Koja, prayata kowe lan aku ora ana sing menangake peperangan iki. Mula yen kowe pancen lanang tenan, besuk tekaa ing papan kene menawa wis tekan ing wayah purnama katelu. Diterusake peperangan iki nganti sapa sejatine sing dadi patih kang tan ana sing ngalahake. Mula aja lali, tekaa ing papan kene.  Yah, kapan wae lan ing ngendi wae mesthi tak ladeni. + Raden Koja, ternyata kita ini tidak ada yang dapat memenangkan peperangan ini. Oleh karena itu, jika memang anda itu benar-benar laki-laki, besok datanglah di tempat ini jika sudah sampai pada bulan ketiga. Diteruskan peperangan ini sampai ada yang menjadi pemenang dan sebagai patih yang tanpa tanding. Maka dari itu, jangan lupa datanglah di tempat ini. ‘  Ya, kapan dan dimana saja, di mana saja, saya selalu siap. Berdasarkan wacana 4 di atas dapat dikatakan bahwa wacana 4 itu merupakan jenis wacana direktif yang berupa wacana tantangan. Hal itu dapat diketahui dengan adanya pemilihan unsur kalimat yang berarti perintah sekaligus tantangan, seperti mula yen kowe pancen lanang tenan, tekaa… Oleh karena itu, jika Anda benar-benar laki-laki datanglah… Dengan demikian, wacana 4 itu dapat digolongkan wacana yang berisi tantangan. Adapun pemarkah wacana tantangan itu berupa suatu bentuk perintah dengan persyaratan tertentu kepada mitra tuturnya. Persyaratan itu dapat ditemukan pada wacana 4 itu adalah yen kowe pancen lanang tenan jika Anda benar-benar laki-laki. Sebagai bentuk pemarkah perintah adalah afiks -a pada kata tekaa datang. Berdasarkan komponen tutur, wacana 4 dapat dianalisis sebagai berikut. 10 a Penutur: 1 Usia : sebaya 2 Watak : terbuka dan sombong 3 Aspirasi : postfiguratif 4 Status : sejajar b Mitra tutur: 1 Usia : sebaya 2 Status : sejajar c Maksud tutur : tantangan d Urutan tutur : ngoko e Hubungan : tidak akrab f Tempatsuasana : formal Selain itu wacana yang berisi tantangan juga dapat dilihat pada wacana 5 berikut ini. 5 + Iki Raden Wurkudara. Beja kemayangan aku bisa nyernakake kowe. Pancen kowe sembada, nanging aja kesusu gedhe sirahmu. Aku pinilih dadi Senopati Kurawa kanthi petung. Mula majua kowe Werkudara yen pancen Senopati Pendawa. Sirahmu bakal tak gludhungake ing pabaratan kene.  Inikah Raden Werkudara. Bernasib baik saya dapat menghabisi kamu. Memang kamu dapat diandalkan, tetapi jangan segera berbesar kepala. Saya jadi Senopati dari Kurawa dengan penuh perhitungan. Oleh karena itu, majulah kamu Werkudara jika memang kamu Senopati Pendawa. Kepalamu akan saya penggal di peperangan ini. + Apa sing tak wedeni. Tak antem sepisan ambyar gundhulmu.  Apa yang saya takuti. Saya pukul sekali hancur kepalamu. Jika diamati, wacana 5 itu sebagai wacana direktif yang berisi tantangan. Hal itu dapat diketahui dari unsur-unsur yang terdapat dari wacana tersebut. Sebagai pemarkah tantangan adalah penggunaan bentuk 11 perintah dengan ditambahi adanya persyaratan tertentu. Hal itu dapat dilihat pada kalimat ke 4 wacana 5 di atas yang berupa Mula majua kowe Werkudara, yen pancen kowe senopati Pandhawa Oleh karena itu, majulah kamu Werkudara, jika memang kamu senopati Pandhawa. Hal itu berarti penutur memerintah Werkudara dengan syarat jika memang Werkudara itu sebagai senopati dari Pndhawa. Dengan demikian, wacana 5 dapat dikategorikan sebagai jenis wacana tantangan. Berdasarkan komponen tutur, wacana 5 dapat dianalisis dengan hasil sebagai berikut. a Penutur: 1 Watak : kasar 2 Emosi : mudah marah 3 Aspirasi : - 4 Kemampuan bahasa : baik 5 Usia : sebaya b Mitra tutur: 1 Status : tinggi 2 Hubungan : tidak akrab c Maksud tutur : tantangan d Urutan tutur : ngoko e Tempatsuasana : formal

3.5. Wacana Bujukan