36
C. Kerangka Berfikir
Agar sebuah penelitin memiliki dasar yang kuat dan arah penelitian semakin jelas maka perlu dirumuskan kerangka berfikir penelitian. Pada
penelitian ini kerangka berfikir yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Pengembangan Bola Bersuara
Hambatan Perkembangan
Motorik Kesempatan Belajar
Gerak Terbatas Keterbatasan Sarana
Prasarana Penjas di YAKETUNIS Yogyakarta
Siswa Tunanetra di Yeketunis Yogakarta
Keterbatasan Penglihatan Bola Bersuara untuk
tunanetra masih sederhana
Pengembangan Bola Bersuara
Bola Bersuara yang BaruKesempatan Belajar Gerak
meningkat
Perkembangan Motorik Siswa Tunanetra Di Yaketunis Meningkat
37
Skema diatas menjelaskan bahwa siswa tunanetra adalah siswa yang memiliki keterbatasan penglihatan sehingga berdampak pada kesempatan
belajar gerak yang terbatas. Selain itu kesempatan belajar gerak pada siswa tunanetra di Yaketunis Yogjakarta juga terkendala oleh faktor sarana
pembelajaran penjas berupa bola bersuara masih sangat sederhana. Sehingga dengan dilakukannya pengembangan bola bersuara sebagai sarana
pembelajaran motorik bagi siswa tunanetra diharapkan dapat menambah sarana pembelajaran penjas dan kesempatan belajar gerak siswa tunanetra
semakin maksimal. Menurut T Sutjihati Somantri 2006: 67-68 Anak tunanetra
cenderung memiliki perkembangan motorik yang lebih lamban dari pada anak pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya koordinasi fungsional
dengan psikis, serta kesempatan yang diberikan kepada tunanetra untuk melakukan aktivitas gerak motorik. Anak tunanetra kurang memahami batas
wilayah ruang gerak, bahaya yang mungkin muncul, serta sulit untuk menirukan orang lain pada saat melakukan suatu aktivitas motor. Hambatan
penglihatan juga mempengaruhi perkembangan gerakan motorik terutama pada koordinasi tangan, koordinasi badan, serta cara berjalan.
Menurut Purwata hadi 2005: 53-58 bahwa keterbatasan yang dimiliki anak tunanetra sebagai hambatan penglihatan akan berdampak pula
pada perkembangan gerak serta orientasi dan mobilitas, hal ini karena anak tunanetra kurang nemiliki kesempatan untuk belajar Keterampilan bergerak
dan memperoleh pengelaman beragam.