Persyaratan Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran

16 b Kalau musim kemarau disiram agar rumput tidak mati c Dilarang utuk menggembala hewan. Hal ini menyebabkan kerusakan lapangan dan menjadikan banyak kotoran hewan. d Dilarang untuk dilewati semua kendaraan seperti untuk belajar setir mobil. 5 Perawatan fasilitas lapangan yang keras tidak berumput sebagai berikut: a Selalu dijaga kebersihannya, baik sampah atau benda-benda lain yang tidak diperlukan dalam lapangan tersebut. b Terhindar dari genangan air dan kotoran pasir atau tanah. Sebab jika sering tergenang air akan tumbuh lumut yang mengsbatkan licin, berbahaya bagi siswa. Begitu juga jika banyak pasir atau tanah. 6 Perawatan gedung olahraga Hall atau aula sebagai berikut: a Dijaga kebersihannya, baik sampah atau benda lainnya yang tidak diperlukan untuk hall atau aula tersebut. Untuk itu sering disapu dan dipel agar tetap bersih dan sehat b Siswa jika masuk untuk pelajaran senam dan bela diri supaya lepas alas kaki, untuk materi permainan boleh dan perlu menggunakan sepatu c Penerangan supaya cukup terang agar siswa dalam melakukan aktivitas atau kegiatan merasa nyaman. Pintu atau jendela tempat pergantian undara selalu berlangsung. Penulis menyimpulkan bahwa agar sarana dan prasarana dapat awet dan tahan lama maka perlu dilakukan perawatan sesuai dengan bahan dan jenisnya. Setiap sarana dan prasarana memiliki karakteristik yang berbeda, maka dalam perawatanya diperlukan cara yang berbeda. Perawatan sangat diperlukan agar sarana dan prasarana dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. 17

3. Anak Tunanetra

a. Pengertian Anak Tunanetra

Tuna berarti luka, rusak, kurang atau tidak memiliki, sedangkan netra berarti mata atau penglihatan. Jadi tunanetra berarti kondisi luka atau rusaknya matapenglihatan, sehingga mengakibatkan kurang atau tidak memiliki kemampuan penglihatan. Tunanetra pada hakikatnya adalah kondisi dari mata atau penglihatan yang karena suatu hal tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga mengalami keterbatasan dan atau ketidak mampuan melihat, Sari Rudiyanti, 2002: 22. Purwaka Hadi 2005: 35, menyampaikan bahwa tunanetra biasanya menempel pada subjek atau penderita, yaitu seseorang yang mengalami kerugian atau kerusakan mata. Hal senada juga disampaikan oleh Tin Suharsimi 2009:30, bahwa tunanetra merupakan suatu kondisi adanya kerusakan mata yang terjadi pada seseorang sehingga indera penglihatan sudah tidak dapat berfungsi lagi sebagai mana mestinya Menurut Tin Suharsimi 2009: 34 bahwa akibat dari hilangnya penglihatan pada tunanetra, mereka sering mempunyai pengertian yang tidak lengkap terhadap suatu objek. Hilangnya penglihatan pada tunanetra berakibat pada pengenalan dengan dunia luar harus melalui proses pengamatan yang dilakukan dengan indera lain, yaitu pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecap. Hal