tectorious Seroprevalensi Tuberkulosis pada Sapi Bali seebagaii Langkah Awal Monitoring Pencegahan Penyakit Zoonosis di Provinsi Bali.

43 permukaan atas sub phalanges memiliki 5 sisi yang tegas terlihat hamper menyerupai pyramid tumpul dengan hanya satu stigma tertinggal tepat di tengahnya. Gambar 1 A. P. tectorius varietas A: cephalium diameter 20-25 cm; dengan jumlah phalange 50-60; jumlah sub phalange 15-19; B. P. tectorius varietas B:cephalium diameter 15-20 cm; dengan jumlah phalange 35-45; sub phalange 7-9.

P. tectorious

varietas B Perawakan: tumbuh berumpun dan berkembang menjadi pohon kecil 2 -8 m. Kanopi tersebar. Akar nafas pada batang, permukaan akar berduri 2-14 cm diameter, panjang 1-1.5 m. Batang berduri dengan diameter 15-25 cm. Daun tunggal, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral, panjang 100-150 cm, lebar 5-6 cmbentuk melidah atau memata pedang, menjangat, ujung runcing dengan panjang lebih dari 15 cm, seluruh tepi daun berduri tajam, permukaan atas berwarna hijau, permukaan bawah hijau kekuningan. Bunga berumah satu, bunga jantan dan betina berada dalam satu pohon umumnya berumah dua. Bunga jantan berwarna putih, muncul beberapa perbungaan sekaligus 5-7 bunga dalam satu percabangan.Bunga jantan terletak di bawah bunga betina. Memiliki 9 bracts yang tersusun tiga tiga dalam lingkaran spirali; Perbungaan jantan memiliki tangkai perbungaan 4-5 cm, terdapat 4 bunga yang tersusun mengumpul tepat di tengah dengan bunga jantan yang menyebar sepanjang 15-20 cm rakis. Perbungaan betina semusim buah hanya 1 buah dan terminali atau berada di ujung perbungaan. Cephalium terlihat seperti buah nenas, bentuk bulat, diameter 20-25cm; tersusun atas kumpulan buahmajemuk phalanges, yangberisi sekitar 50-60 phalanges; setiap phalanges memiliki 15 -19 sub phalanges; berwarna hijau kekuningan saat matang tidak berwarna kuning atau merah seperti varietas umumnya dan padapermukaan atas sub phalanges memiliki 5 sisi yang tegas terlihat hamper menyerupai pyramid tumpul dengan hanya satu stigma tertinggal tepat di tengahnya. Varietas

P. tectorius

yang ditemukan di pulau Roswar ini memiliki kedekatan dengan varietas yang ada di kepulauan Samoa Thomson et al .,2006. Namun bunga jantan-nya sangat berbeda. Varietas Samoa memiliki bunga jantan yang tersusun raceme dengan bunga yang dipisahkan oleh braktea tidak terkumpul di bagian tengah dan buahnya memiliki sub phalange yang jauh lebih sedikit yakni 4-5. Varietas ini memiliki dua rumah artinya pohon jantan dan betina terpisah. A B 44 Gambar 2. Bunga Jantan yang telah kering Gambar 3.

P. tectorius

asal Samoa: A. Bunga jantan yang tersusun bertingkat dalam susunan raceme B. Buah dengan jumlah sub phalange 4-5. Tingkat Pertumbuhan Anakan

P. tectorius

di Pulau Roswar tumbuh di pantai juga bebatuan karang laut. Kedua verietas ini ditemukan hidup berdampingan sepanjang pantai Pasir Panas dan Pantai Waprak. Analisis statistik setelah 3 bulan pertumbuhan anakan menunjukan bahwa kedua varietas ini berbeda Sinaga et al. , 2012. Perbedaan dalam tingkat pertumbuhan ditemukan pada jumlah tunas, tinggi anakan dan jumlah daun. Rata-rata nilai Varietas A V2 selalu lebih tinggi dari d Varietas B V1, Gambar 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Tunas Gambar 4 . Pengaruh Perlakuan Media Tumbuh dan Varietas terhadap Jumlah Tunas

P.tectorius

A B 45 Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Anakan Pandan Gambar 5. Pengaruh Perlakuan Media Tumbuh dan Varietas terhadap Tinggi Anakan

P. tectorius

Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Daun Anakan Gambar 6. Pengaruh Perlakuan Media Tumbuh dan Varietas terhadap Jumlah Daun Anakan

P.tectorius

PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Tunas Data penelitian untuk biji tanpa perlakuan saja yang bisa dianalisis sebab data penelitian untuk biji dengan perlakuan banyak yang hilang data hilang mencapai 22 hal ini dikarenakan phalange yang 46 terbuka memudahkan semut untuk mengambil dan memakan lembaga biji. Keadaan yang sama berlaku untuk kedua variabel lainnya yakni tinggi anakan dan jumlah daun anakan. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Anova 2 arah, dimana Baris adalah 4 perlakuan dan kolom adalah 2 varietas yang diulangi masing-masing sebanyak 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah HO diterima untuk perlakuan media tumbuh tanah dalam arti bahwa perlakuan yang diberikan memiliki pengaruh yang sama. Hal ini ditunjukan oleh nilai F hitung yang lebih kecil dari F tabel 0,95 versus 2,92 Dengan demikian perlakuan media tanah tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas pandan, namun demikian varietas memperlihatkan pengaruh nyata. Nilai F hitung untuk varietas lebih besar dari F tabel 29.29 versus 2.92. Varietas A dan B memiliki pengaruh yang berbeda terhadap jumlah tunas

P.tectorius

yang dihasilkan Data disajikan dalam bentuk diagram batang dalam Gambar 4. Data menunjukkan bahwa jumlah tunas anakan tertinggi rata-rata dari ke-4 perlakuan dimiliki oleh

P. tectorius

Varietas A V1 yang secara fisik memiliki ukuran lebih besar baik dalam hal ukuran daun dan buah, namun khusus untuk ukuran tinggi pohon dan diameter batang relatif sama bagi kedua varietas. Jumlahnya dapat dilihat berkisar antara 6 hingga 9 dalam lima kali ulangan sedangkan varietas B V2 jumlah tunas berkisar antara 2 hingga 4 anakan tunas biji. Diduga jumlah biji per phalange

P. tectorius

Varietas B V2 boleh jadi sangat sedikit, kemungkinan 2 biji atau bahkan 1 biji. Terdapat juga perbedaan respon antara

P. tectorius

Varietas A dan B, dalam penelitian ini untuk jumlah anakan terbanyak pada

P. tectorius

Varietas A dihasilkan dari media tanah 100 atau P1, sementara itu untuk

P. tectorius

Varietas B dihasilkan dari media tanah P2 yakni 75:25 tanah-pasir. Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Anakan Pandan Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan media tanah tidak berpengaruh terhadap tinggi anakan

P. tectorius

. Nilai F hitung untuk media tumbuhtanah adalah 0.19 sementara itu nilai F tabelnya adalah 2,92. Respon yang berbeda ditunjukan oleh varietas yang memperlihatkan pengaruh nyata. Nilai F hitung untuk varietas adalah 6,53 sementara itu nilai F tabelnya adalah 2,92. Dengan demikian varietas A dan B memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tinggi anakan

P. tectorius

. Data disajikan dalam bentuk diagram batang dalam Gambar 5. Pada gambar 30 terlihat bahwa rata-rata tinggi tanaman

P. tectorius

lebih besar pada Varietas A dari pada varietas B. Walaupun untuk pohon dewasa keduanya memiliki tinggi yang relatif sama namun pada saat pertumbuhan selama 3 bulan pertama varitetas A jauh lebih pesat pertumbuhan tingginya. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Daun Anakan Data hasil penelitian yang diolah secara statistik menghasilkan Anova pada lampiran 1C. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan media tanah tidak berpengaruh terhadap jumlah daun anakan

P.tectorius

, dalam hal ini H0 diterima karena nilai F hitung adalah sebesar 0.47 lebih kecil dari nilai F tabel yaitu 2.92. Hal yang berbeda terjadi pada varietas, sebagaimana kedua variabel yang telah diuraikan lebih dahulu varietas juga memperlihatkan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Diterimanya H1 karena nilai F hitung adalah 12.71 lebih besar dari F tabel 2,92. Kedua varietas memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah daun anakan P.tectorius, disajikan dalam diagram batang pada Gambar 6. Hasil analisis data menunjukan bahwa

P. tectorius

dalam jumlah daun anakan lebih banyak yang dimiliki oleh varietas A dari pada varietas B. Perlakuan media tumbuh pada grafik batang Gambar 6 cenderung menghasilkan jumlah daun yang sama dalam setiap varietas jadi tidak ada berpengaruh nyata. 47 SIMPULAN Sekalipun hidup berdampingan varietas A dan varietas B tetaplah varietas yang berbeda, karakter morfologi dan tingkat pertumbuhan anakan menjadi bukti taksonominya. Perbedaan diantaranya diduga berkaitan dengan isolasi perkawinan yang mana masa penyerbukan dan perkawinan berlangsung dalam waktu yang berbeda. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada mereka yang terlibat dalam penelitian ini yaitu Yona Randongkir, Sofia B Kameray dan Merriana Asmuruf. Penelitian ini dilakukan atas sponsor Proyek Penelitian MP3EI 2012 karena itu ucapan terima kasih juga disampaikan pada Proyek MP3EI juga Pemda Kabupaten Teluk Wondama, Distrik Wondama dan Masyarakat Pulau Roswar. KEPUSTAKAAN Sinaga, N. I., M. E. C. Susanti, dan Y. Kaber. 2012. Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan melalui Budidaya Pandanus tectorius di Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawa sih, Kabupaten Teluk Wondama . Laporan Penelitian Tahun I MP3EI, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Papua, Manokwari tidak diterbitkan. Thomsom. L.A. J., L. Engelberger, L. Guarino, R. R. Thaman, and C. Elevitch. 2006. Pandanus tectorius . Species Profile for Pasific Island Agroforestry http:www.traditionaltree. org 48 STRUKTUR ANATOMI AKAR, BATANG DAN DAUN SERTA PENYEBARAN STOMATA DAN TRIKOMATA PADA Monochoria vaginalis Burm. F. Presl THE ANATOMICAL STRUCTURE OF ROOT, STEM DAN LEAF AS WELL AS THE DISTRIBUTION OF STOMATA AND TRICHOMA ON Monochoria vaginali s Burm. F Presl. Ni Putu Adriani Astiti Laboratorium Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi F MIPA UNUD. Email: adrianiastitiyahoo.co.id INTISARI Monochoria vaginalis Burm. F. Presl ada lah salah satu jenis gulma padi yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mengembangkan strategi pengendalian gulma ini diperlukan penelitian tentang anatomi, morfologi, fisiologi, dan ekologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur anatomi akar, batang dan daun dari M. vaginalis serta penyebaran stomata dan trikomatanya mengingat spesies ini mempunyai kecenderungan bersaing dalam hal penggunaan air, zat hara dan cahaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah freehand section, semi permanent dengan pewarnaan menggunakan safranin dalam alkohol 70 . Hasil penelitian menunjukkan stomata terdapat pada permukaan atas dan bawah daun amphystomatous dan juga tersebar pada batang. Stomata bertipe II, untuk Monocotyledoneae dengan sel penutup berbentuk ginjal dan dikelilingi oleh 2 sel tetangga dengan dinding pemisah yang searah dengan poros panjang stoma. Tipe ini hampir sama dengan tipe pa rasitic parallel celled untuk Dicotyledoneae. Trikomata merupakan trikoma non glanduler, unicellular dan mempunyai penyebaran pada daerah permukaan bawah daun dan pada batang. Pada akar tidak dijumpai adanya trikoma. Daun bertipe panikoid, dengan jaringan tiang palisade hanya terdapat pada bagian adaksial daun dorsiventral. Kristal oksalat ditemui pada akar, batang dan daun bentuk rafida. Berkas pengangkut bertipe kolateral tertutup dengan tipe stele ataktostele yaitu dengan berkas pengangkut tersebar. Rongga – rongga udara berkembang meluas dan tersusun secara teratur diantara sel – sel. Parenkim pada M vaginalis berupa aerenkim. Kata kunci : Monochoria , struktur anatomi , Akar, batang, daun, ABSTRACT Monochoria vaginalis Burm. F. Presl is one the rice weeds that has direct and indirect negative impact ti the rice. To develop the strategy of weed management, research on the anatomy, morphology physiology and ecology are necessary. The aim of this research was to examine the anatomical structure of the roots, stems and leaves of M. vaginalis, as well as the distribution of stomata and trichomata because this species tend to compete in water, mneral and light for its development. The method used in this research was freehand sections, semi-permanent dyed in safranin in 70 alcohol. The results showed that the stomata can be found below and above laminar leaves amphystomatous and also distributed on stems. Type 2 stomata such as in Monocotyledoneae with renal shaped guard cells surrounded by 2 neighbor cells, with separated wall lining at the same direction as the length of the stomata. This type of stomata was similar to the parasitic type parallel celled. It has trichomata non glandular, unicellular and distributed below laminar leaves and stems. There was no trichome found on roots. Panikoid leaf type, palisade on adaxial only dorsoventral leaves. Th ere was oxalate particle found on roots, stems and with rafida leaf form. Closed collateral bundle sheets with atactostelle type. Widen air cavities lay among parenchyma cells on M. vaginalis aerenchyma. Keywords : Monochoria vaginalis , anatomical structure, root, stem, leaf. 49 PENDAHULUAN Monochoria vaginalis Burm.F. Presl adalah salah satu dari beberapa jenis gulma padi. Tumbuhan ini tumbuh bersama tanaman padi dan bersaing dalam kebutuhan akan unsur hara, air, cahaya dan ruang. Spesies ini adalah gulma golongan berdaun lebar yang mempunyai stadia pertumbuhan yang cepat terutama dalam keadaan air tergenang. Spesies ini dikatakan mempunyai kecenderungan bersaing dalam penggunaan air disamping zat hara dan cahaya. Pertumbuhan spesies ini sangat cepat pada stadia vegetative tanaman padi sehingga dapat mendesak pertumbuhan anakan padi. Mengingat besarnya kerugian yang disebabkan oleh Monochoria vaginalis Burm. F. Presl. ini, maka perlu dilakukan penanganan yang serius untuk gulma ini. Untuk strategi pengendalian gulma ini diperlukan penelitian tentang anatomi, morfologi, fisiologi, ekologi dan lain – lainnya. Fahn 1995 mengatakan bahwa bagian tumbuh – tumbuhan yang langsung ataupun tidak langsung berguna untuk menegakkan hidup tumbuh – tumbuhan terutama dengan makanan disebut alat hara organum nutritivum seperti misalnya akar, batang dan daun. Akar adalah bagian tumbuhan yang berperan penting dalam proses penyerapan air beserta garam – garam. Akar juga merupakan bagian dari tumbuhan yang berperanan penting untuk memperkuat berdirinya tanaman, Pada tanaman air hidrofit system akar kurang berkembang, dapat bercabang atau tidak dibawah air. Akar kurang berarti bila seluruh permukaan dari tubuh tanaman kontak langsung dengan air bertindak sebagai absorbsi permukaan dan absorbs air dan m,ineral. Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan akar dari hidrofit mereduksi atau tidak ada Shukla and Chandel, 1982. Batang merupakan bagian dari tubuh tumbuhan yang mendukung bagian tubuh yang ada di atas tanah, yaitu daun, bunga dan buah, serta sebagai jalan pengangkutan air dan zat hara dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah, dan menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan. Batang tanaman aquatic sangat halus dan berwarna hijau atau kuning, beberapa diantaranya dapat bermodifikasi menjadi rizoma. Struktur daun pada tanaman mempunyai fungsi untuk pengambilan zat-zat makanan resorbsi terutama untuk zat gas, pengolahan zat makanan asimilasi, penguapan air transpirasi dan pernafasanrespirasi. Struktur anatomi tumbuhan mempunyai fungsi guna menunjang proses metabolisme dan untuk perlindungan pada tumbuhan. Stomata dan trikomata adalah derivate epidermis yang terdapat pada jaringan kulit Soerodikoesoemo dan Santosa 1987 . Salah satu fungsi trikomata adalah sebagai jaringan pelindung yang mencegah penguapan yang berlebihan, dan membantu penyerapan air dan garam – garam mineral. Fungsi utama stomata pada struktur tumbuhan adalah sebagai tempat pertukaran gas atau sebagai alat pernapasan tumbuhan, dan untuk menyelamatkan tumbuhan dari kehilangan air. MATERI DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Freehand section, semi permanen, pewarnaan menggunakan safranin dalam alcohol 70 . Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Rancangan. Acak Lengkap RAL untuk menghitung jumlah stomata dan trikomata. HASIL Dari hasil pengamatan pada preparat irisan epidermis dan penampang melintang daun, batang dan akar menunjukkan hasil sebagai berikut : 50 Penyebaran Stomata. Stomata tersebar pada permukaan atas dan bawah daun Amphystomatous dan juga tersebar pada bagian batang. Gambar 1. Stomata pada daun M. vaginalis Gambar 2. Stomata pada batang M. vaginalis Penyebaran Trikomata Trikoma tersebar pada permukaan bawah daun dan pada batang. Sel penutup guard cell Sel tetangga Porus Inti sel Sel epidermis Trikoma uniseluler Non glanduler Sel epidermis Gambar 3. Trikoma pada daun M. vaginalis Gambar 4. Trikoma pada batang M .vaginalis 51 Struktur Anatomi Daun Epidermis atas dan epidermis bawah terdiri dari selapis sel. Dinding sel epidermis mengandung kutikula. Mesofil berdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan parenkim penyimpan udara aerenkim. Gambar 5. Struktur Anatomi daun M. vaginalis Gambar 6. Berkas pengangkut pada daun M vaginalis Struktur Anatomi Batang Batang berbentuk bulat, jaringan epidermis terdiri dari selapis sel yang menyelubungi batang. Di bawah epidermis terdapat selapis sel hypodermis. Diantara sel – sel epidermis ditemui stomata dan juga trikomata. a. Epidermis atas b. Jaringan palisade c. Aerenkim d. Rongga udara e. Kristal ca-oksalat bentuk rafida f. Berkas pengangkut g. Sarung mestom h. Epidermis bawah i. Stomata a. Parenkim b. Buluh cincin c. Sklerenkim d. Trakea e. Trakeida f. Fluem g. Sel pengiring h. Ruang reksigen 52 Gambar 7. Penampang melintang batang M vaginalis Gambar 8. Berkas pengangkut pada batang M vaginalis Struktur Anatomi Akar Akar berbentuk bulat, jaringan epidermis berupa selapis sel. Lapisan terluar dari korteks berupa selapis sel eksodermis. Korteks akar tersusun oleh sel – sel parenkim, dengan sel – sel berbentuk poliedris. e d c a. Epidermis b. Hipodermis c. Berkas pengangkut d. Aerenkim e. Rongga udara f. Kristal ca-oksalat f a. Ruang reksigen b. Parenkim c. Sklerenkim d. Trakea e. Trakeida f. Fluem g. Sel pengiring 53 Gambar 9. Penampang melintang akar M vaginalis PEMBAHASAN Stomata pada M. vaginalis termasuk ke dalam tipe II menurut Stebbins dan Kush, untuk Monocotyledoneae yaitu stoma mempunyai dua sel tetangga, tetapi kalau dilihat dari susunan sel tetangganya termasuk ke dalam tipe parasitic parallel celled yaitu dua sel tetangga dengan dinding pemisah yang searah dengan poros panjang stoma Pandey, 1982. Ukuran stomata pada permukaan bawah daun lebih besar dibandingkan pada permukaan atas. Stomata lebih banyak dijumpai pada permukaan bawah daun dengan jumlah rata – rata stomata 162,5 per mm 2 , sedangkan pada permukaan atas daun dengan jumlah rata – rata stomata adalah 146,87 per mm 2 . Indeks stomata adalah 14,44. Trikoma pada M. vaginalis merupakan trikoma non glanduler yang terdiri dari sebuah sel yang sederhana uniseluler. Hal ini berkaitan dengan transpirasi. Trikoma tidak ditemukan pada permukaan atas daun dan juga tidak ditemukan pada bagian akar. Hal ini disebabkan karena M. vaginalis termasuk dalam tanaman air sehingga yang berhubungan dengan proses transpirasi adalah bagian batang dan daun, sedangkan akar berfungsi sebagai penyangga tubuh tanaman dan sebagai penyerap nutrisi Kartasapoetara, 1991. Ukuran trikoma adalah 143,33 + 30,37 mikron. Pengamatan Pada struktur anatomi daun menunjukkan, M. vaginalis merupakan daun dorsiventral karena jaringan palisade hanya terdapat pada sisi adaksial. Berkas pengangkut bertipe kolateral tertutup yang ditandai tidak adanya cambium diantara xylem dan fluem. Sel – sel yang ,mengelilingi berkas pengangkut, morfologinya berbeda dengan sel – sel yang lainnya yaitu lebih besar, kloroplas lebih sedikit dan dindingnya lebih tebal. Hal ini menunjukkan bahwa M. vaginalis mempunyai daun yang bertipe panikoid. Sel – sel ini penyusun sarung selubung berkas pengangkut. Pada tulang daun yang lebih kecil, berkas pengangkut lebih sederhana dan merupakan berkas pengangkut yang tidak sempurna yang hanya terdiri dari fluem saja yang dikelilingi oleh sel – sel yang lebih besar dari sel – sel mesofil lainnya. Kristal ca-oksalat yang ditemui pada daun berbentuk rafida. Pada struktur anatomi batang tidak dapat dibedakan antara bagian korteks dan bagian stele. Parenkim batang berupa aerenkim dengan sel – sel yang tersusun teratur dengan rongga – rongga udara yang besar. Diantara aerenkim terdapat jaringan rekresi berupa sel – sel yang berisi Kristal ca-oksalat bentuk rafida. Berkas pengangkut pada batang merupakan berkas pengangkut bertipe kolateral tertutup yang ditandai dengan tidak adanya cambium diantara fluem dan xylem. Tipe stele adalah ataktostele yaitu stele dengan system jaringan pengangkut tersebar. Pada bagian korteks dari akar M. vaginalis tersusun oleh sel – sel parenkim, dengan sel – sel berbentuk poliedris. Satu sel dikelilingi oleh empat ruang antar sel yang tersusun secara teratur. Sel – sel a. Epidermis b. Eksodermis c. Parenkim korteks d. Ruang antar sel e. Kristal ca-oksalat bentuk rafida f. Endodermis g. Perisikel h. Jari – jari xylem i. Metaxilem j. Protoxilem k. Fluem 54 dengan Kristal ca-oksalat bentuk rafida juga ditemui pada parenkim korteks. Disebelah dalam endodermis terdiri dari unsur – unsur pengangkut yaitu xylem dan floem rafida juga ditemui pada parenkim korteks. Disebelah dalam endodermis terdiri dari unsur – unsur pengangkut yaitu xylem dan fluem. SIMPULAN Dari hasil pengamatan struktur anatomi dari M. vaginalis dapat disimpulkan : Stomata terdapat pada permukaan atas dan bawah dari daun amphystomatous dan juga tersebar pada batang. Stomata bertipe II menurut Stebbins dan Kush, untuk monocotyledoneae dengan sel penutup berbentuk ginjal dan dikelilingi oleh dua sel tetangga dengan dinding pemisah yang searah dengan poros panjang stoma. Tipe ini hampir sama dengan tipe parasitic parallel celled menurut Metcalfe dan Chalk, pada Dicotyledoneae. Trikoma merupakan trikoma unisellular, non glanduler dan mempunyai penyebaran pada daerah permukaan bawah daun dan pada batang. Pada akar tidak dijumpai adanya trikoma. Daun bertipe panikoid, dengan jaringan palisade hanya terdapat pada bagian adaksial daun dorsiventral. Kristal ca- oksalat ditemui pada akar, batang dan daun dalam bentuk rafida. Berkas pengangkut bertipe kolateral tertutup dengan tipe stele ataktostele . Rongga – rongga udara berkembang meluas dan tersusun secara teratur diantara sel – sel. Parenkim pada M. vaginalis berupa aerenkim. KEPUSTAKAAN Fahn, A. 1995. Anatomi tumbuhan . UGM Press.Yogyakarta Kartasapoetara, G.A. 1991. P enga nta r Ana tomi Tumbuh -Tumbuha n . Rineka Cipta.Jakarta. Mulyani E.S., Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kansius, Yogyakarta. Nugroho, H., Purnomo, dan Isirep, S. 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta Pandey, B.P. 1982. Plant Anatomy . S.Chand Company LTD. Ramnagar, New Delhi. Shukla and Chandel. 1982. Plant Ecology . S.Chand Company LTD.Ramnagar, New Delhi. Soerodikoesoemo, W. 1984. Anatomi Tumbuhan II Histologi. Fakulta Biologi.UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta. Soerodikoesoemo, W. dan Santosa, S. W. 1987. Anatomi Tumbuhan. Karunika, UT, Taggart, R., and C. Starr, 2000. Plant Structure and Function . Brooks Cole. Australia. 55 PERKEMBANGAN STRUKTUR MORFOLOGI EMBRIO CENDANA Santalum Album Linn. DARI BUNGA MEKAR HINGGA TERBENTUKNYA BUAH MUDA MORPHOLOGY STRUCTURE DEVELOPMENT OF SANDALWOOD EMBRYO Santalum Album Linn. OF BLOOMING FLOWERS UNTIL YOUNG FRUIT Ni Putu Yuni Astriani Dewi 1 , Eniek Kriswiyanti 1,2 , Ni Nyoman Darsini 2 1 Program Studi Ilmu Biologi Program Pascasarjana Universitas Udayana, Bali, Indonesia 2 Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Bali, Indonesia E-mail : yuniastrianiymail.com INTISARI Penelitian tentang perkembangan struktur morfologi embrio Cendana dilakukan untuk mengetahui perkembangan struktur morfologi embrio cendana Santalum album Linn. dari bunga mekat hingga terbentuknya buah muda. Pengamatan mikroskopis dilakukan di Laboratorium Struktur Perkembangan Tumbuhan Jurusan Biologi, FMIPA, Unud. Sampel bunga dan buah sebanyak 50 karangan diambil dari 5 individu tanaman disekitar Kampus Bukit Jimbaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada bunga mekar, perkembangan embrio tahap globuler. Pada buah muda, mahkota gugur ukuran 4 mm menunjukan embrio tahap bentuk hati, sedang embrio bentuk torpedo terlihat pada irisan bujur buah muda ukuran 7 mm. Kata kunci : Santalum album Linn., embedding , acropetal , fruitset, panikula. ABSTRACT Research about growth of Sandalwood embryo morphology structure conducted to know growth of sandalwood embryo morphology structure Santalum album Linn. of flower bloom till forming of young fruit. Microscopic perception done in “Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Laboratory” Departement of Biology, FMIPA, Unud. Flower and fruit samples counted 50 composition taken away from 5 crop individual around Bukit Jimbaran Campus. The result of research showed that at flower bloom, growth of pha se embryo of globuler. At young fruit, crown be killed size measure 4 mm showed heart phase embryo, form torpedo embryo seen at longitudinal slice of young fruit of size measure 7 mm. Keywords : Santalum album Linn., embedding , acropetal , fruitset, panicula. PENDAHULUAN Cendana Santalum album Linn. tergolong keluarga Santalaceae yang memiliki keistimewaan dibandingkan jenis kayu lainnya, karena kayunya mengandung minyak atsiri dan memiliki aroma yang khas Tjitrosoepomo, 2005. Cendana S. album Linn. adalah salah satu jenis cendana yang menghasilkan kadar minyak terbaik di dunia Lestari, 2010. 56 Cendana S. album Linn. memiliki penyebaran terbatas di Indonesia antara lain Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Maluku Lestari, 2010. Tanaman cendana banyak dimanfaatkan sebagai parfum, rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, sebagai bahan kerajinan, dan dipergunakan dalam upacara-upacara keagamaanadat. Masyarakat Bali banyak mempergunakan cendana sebagai obat anti pembengkakan, bahan yang digunakan adalah rendaman dari gosokan kayu cendananya Rahayu dkk., 2002. Awal pertumbuhan cendana merupakan tanaman setengah parasit dan memperoleh makanan dari tanaman inang melalui akarnya yang dihubungkan melalui haustorium. Hal itu disebabkan sistem perakarannya tidak sanggup untuk mendukung pertumbuhannya sendiri. Pertumbuhan cendana memerlukan tanaman inang dan pelindung, antara lain Albizia chinensis, Acacia sp. , Cassia siamea, Tamarindus indicus, maupun Psidium guajava Wawo, 2009. Reproduksi generatif pada cendana menggunakan biji, proses pembentukan biji diawali dengan penyerbukan polinasi , yang merupakan peristiwa jatuhnya serbuk sari di atas kepala putik Tjitrosoepomo, 2005. Keberhasilan penyerbukan dan pembuahan ditentukan oleh beberapa hal seperti struktur dan posisi alat reproduksi yang saling berjauhan Tjitrosoepomo, 2005, kemasakan gamet jantan serbuk sari dan gamet betina putik yang tidak terjadi secara bersamaan Walker, 1999. Salah satu penyebab kegagalan pembentukan buah dan biji adalah sterilitas serbuk sari. Menurut Bhojwani dan Bhatnagar 1999 sterilitas serbuk sari dapat disebabkan oleh terganggunya proses meiosis sehingga perkembangan gametofit maupun spora menjadi terhambat, terganggunya perkembangan kepala sari yang menyebabkan proses mikrosporogenesis menjadi terhambat, bentuk serbuk sari yang pipih menyerupai kelopak mahkota, serta adanya infeksi jamur dan virus pada kepala sari. Bunga cendana S. album Linn. terletak pada ujung batang dan pada ketiak daun, menurut Tjitrosoepomo 2005 bunga yang terletak pada ujung batang disebut flos terminalis , sedangkan bunga yang terletak pada ketiak daun disebut flos axiler. Bunga cendana terdiri dari 4-5 kelopak mahkota, panjang 4-5 mm dan diameter ± 2 mm Prasetyaningtyas dan Na’ie 004 . Cendana memiliki dua musim bunga yaitu bulan Desember - Januari dan Mei - Juni. Buah cendana masak pada bulan Maret - April dan September - Oktober. Tanaman cendana telah berbuah pada usia 3-4 tahun. Bibit yang terbaik adalah buah dari pohon yang telah berusia 20 tahun dan benih dapat tumbuh pada lingkungan yang memiliki kandungan air yang dapat memacu perkecambahan Rahayu dkk., 2002. Buah cendana merupakan buah batu drupa , berbentuk bulat dan berwarna hitam ketika masak. Bagian biji pada tumbuhan secara umum tersusun oleh kulit biji, endosperm, dan embrio Campbell dkk., 2000. Penelitian mengenai perkembangan struktur morfologi bunga tanaman cendana secara alami, belum ada yang melaporkan. Adapun penelitian tentang perkembangan embrio pada tanaman dikotil au un onokotil telah banyak dilakukan se erti “Keraga an orfologi sela a erke bangan e brio somatik sagu Metroxylon sagu Rottb. ” oleh Kasi dan Su aryono 006 “Regenerasi tana an Shorea pinanga Scheff. melalui embriogenesis s o atik” oleh Yelnitis 00 dan e briogenesis so atik langsung pada cendana oleh Sukmadjaja 2005. Penelitian mengenai perkembangan struktur embrio secara alami pada buah naga putih Hylocereus undatus A. Berger Britton and Rose dan super merah Hylocereus costaricensis A. Berger Britton and Rose dari tahap bunga sebelum mekar hingga terbentuk buah telah dilakukan Murni 2010 menunjukan bahwa pada tahap akhir embrio masak sudah terbentuk bagian embrio bentuk globuler dan integumen pada buah naga putih dengan persentase 86, sedangkan bentuk hati pada buah naga super merah dengan persentase 93. 57 Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui perkembangan struktur morfologi embrio cendana S. album Linn. dari tahap bunga mekar hingga terbentuknya buah muda. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan sampel dilaksanakan pada pagi hari di sekitar Kampus Bukit Jimbaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011-Januari 2012. Metode Pengumpulan Data. Pengambilan Sampel yaitu Sampel bunga dan buah sebanyak 50 karangan bunga diambil dari 5 individu tanaman berusia ± 10 tahun yang ada tahapan bunga mekar, setelah mahkota gugur, dan buah muda. Sampel yang akan dibuat preparat disimpan dalam alkohol 70 atau difiksasi langsung dengan larutan fiksatif FAA 9:1:1. Sampel yang akan dibuat preparat adalah bunga hermaprodit dari mekar hingga buah muda untuk mengetahui perkembangan embrio. Cara Pembuatan Preparat : Perkembangan struktur morfologi embrio cendana S. album Linn. digunakan metode embedding , yaitu : Bunga pada tahapan yang berbeda disimpan dalam alkohol 70 diambil untuk difiksasi dalam larutan FAA selama 24 jam. Dehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat 70, 80, 96 dan 100 2x masing-masing selama 10-15 menit. Dealkoholisasi dengan larutan alkohol 100 dan xylol 2:1, 1:1, 1:2, xylol I, II masing-masing selama 10-15 menit. Infiltrasi dengan xylol : paraffin 1:1 selama 2-5 jam kemudian xylol : paraffin 1:9 selama 24 jam, paraffin I selama 24 jam, paraffin II selama 1 jam. Kemudian dilakukan penanaman, penyayatan dengan mikrotom putar, lalu penempelan pada kaca objek dengan gliserin albumin perbandingan 1:1, dibiarkan diatas thermostat agar hasil sayatan merenggang. Rehidrasi dengan xylol I, II, xylol : alkohol 100 2:1, 1:1, 1:2, alkohol 100 2x, 80, 70 masing-masing 10-15 menit, pewarnaan dengan 1 safranin dalam alkohol 70 selama 24 jam. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70, 80, dan 100 masing-masing 3-5 celup. Lalu dilakukan penjernihan dengan xylol , diberi Canada balsam dan ditutup dengan kaca penutup, diamati di bawah mikroskop merk MG-Polar-4T-360 Berlyn and Miksche, 1976. Variabel pengamatan meliputi : Perkembangan struktur morfologi embrio dari tahap bunga mekar hingga terbentuknya buah mudabunga sebelum mekar pada cendana S. album Linn.. Metode Pengolahan Data dilakukan secara kualitatif dengan merunut perkembangan morfologi dan anatomi pada bunga mekar hingga terbentuknya buah muda. Kemudian data disajikan dalam bentuk gambar perkembangan embrio maupun deskripsi secara morfologi. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Embrio dari Bunga Mekar Hingga Terbentuknya Buah Muda Berdasarkan hasil penelitian perkembangan struktur morfologi dan anatomi embrio dari bunga mekar hingga terbentuk buah muda menunjukan adanya perkembangan embrio menurut ukuran panjang dan diameter dari buah muda. Hasil perkembangan struktur morfologi dan anatomi tahap bunga mekar kelopak warna hijau dan kemerahan ukuran panjang 4 mm, diameter ± 2 mm, yaitu : 58 Gambar 1. Struktur morfologi dan anatomi tahap bunga mekar kelopak berwarna hijau dan kemerahan ukuran panjang 4 mm diameter ± 2 mm. Perbesaran 1X dan 100X . Keterangan: morfologi bunga mekar hijau A1 dan anatomi bunga mekar hijau A2, Morfologi bunga mekar kemerahan B1 dan Anatomi bunga mekar kemerahan B2. 1: kelopak bunga, 2: Mahkota bunga, 3: Benang sari, 4: Putik, 5: ovarium dan ovulum, 6: serbuk sari Dok. Yuni 2012 Deskripsi morfologi dan anatomi tahap bunga mekar hijau dan kemerahan ukuran panjang 4 mm dan diameter ± 2 mm : Gambar A1 dan B1 menunjukan morfologi tahap awal bunga mekar kelopak hijau dan kemerahan berukuran 4 mm dan diameter ± 2 mm, memiliki kelopak berjumlah 4 yang berwarna hijau seperti gambar A1, kemerahan gambar B1 hingga berangsur-angsur berwarna merah tua, memiliki mahkota yang berukuran ± 1.5 mm berjumlah 4. Kepala sari berjumlah 4 berwarna kuning pada saat kelopaknya berwarna hijau hingga kepala sari berwarna merah , memiliki putik yang memiliki 3 daun buah yang berukuran ± 2 mm. Gambar A2 dan B2 menunjukan penampang membujur bunga ukuran panjang 4 mm diameter ± 2 mm warna kelopak hijau dan kemerahan terlihat kepala sari yang memiliki 2 ruang sari. Satu ruang sari terdiri dari dua kantong sari dan serbuk sari sudah matang no. 6. Perkembangan struktur morfologi dan anatomi tahap bunga mekar kelopak warna merah ukuran 4 mm diameter ± 2 mm, yaitu: 6 A2. B2. A1. 1 B1. 2 3 4 5 59 Gambar 2. Struktur morfologi dan anatomi tahap bunga mekar kelopak berwarna merah ukuran panjang 4 mm diameter ± 2 mm. Perbesaran 1X dan 100X. Keterangan : A. morfologi tahap bunga mekar kelopak berwarna merah B. embrio bentuk globuler, C. endosperm Dokumentasi Yuni, 2012.