B. Seroprevalensi Tuberkulosis pada Sapi Bali seebagaii Langkah Awal Monitoring Pencegahan Penyakit Zoonosis di Provinsi Bali.

59 Gambar 2. Struktur morfologi dan anatomi tahap bunga mekar kelopak berwarna merah ukuran panjang 4 mm diameter ± 2 mm. Perbesaran 1X dan 100X. Keterangan : A. morfologi tahap bunga mekar kelopak berwarna merah B. embrio bentuk globuler, C. endosperm Dokumentasi Yuni, 2012. Deskripsi morfologi dan anatomi tahap bunga mekar merah ukuran panjang 4 mm dan diameter ± 2 mm : Gambar 2A menunjukan sebagian besar adanya persamaan secara morfologi pada bunga mekar kelopak hijau dan kemerahan Gambar 1, perbedaan yang terlihat yaitu warna kelopak yang berwarna merah. Penampang membujur bunga ukuran panjang 4 mm diameter ± 2 mm warna kelopak merah Gambar 2B dan C menunjukan adanya perkembangan secara anatomi di dalam bakal biji. Di dalam bakal biji terdapat suatu ruang kosong, menurut Panchaksharappa and Syamasundar 1975 tentang studi sitokimia perkembangan bakal biji pada Dipcadi mantanum Dalz, disebut kantong embrio sebagai tempat berkembangnya embrio. Embrio bentuk globuler gambar 2B ditandai dengan sel-sel yang memiliki inti besar dan jelas Jenik et al ., 2007. Gambar 2C menunjukan endosperm yang ditandai adanya butiran amilum berwarna bening, menurut Sumardi dan Pudjoarinto, 1993 endosperm berfungsi sebagai pemberi nutrisi embrio. Perkembangan struktur morfologi dan anatomi embrio dari tahap buah muda ukuran 2 mm diameter ± 1 mm, yaitu: Gambar 3. Struktur morfologi dan anatomi buah muda ukuran panjang 2 mm diameter ± 1 mm. Perbesaran 1X dan 100X. Keterangan : Morfologi dan anatomi buah muda ukuran panjang 2 mm diameter ± 1 mm A dan B. 1. bakal biji. Dokumentasi Yuni, 2012. Deskripsi morfologi dan anatomi tahap buah muda ukuran panjang 2 mm diameter ± 1 mm :

C. B.

A. 1. A . B . 60 Gambar 3A menunjukan buah muda bentuk seperti lonceng, hijau, terdapat sisa perhiasan bunga dan sisa tangkai utik. Menurut Prasetyaningtyas dan Na’ie 004 secara orfologi erubahan dari bunga menjadi buah muda ditandai dengan lepasnya kepala sari dari tangkai sari dan mengeringnya gugurnya kelopak maupun mahkota. Penampang membujur buah muda ukuran panjang 2 mm diameter ± 1 mm Gambar 3B, secara anatomi perkembangan embrio tidak dapat dilihat, disebabkan struktur dari kulit biji muda mulai mengeras ditandai warna merah pekat pada bagian kulit biji sedangkan dalam bakal biji masih lunak, sehingga pergantian zat maupun saat infiltrasi tidak sampai pada bagian dalam bakal biji dan saat penyayatan dengan mikrotom bagian dalam bakal biji tidak tersayat. Hal tersebut kemungkinan dapat menyebabkan hilangnya bagian dalam dari kantong embrio. Perkembangan struktur morfologi dan anatomi embrio dari tahap buah muda ukuran panjang 4 mm diameter ± 2 mm, yaitu: Gambar 4. Struktur morfologi dan anatomi buah muda ukuran panjang 4 mm diameter ± 2 mm. Perbesaran 1X dan 100X. Keterangan : morfologi buah muda A, tempat embrio bentuk hati B, Embrio bentuk hati C. Dokumentasi Yuni, 2012. Deskripsi morfologi dan anatomi tahap buah muda ukuran panjang 4 mm dan diameter ± 2 mm : Gambar 4A menunjukan bahwa secara morfologi mengalami penambahan ukuran panjang dan dia eter dari ukuran buah uda sebelu nya. Menurut Prasetyaningtyas dan Na’ie 004 ena bahan ukuran dikatakan sebagai adanya pembesaran ke arah horizontal dan vertikal, pembengkakan terjadi menandakan adanya perkembangan embrio dalam bakal biji. Gambar 4B menunjukan bagian embrio yang hilang akibat proses embedding yang kurang baik seperti halnya pada ukuran panjang buah muda 2 mm diameter 1 mm. Gambar 4C menunjukan penampang bujur embrio dengan metode irisan tangan diperoleh embrio bentuk hati, masing-masing bagian supervisial akan berkembang membentuk dua kotiledon, yang merupakan ciri perkembangan embrio pada tanaman dikotil Iriawati, 2010. Perkembangan struktur morfologi dan anatomi embrio dari tahap buah muda ukuran panjang 6 mm, diameter ± 4 mm dan panjang 7 mm, diameter ± 5 mm, yaitu: A . B . C . 61 Gambar 5. Struktur morfologi dan anatomi buah muda ukuran panjang 6 mm diameter ± 4 mm dan panjang 7 mm diameter ± 5 mm. Perbesaran 1X dan 100X. Keterangan : morfologi buah muda ukuran panjang 6 mm berdiameter ± 4 mm A1, morfologi buah muda ukuran panjang 7 mm berdiameter ± 5 mm B1, radikula dari buah muda ukuran panjang 6 mm berdiameter ± 4 mm A2, embrio bentuk torpedo dari buah muda ukuran panjang 7 mm berdiameter ± 5 mm B2, 1. epikarpium, 2. mesokarpium, 3. endokarpium dan kulit biji, 4. endosperm, 5. kotiledon, 6. hipokotil, 7. radikula. Dokumentasi Yuni, 2012. Deskripsi morfologi dan anatomi tahap buah muda ukuran panjang 6 mm diameter ± 4 mm dan panjang 7 mm diameter ± 5 mm: Gambar 5A1 dan 5B1 menunjukan penambahan ukuran dan pembengkakan bagian biji, terdapat sisa kelopak dan tangkai putik. Bentuk buah elips hingga bulat, memiliki lapisan kulit buah dengan permukaan licin berwarna hijau, bagian tengah buah yang berdaging tipis, bagian dalam yang keras. Sedangkan bagian biji memiliki kulit biji tipis, endosperm berdaging, dan terdapat embrio. Hal ini sesuai dengan pendapat Sharma 2004 bahwa, buah batu drupa memiliki lapisan kulit luar yang disebut epikarpium, lapisan tengah berdaging mesokarpium, dan lapisan dalam yang keras endokarpium. Gambar 5A2 dan 5B2 menunjukan penampang membujur buah muda ukuran panjang 6 mm diameter ± 4 mm 7 mm diameter ± 5 mm, terlihat embrio bentuk torpedo terdiri dari kotiledon, hipokotil dan radikula. Menurut Bhojwani and Bhatnagar 1999, kotiledon terbentuk dari dua bagian supervisial proembrio yang berkembang seimbang dan membentuk dua kotiledon. Menurut Iriawati 2010, kotiledon memiliki peranan sebagai daun fotosintetik saat berkecambah. Hipokotil akan terdeferensiasi menjadi calon batang, dan radikula yang memiliki peran sebagai akar Esau, 1964. SIMPULAN Perkembangan embrio cendana bentuk globuler ditemukan pada bunga mekar panjang 4 mm dan diameter ± 2 mm, buah muda ukuran yang sama telah terbentuk embrio bentuk hati, sedang embrio bentuk torpedo terlihat pada buah muda ukuran panjang 7 mm diameter ± 5 mm. 1 2 3 5 4 6 7 A1 B1 A2 B2 62 UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Ibu Eniek, Ibu Darsini, dan Bapak Made Murdisedana serta pihak Balai Pembenihan Tanaman Hutan yag telah memberikan bantuan dan informasi dalam penelitian ini. KEPUSTAKAAN Ainsworth C., Susan, C., Vicky Buchanan-Wollaston., Madan, T., John P. 1995. Male and Female Flowers of the Diocious Plant Sorrel Show Different Patterns of MADS Box Genen Expression . Avaiableat:http:www.ncbi.nlm.nih.govpmcarticlesPMC161015pdf071583.pdf. Opened : 05.02.2012 Backer, C. A., R. C. Bakhuizen Van Den Brink. 1965. Flora of Java Spermatophytes Only Vol. II. N. V. P. Noor Dhoff-Groningen-The Netherlands. Page 76 and 78. Berlyn,G.P. and J.P. Miksche.1976. Botanical Microtechnique and Chemistry. First Edition. The Lowa state University Press Anes, Lowa. Bhojwani, S. S. And S. P. Bhatnagar. 1999. The Embryology of Angiosperm . Fourth Resived Edition. Vikas Publishing House. PVT. LTD. Delhi. Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2000. Biologi. Edisi Kelima Jilid Kedua . Jakarta : Erlangga.. Eldina, D. 2003. Pembuatan Larutan Safranin . Avaiable at : http:www.asosiasipoliteknik.or.id index.php?module=displayjurnal_id=210. Opened : 27.08.2011 Elisa. 2004. Penyerbukan . Avaiable at : http:www.penyerbukan.htm. Opened : 27.08.2011 Esau, K. 1964. Anatomy of Seed Plants. Second Edition . John Wiley Son. New York. Iriawati. 2010. Biji dan Perkembangan biji. Avaiable at: http:www.sith.itb.ac.idprofilebuiriawati XII.20BIJI20DAN20PERKEMBANGAN20BIJI.pdf. Opened : 19.09.2011 Jenik, P. D., C. Stewart, G., and L.Wolfgang. 2007. Embryonic Patterning in Arabidopsis thaliana . Avaiableat:http:www.plantsci.cam.ac.ukHaseloffresourcesPlantSciPart2_refsLecture1Jenik2 007.pdf. Opened : 14.02.2012 Kasi dan Sumaryono. 2006. Keragaman morfologi selama perkembangan embrio somatik sagu Metroxylon sagu Rottb. . Bogor : Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Vol. 1 44-52. Kriswiyanti, E., I K. Muksin., L. Watiniasih., M. Suartini. 2008. Pola Reproduksi Pa da Salak Bali Salacca zalacca Var. Amboinensis Becc. Mogea. Jurnal Biologi XII 2 : 78-82. Kriswiyanti, E. 2006. Perkembangan Tumbuhan Embriologi Tumbuhan Biji . Jurusan Biologi, F. MIPA, UNUD. Denpasar. Lestari, F. 2010. Karakteristik Pembungaan Tiga Provenan dan Empat Ras Lahan Cendana . Avaiable at : http:isjd.pdii.lipi.go.idadminjurnal72105966_1829-6327.pdf Opened : 10.01.2012 Maheswari, P. 1950. An Introduction to the Embryology of Angiosperms . India : McGraw-Hill Book Company, Inc. Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan . Cetakan ke-1. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Anggota IKAPI. 63 Panchaksharappa, M. G. and J. Syamasundar. 1975. A Cytochemical Study of Ovule Development in Dipcadi montanum Dalz. Part of Thesis submitted by. J. S. for the Ph. D. degree in Botany, Karnatak University, Dharwar, India. Prasetyaningtyas, M. 2004. Informasi Singkat Benih Santalum album Linn. Avaiable at: http:bpthsulawesi.netfilesSantalum20album.pdf. Opened : 14.02.2012 Prasetyaningtyas M. dan M. Na’ie . 004. Study Fenologi Pembungaan Santalum album Linn. di Wanagama,Yogyakarta. Avaiable at : http:www.google.co.idurl?sa=trct=j q =studi+fenologi+cendanasource=webcd=2ved=0CC8QFjABurl=http3A2F2Fiib.ug m.ac.id2Fjurnal2Fdownload.php3FdataId3D650ei=Sw49T7bZL4LsrAfT28yBwusg= AFQjCNE1swM6JeG_s0ke_qdKsFgLM6hixQcad=rja. Opened: 12.01.12 Rahayu, S., A.H. Wawo, M. Van Noordwijk, dan K. Hairiah. 2002. C endana:Deregulasi dan Strategi Pengembangannya. Bogor. World Agroforestry Centre ICRAF. Rai, I N., R. Poerwanto, L. K. Darusman dan B. S. Purwoko. 2006. Perubahan Kandungan Giberilin dan Gula Total pa da Fase-fase Perkembangan Bunga Manggis . Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Universitas Udayana. Denpasar. Avaiable at : http:www.google.co.idurl?sa=trct=j q=penelitian+mengenai+metode+parafinsource=webcd=16ved=0CEAQFjAFOAourl=http 3A2F2Fjournal.ipb.ac.id2Findex.php2Fhayati2Farticle2Fdownload2F2152F81 ei=PmVCT8HgF83orQeLobXjBwusg=AFQjCNFsI_AsISVwnicoBmMrEpXFPIpl8wcad=rj a. Opened : 20.12.2012 Sharma, R. 2004. An Introduction to Plant Morfology .. India : Campus Books International. Sukmadjaja, D. 2005. Embriogenesis Somatik Langsung pada Tanaman Cendana . Bogor: Jurnal Bioteknologi Pertanian.. Vol. 10: 3-6. Sumardi, I. dan A. Pudjoarinto. 1992. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan . Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan . Cetakan ke-2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan . Cetakan ke-15. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Walker, D. 1999. Studying Pollen Avaiable at : http:www.geo.arizona.edu palynology pol_pix.html. Opened on : 20.09.2011 Wawo, A. H. 2009. Pengaruh Jumlah Semai Akasia Acacia villosa Dan Lamtoro Lokal Leucaena glauca Sebagai Inang Primer Cendana Santalum album Linn.. Avaiable at : http:bpthsulawesi.netfilesSantalum20album.pdf. Opened : 14.02.2012 Yelnitis. 2008. Regenerasi tanaman Shorea pinanga Scheff. melalui embriogenesis somatik . Yogyakarta : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. 64 DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN RAMBUTAN RAPIAH Nephelium lappaceum

L. TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KUNYIT