Stratifikasi Sosial URAIAN MATERI

96

5. Stratifikasi Sosial

Pengamat Madura abad XIX, Hageman JCz, melihat masyarakat Madura terpolarisasi menjadi werkezel pekerja dan leeglooper penganggur, budak dan tuan, atau produsen dan konsumen. Orang-orang Cina dan pedagang-pedagang laut termasuk kelas ketiga.Polarisasi itu cocok dengan hubungan perpajakan, yaitu antara kelas negara dan petani.Terlepas dari polarisasi ini, yang dapat disebut sebagai orang kebanyakan meliputi; pedagang, agamawan, dan petani. Stratifikasi sosial orang Madura juga dikenal lewat penggunaan bahasa.Dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang kecil – orang kenek atau orang dumeh – sering kali pertama-tama dilawankan dengan kaum ningrat – sentana atau ario.Kategori kedua yang tidak termasuk orang-orang kecil adalah elit birokrat, yang tidak perlu memiliki gelar kebangsawanan, yaitu mantri.Kategori ketiga, kelas pengikut atau abdi, yang dianggap sebagai aparat negara atau istana.Kaum ningrat dan birokratlah yang membentuk kelas-kelas penguasa Madura datu kelas-kelas yang memerintah, dan keduanya bersama dengan kelas abdi, mendapat penghasilan dari negara.Adat kebiasaan yang berlaku pada kelas-kelas negara, sentana, mantri, dan abdi dapat diamati simbol status mereka masing-masing, seperti penggunaan payung, yang terlarang bagi orang kenek. Stratifikasi kelas dari kelas-kelas negara nampak pada perbedaan alokasi desa- desa percaton atau sawah percaton sistem percaton: ”pembayaran gaji dengan sawah” dan jasa pancen tenaga kerja.Seperti raja, kerabat-kerabat sentana mendapat bagian tanah dan tenaga kerja cukup besar.Dalam kelompok mantri hanya patih atau wedono yang mendapat jatah lebih besar, sedangkan mantri-mantri lainnya mendapat jatah kecil.Jika sentana dan mantri diberi desa- desa sebagai percaton, abdi atau pengikut diberi sawah atau tegal.Pendapatan sentana dan mantri berupa pajak-pajak pertanian, itulah penghasilan abdi. Kesejahteraan ini pada perkembangan selanjutnya mengalami kemerosotan.Bertambahnya keanggotaan sentana – karena poligami, kawin muda, dan tingkat produktivitas anak yang tinggi - dengan sumber-sumber ekonomi yang tidak cukup mendukungnya, mengakibatkan mereka menjadi miskin dan terbelit utang.Akhirnya jabatan itu dihapus dari kerajaan-kerajaan, dan berakhir dengan suatu kompensasi pemerintah yang tampak seperti berkah tersembunyi blessing in disguise. 97 Sebagaimana kaum bangsawan jatuh dalam derajat klasifikasi sosial, begitu juga halnya dengan mantri dalam kerajaan-kerajaan.Beberapa di antaranya ditampung dalam administrasi kolonial, tetapi kebanyakan dari mereka berhenti dari jabatan mereka itu tanpa kompensasi. Mereka terus bertahan dalam perubahan dan berusaha menjadi pegawai di berbagai kantor dalam pemerintahan kolonial dengan membentuk inti kelas sosial baru, priyayi. Abdi yang bekerja sebagai pembantu dengan berbagai macam pekerjaan telah kehilangan pekerjaan mereka dan berusaha memasuki pasar kerja umum.Di antara kelas abdi, hanya sejumlah barisan dan kepala desa yang masih dipertahankan oleh pemerintah kolonial.

6. Munculnya Elit Baru dalam Bingkai Kesadaran Nasional