20
mengalir di daerah itu dengan baik atau dengan menggunakan pompa beserta saluran yang dibutuhkan Haryono, 1983.
Menurut cara pembuatannya dan penyelenggaraannya, ada tiga macam pengairan, yaitu :
1. Pengairan desa Sederhana, yaitu : pengairan yang dalam pembuatan bendungan, waduk dan sebagainya digunakan dari bahan-bahan yang tersedia di tempat.
2. Pengairan Teknis, yaitu : pengairan yang dikerjakan dan diselenggarakan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknik. Bangunan dibuat secara teknik dengan bahan-bahan
yang baik sehingga kuat dan tahan lama dan permanen. 3. Pengairan Setengah Teknis, yaitu : bangunan yang dibuat secara teknis sehingga kuat
dan memenuhi syarat-syarat serta permanen sifatnya. Sumber air agak besar, bendungan dan bangunan untuk mengambil air dibuat, dipelihara dan
diselenggarakan oleh pemerintah Soenarto, 1959. Ramalan Biro Pusat Statistik yang dipublikasikan beberapa waktu yang lalu
menyebutkan bahwa produksi padi pada Tah un 2001 hanya sebesar 50,08 juta ton, lebih rendah 2,15 kalau dibanding dengan Tahun 2000 dan juga lebih rendah dari Tahun
1999. Turunnya produksi padi ini disebabkan turunnya luas areal air 11,61 juta hektar menjadi 11,42 juta hektar Suryana dan Mardianto, 2001.
2.2 Landasan Teori
Pertanian merupakan sektor terbesar dalam hampir setiap ekonomi Negara berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya,
memberikan lapangan kerja bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada, menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industry dan menjadi sumber terbesar
penerimaan devisa bagi Negara Silitonga, dkk, 1995.
Universitas Sumatera Utara
21
Menurut berbagai literature tentang pembangunan pertanian dinyatakan bahwa pembangunan pertanian mengandung aspek mikro, makro, dan global. Aspek mikro
pembangunan pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat tani melalui pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahataninya. Aspek
makro pembangunan pertanian diharapkan dapat menyediakan pangan bagi masyarakat dan menyediakan input bagi kegiatan social ekonomi masyarat secara
berkesinambungan. Sedangkan dari aspek global pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan devisa Negara dengan tetap menjaga stabilitas pangan dan
kebutuhan pokok pertanian lain di dalam negeri tanpa harus mengurangi kesejahteraan riil masyarakat tani Sumodiningrat, 2001.
Beras masih menjadi sumber pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Partisipasi konsumsi beras di berbagai wilayah adalah di atas besaran 90.
Posisi beras dalam konsumsi rumah tangga memang masih menonjol. Beras menempati pangsa pasar rata-rata sebesar 27.6 dari pengeluaran rumah tangga total. Angka
tersebut tentunya akan semakin membesar jika dilihat pangsa pengeluaran beras pada pengeluaran total rumah tangga untuk bahan makanan. Berbagai indicator tersebut
menunjukkan bahwa beras masih menjadi andalan utama konsumen dalam mempertahankan kehidupannya Suryana dan Mardianto, 2001.
Pesatnya pertumbuhan produksi padi pada periode PELITA I-III tidak terlepas dari dukungan penyediaan pupuk dan kebijakan harga pupuk yang kondusif. Selain itu
perluasan areal tanam telah difasilitasi dengan investasi irigasi yang cukup intensif. Dengan dihapuskannya subsidi pupuk dan dibebaskannya jalur distribusi Desember
1998 memberikan dampak positif terhadap pasar pupuk, yakni terjadi persaingan yang sehat antara pelaku bisnis pupuk dan kondisi ini member dampak positif bagi petani
antara lain :
Universitas Sumatera Utara
22
a. Pupuk tersedia dalam jumlah yang cukup ditingkat petani b. Harga pupuk relatif stabil
c. Berkembangnya kios-kios pengecer pupuk dengan harga kompetitif Suryana dan Mardianto, 2001.
Setelah sistem otonomi daerah diberlakukan dan peran impor beras tidak lagi dikontrol, maka dinamika keseimbangan antara penawaran dan permintaan beras
nasional akan banyak ditentukan oleh keadaan pasar-pasar regional, perdagangan antar pulau dan impor langsung kebeberapa daerah Suryana dan Mardianto, 2001.
Salah satu faktor daripada usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah tersedianya air pengairan irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan,
sehingga perlu memperhatikan jaringan pengairan irigasi utama dan jaringan irigasi tersier Soekarto dan Hartoyo, 1980.
Sejarah irigasi di Indonesia telah memberi kesempatan bagi petani untuk menumbuhkan kelembagaan-kelembagan pengelola irigasi secara tradisional. Lembaga-
lembaga tersebut merupakan sumber daya nasional yang sangat berharga yang patut dipelajari dan dipahami agar potensi air irigasi dan kemakmuran penghuni pedesaan
dapat terus ditingkatkan Ambler, 1991.
Universitas Sumatera Utara
23
2.3 Kerangka Pemikiran