Metode Uji Antibakteri Uji Fitokimia

dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan total pada sel. Pelczar, dkk, 2005

2.6. Metode Uji Antibakteri

Uji dari mikroba yang spesifik adalah dengan mengecek aktivitas daripada kandungan agen antimikroba dan juga menentukannya jika terjadi kontak langsung antara agen antimikroba yang diperlukan atau jika sebagian kecil dari fase uap sudah cukup untuk menghitung total pertumbuhan bakteri yang terhambat. Lopez, dkk, 2007 Beberapa uji dapat di gunakan untuk menguji aktivitas antimikroba, antara lain: 1. Metode Difusi Merupakan metode yang paling sering digunakan, lazim dikenal dengan cara Kirby-Bauer seperti berikut, sebuah cawan petri yang berisi media agar yang telah dimasukkan bakteri yang sudah sesuai standar di atas permukaannya. Kemudian kertas cakram dibasahi atau dibubuhi dengan agen chemotherapi yang telah diketahui konsentrasinya diletakkan di atas permukaan agar yang sudah memadat. Selama inkubasi, agen chemotherapi akan berdifusi dari cakram ke media agar. Apabila agen chemoterapinya efektif maka zona hambat akan terbentuk di sekitar cakram setelah inkubasi. diameter dari zona tersebut dapat diukur pada zona umum, zona yang lebih besar dan untuk zona sensitif mikrobanya dapat digunakan sebagai antibiotik. 2. Metode Dilusi Kelemahan daripada metode difusi adalah tidak dapat menentukan apakah suatu obat agen chemoterapi sebagai baktericidal dan bukan hanya bakteriostatic. Metode dilusi sering digunakan untuk menentukan konsentrasi penghambat terkecil dan juga untuk menetapkan konsentrasi Bactericidal terkecil dari suatu senyawa antimikroba.Tortora, dkk, 2001

2.7. Uji Fitokimia

Flavonoid Merupakan sistem aromatik terkonjugasi dan areanya menunjukan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid pada umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat pada gula berbagai glikosida. Flavonoid terdapat pada tumbuhan yang berpembuluh tetapi beberapa kelas lebih tersebar daripada yang lainnya. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hamper selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna Harbone, 1987. Terpenoid Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan dan istilah ini menunjukkan bahwa secara biosintesis senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi semua senyawa terpena itu berasal dari molekul isopren. Secara kimia, terpenoid umunya larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Kadang-kadang minyak atsiri terdapat di dalam sel kelenjar khusus pada permukaan daun, sedangkan karotenoid terutama berhubungan dengan kloroplas di dalam daun dengan kloroplas di dalam daun bunga. Biasanya terpenoid diekstraksi dari jaringan tumbuhan dengan menggunakan eter minyak bumi, eter atau kloroform dan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi Harbone, 1987.

2.8 Gas Chromatography - Mass Spectrometri GC-MS