BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kayu manis merupakan famili Lauraceae dengan jumlah species yang beragam dan dapat tumbuh dengan baik pada iklim tropis. Ditinjau dari sifat
keatsirian minyak sinamonnya maka kayu manis dikenal dengan tiga tipe yaitu: kayu manis asal Ceylon Cinnamomum zeylanicum Nees, kayu manis asal Saigon
Cinnamomum loureiril Nees, kayu manis asal Cina Cinnamomum cassia Nees Geunther, 1990.
Di Indonesia sendiri sudah ada jenis kayu manis lain, yaitu Cinnamomum burmanii. Jenis kayu manis yang berbeda dengan Cinnamomum zeylanicum dan
Cinnamomum cassia dan benar-benar merupakan tanaman asli Indonesia. Cinnamomum burmanii merupakan tanaman hutan di Sumatera Barat. Hingga saat ini
Cinnamomum burmanii masih tetap merupakan penghasil kulit dengan nama ”padang
kaneel”. Ada juga yang menamakan kulit kayu manis tersebut dengan ”cassiavera”.
Manfaat lain dari minyak kayu manis adalah memiliki efek mengeluarkan angin karminatif dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung stomakik. Selain
itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta,
penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum, dan cream Rismunandar, 2001.
Ekstraksi kulit kayu manis dengan menggunakan destilasi uap akan menghasilkan minyak kayu manis sedangkan ekstraksi menggunakan pelarut akan
menghasilkan oleoresin. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dipengaruhi oleh jenis dan polaritas pelarut yang digunakan. Pelarut non polar dapat mengekstrak beberapa
komponen volatil dan pelarut polar merupakan pelarut yang baik dalam proses ekstraksi Moyler, 1991.
Telah diteliti bahwa ekstrak dari kulit kayu manis mampu menghambat lima bakteri patogen pada makanan Bacillus cereus, Listeria monocytogenes,
Staphylococccus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella anatum. Ekstrak dari kulit kayu manis mempunyai sifat antibakteri dengan senyawa aktif yang dikandungnya
berupa E-Sinamaldehida dan beberapa senyawa polifenol yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisa GC-MS dan LC-MS.Shan, dkk, 2007.
Telah diteliti bahwa ekstrak Cinnamomum verum dengan etanol absolut mengandung 28 senyawa yang berbeda yang mana diidentifikasi dengan menggunakan
GC-MS dengan komponen utamanya Sinamaldehida 61,57 dan Kumarin 11,60, yang digunakan sebagai obat untuk menekan pertumbuhan bakteri yang ada di dalam
mulut Hema, dkk, 2010. Begitu juga ekstrak dari Cinnamomum tamala, yang telah diteliti memiliki
potensi sebagai antibakteri, yang mana metode uji yang digunakan adalah uji difusi. Hasil yang didapat bahwa ekstrak Cinnamomum tamala dari n-heksana tidak
menunjukkan terbentuknya zona hambat, tetapi untuk ekstrak yang lain seperti: etanol, metanol dan etil asetat menghasilkan aktivitas antibakteri yang cukup signifikan
kecuali pada bakteri Escherichia coli Goyal, dkk, 2009. Cinnamomum burrnanii memiliki senyawa bioaktif antibakteri tampak dari
pengujian yang
dilakukan terhadap bakteri-bakteri Salmonella typhosa,
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Oleh Suherlan, 1995 hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri paling kuat diberikan oleh fraksi n-heksana.
Gende , dkk, 2008 telah meneliti bahwa minyak sinamon dari Cinnamomum zeylanicum dengan dua bahan aktifnya yaitu sinamaldehida dan eugenol yang
berfungsi sebagai penghambat tiga jenis bakteri Paenibacillus larvae yang berbeda dari segi lingkungan hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menentukan komponen senyawaminyak atsiri yang terdapat pada fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol
dari kulit kayu manis Cinnamomum burmanii dan sekaligus uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Salmonella sp, Shigella sp, Staphylococcus aureus dan Streptococcus
mutan.
1.2.
Permasalahan -
Golongan senyawa apa sajakah yang terdapat pada fraksi n-heksana, etil asetat dan metanol.
- Komponen senyawaminyak atsiri apa sajakah yang terdapat pada fraksi n-
heksana, etil asetat, dan metanol kulit kayu manis Cinnamomum burmanii.
- Bagaimanakah aktivitas sifat antibakteri dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan
metanol kulit kayu manis Cinnamomum burmanii terhadap bakteri Salmonella sp, Shigella sp, Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutan.
1.3.
Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada fraksi n-heksana, etil
asetat dan metanol. -
Untuk mengetahui komponen senyawaminyak atsiri yang terdapat pada fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol kulit kayu manis dengan analisa GC-MS.
- Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan
metanol kulit kayu manis terhadap bakteri Salmonella sp, Shigella sp, Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutan.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dibidang kimia organik mengenai komponen-komponen senyawaminyak atsiri yang terkandung dari masing-
masing fraksi n-heksana, etil asetat dan metanol pada kulit kayu manis. Masing- masing fraksi ini dapat diaplikasikan terhadap bakteri dan juga untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan khususnya dibidang tanaman yang berkhasiat 1.5.
Lokasi Penelitian
Ekstraksi kulit kayu manis yang telah dihaluskan dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA-USU, skrining fitokimia dilakukan di laboratorium Kimia Organik
Bahan Alam FMIPA-USU, uji antimikroba dilakukan di laboratorium Mikrobiologi
FMIPA-USU, analisa GC-MS dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA-
UGM.
1.6. Metodologi Penelitian