Analisis Komponen Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan (Lantana camara L)

(1)

ANALISIS KOMPONEN KIMIA DAN UJI AKTIVITAS

ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI BUNGA

TEMBELEKAN (Lantana camara L)

SKRIPSI

YULIA SHARA BR SEMBIRING

120822007

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KOMPONEN KIMIA DAN UJI AKTIVITAS

ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI BUNGA

TEMBELEKAN (Lantana camara L)

SKRIPSI

Diajukkan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

YULIA SHARA BR SEMBIRING

120822007

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Analisis Komponen Kimia Dan Uji Aktivitas

Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan (Lantana camara L)

Kategori : Skripsi

Nama : Yulia Shara Br Sembiring

Nomor Induk Mahasiswa : 120822007

Program Studi : Sarjana S-1 Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2014

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Mimpin Ginting,MS Dr. Cut Fatimah Zuhra,M.Si

NIP:195510131986011001 NIP:197404051999032001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan Nasution,MS NIP: 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KOMPONEN KIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI BUNGA TEMBELEKAN (Lantana camara L)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

YULIA SHARA BR SEMBIRING 120822007


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains di Fakultas MIPA USU. Adapun judul skripsi adalah “Analisis Komponen Kimia dan Uji Aktivitas Antbakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan (Lantana camara L)”.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis banyak mengalami kesulitan karena kemampuan yang terbatas, tetapi atas perhatian, bimbingan, dorongan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU

2. Ibu Rumondang Bulan, MS dan Bapak Albert Pasaribu, M.Sc selaku ketua dan sekertaris Departemen Kimia FMIPA-USU.

3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku pembimbing I serta Bapak Dr. mimpin Ginting, MS selaku pembimbing II yang telah membimbing dan meluangkan waktunya selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Prof. Dr. Jamaran Kaban, M.Sc selaku Kepala Bidang Kimia Organik. 5. Bapak dan Ibu Staff pengajar FMIPA-USU serta pegawai Departemen Kimia

FMIPA-USU

6. Asisten Laboratorium Kimia Organik FMIPA-USU Yabes, Lianta, Dian, Shopia, Indah, Priska dan Yulia serta sahabat-sahabat Adelia, Cindy,Echa,Irekha, Martina, Mawar, Maria, Wahida,Windy, Kak Siska, Hamdan P.Purba serta rekan-rekan mahasiswa Kimia Ekstensi 2012 yang memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga terkasih, Ayahanda B. Sembiring, SKM dan Ibunda R.br Barus yang senantiasa memberikan doa serta dukungan moril dan materil hingga akhirnya penulis menyelesaikan studi, serta kepada kedua adik saya Andrea B. Sembiring dan Ferdy R. Sembiring yang telah memberikan semangat dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari dari sempurna, untuk segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Tuhan memberkati.


(6)

ANALISIS KOMPONEN KIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI BUNGA TEMBELEKAN (Lantana camara L)

ABSTRAK

Minyak atsiri bunga tembelekan ( Lantana camara L) telah diisolasi dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Bunga tembelekan didestilasi selama ± 4-5 jam menghasilkan kadar minyak atsiri sebesar 0,0466 %(b/b) . Komponen kimia minyak atsiri bunga tembelekan dianalisis menggunakan GC-MS dan menunjukkan ada 72 senyawa dengan 13 senyawa utama yaitu Kariofilen (10.87%), Davanone (9,84%), α-humulen (7,59 %), α- Kurkumin (3,35%), Germakren-D (3,09%), Kalaren (2,42%), α- murolen (2,27%),p-Cimene

(1,79%), 1,8 sineol (1,59%), Delta-Kadinen (1,59%) ,α-Kopaen

(1,12%),Nerodiol-B (1 %) dan ß-Ocimene (0,54%). Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri bunga tembelekan dilakukan dengan metode difusi agar menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dalam konsentrasi 10% dan 20% terhadap bakteri patogen Basillus subtilis (9.6 mm; 10.8 mm), Propionibacterium acnes ( 7.6 mm; 8.7 mm), Eschechia coli ( 8.4 mm ; 9.6 mm) dan Pseudomonas aeruginosa ( 8.3 mm ; 9.3 mm) dilihat dari zona bening yang terbentuk, zona bening pada konsentrasi 20% lebih besar dari konsentrasi 10%.


(7)

ANALYSIS OF CHEMICAL COMPONENTS AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY IN ESSENTIAL OIL OF LANTANA FLOWERS

(Lantana camara L)

ABSTRACT

Essential oil of Lantana flowers ( Lantana camara L) have been isolated with hydrodestillation method using Sthal. Lantana flowers have destillated for ±4-5 hours produced essential oil 0,0466 %(b/b). Chemical components in essential oil of lantana flower have been analyzed use GC-MS shows 72 compounds and 13 major compounds such as Caryophyllene (10,87%), Davanone (9.84%), α -Humulene (7,59%), α-curcumene, Germacrene-D (3,09%), Calarene (2,42%),α -Muurolene(2,27%), p-Cymene (1,79%), 1,8 cineole (1,59%) , Delta Cadinene (1,59%), α-copaene (1,12%) , Nerolidol-B (1%) and ß-Ocimene (0,54%). Antibacterial activity test of lantana flowers have been done using diffuse agar method showed antibacterial activity in concentration 10% and 20% to phatogen bacteria Basillus subtilis (9.6 mm; 10.8 mm), Propionibacterium acnes ( 7.6 mm; 8.7 mm), Eschechia coli ( 8.4 mm ; 9.6 mm) dan Pseudomonas aeruginosa ( 8.3 mm ; 9.3 mm) are showed from retardation area which is formed, retardation area in concentration 20% is bigger than concentration 10%.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vii

Daftra Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Pembatasan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6. Lokasi Penelitian 3

1.7. Metodologi Penelitian 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Bunga tembelekan ( Lantana camara L) 5

2.1.1. Kandungan Kimia tembelekan 6

2.1.2. Manfaat Tembelekan 7

2.2. Minyak Atsiri 7

2.2.1. Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi 8

2.2.2. Komponen Kimia Minyak Atsiri 10

2.2.3. Biosintesis Minyak Atsiri 11

2.3. Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri dengan GC-MS 14

2.4. Bakteri 19

2.4.1. Bakteri Gram Positif 19

2.4.1.1. Basillus subtilis 20

2.4.1.2. Propionibacterium acnes 20

2.4.2. Bakteri Gram Negatif 21

2.4.2.1. Pseudomonas aeruginosa 21

2.4.2.2. Esherichia coli 22

2.5. Antibakteri 23

2.5.1. Uji Efek Antibakteri 24

2.5.1.1 Metode Difusi 24


(9)

Bab 3. Metode Penelitian

3.1. Alat-alat 25

3.2. Bahan-bahan 26

3.3. Prosedur Penelitian 26

3.3.1. Penyediaan Sampel 26

3.3.2. Isolasi Minyak Atsiri Bunga

Tembelekan dengan Alat Stahl 26 3.3.3. Analisa Minyak Atsiri Bunga

Tembelekan dengan GC-MS 27

3.3.4. Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Bunga

Tembelekan 28

3.3.4.1. Pembuatan Media Nutrient

Agar (NA) 28

3.3.4.2. Pembuatan Media Agar Miring

dan Stok Kultur bakteri 28 3.3.4.3. Pembuatan Media Mueller

Hinton Agar (MHA) 29 3.3.4.4. Penyiapan Inokulum Bakteri 29 3.3.4.5. Pembuatan Variasi Konsentrasi

Minyak Atsiri Bunga Tembelekan

(Lantana camara L) 29 3.3.4.6. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak

Atsiri Bunga Tembelekan 30

3.4. Bagan Penelitian 31

3.4.1. Isolasi Minyak Atsiri Bunga Tembelekan

dengan Alat Sthal 31

3.4.2. Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri

Bunga Tembelekan 32

3.4.2.1. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) Miring dan Stok

kultur Bakteri 32

3.4.2.2. Pembuatan Media Mueller

Hinton Agar (MHA) 33

3.4.2.3. Penyiapan Inokulum Bakteri 34 3.4.2.4. Uji Aktivitas Antibakteri 35

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 36

4.1.1. Penetuan Kadar Minyak Atsiri 36

4.1.2. Hasil Analisa dengan GC-MS 39

4.1.3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri 39

4.2. Pembahasan 41

4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi

dengan Alat Stahl 41

4.2.2. Analisa Minyak Atsiri Bunga Tembelekan 42 4.2.3. Uji Antibakteri Minyak Arsiri


(10)

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 60

5.2. Saran 60

Daftar Pustaka 61


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1 Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif

dan bakteri gram negatif 23

4.1 Hasil Hidrodestilasi Minyak Atsiri Bunga Tembelekan 36 4.2 Senyawa Hasil Analsia GC-MS Minyak Atsiri

Bunga Tembelekan 39

4.3 Hasil Pengukuran diameter zona bening beberapa


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2. 1. Bunga Tembelekan (Lantana camara L) 6

2. 2. Biosintesisa Terpenoid 12

2. 3. Perubahan senyawa monoterpen 13

2. 4. Reaksi biogenetik beberapa seskuiterpena 14

2. 5. Bagan Suatu Kromatografi Gas 15

2. 6. Skema Alat Spektroskopi Massa 17

2. 7. Basillus subtilis 20

2. 8. Propionibacterium acnes 21

2. 9. Pseudomonas aeruginosa 22

2.10. Esherichia coli 22

4. 1. Kromatogram hasil analisa GC-MS minyak atsiri bunga tembelekan 37

4. 2. Zona hambat dari minyak atsiri bunga tembelekan 39

4. 3. Spektrum massa senyawa Kariofilen 42

4. 4. Pola fragmentasi dari senyawa Kariofilen 43

4. 5. Spektrum massa senyawa α-humulen 44

4. 6. Pola fragmentasi dari α-humulen 45

4. 7. Spektrum massa senyawa α-Kurkumin 46

4. 8. Pola fragmentasi senyawa α-kurkumin 47

4. 9. Spektrum massa senyawa Kaleren 48

4.10. Pola fragmentasi dari senyawa Kaleren 49

4.11. Spektrum masssa senyawa Germakren-D 50

4.12. Pola fragmentasi dari senyawa Germakren-D 51

4.13. Spektrum massa senyawa α-murolen 52

4.14. Pola fragmentasi dari senyawa α-murolen 53

4.15. Spektrum massa senyawa 1,8 Sineol ( Eucalyptol) 54

4.16. Pola fragmentasi dari senyawa 1,8 Sineol (Eucalyptol) 55

4.17. Spektrum massa senyawa α-kopaen 56


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Indentifikasi Tumbuhan 65

2. Gambar Alat Destilasi Stahl 66


(14)

ANALISIS KOMPONEN KIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI BUNGA TEMBELEKAN (Lantana camara L)

ABSTRAK

Minyak atsiri bunga tembelekan ( Lantana camara L) telah diisolasi dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Bunga tembelekan didestilasi selama ± 4-5 jam menghasilkan kadar minyak atsiri sebesar 0,0466 %(b/b) . Komponen kimia minyak atsiri bunga tembelekan dianalisis menggunakan GC-MS dan menunjukkan ada 72 senyawa dengan 13 senyawa utama yaitu Kariofilen (10.87%), Davanone (9,84%), α-humulen (7,59 %), α- Kurkumin (3,35%), Germakren-D (3,09%), Kalaren (2,42%), α- murolen (2,27%),p-Cimene

(1,79%), 1,8 sineol (1,59%), Delta-Kadinen (1,59%) ,α-Kopaen

(1,12%),Nerodiol-B (1 %) dan ß-Ocimene (0,54%). Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri bunga tembelekan dilakukan dengan metode difusi agar menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dalam konsentrasi 10% dan 20% terhadap bakteri patogen Basillus subtilis (9.6 mm; 10.8 mm), Propionibacterium acnes ( 7.6 mm; 8.7 mm), Eschechia coli ( 8.4 mm ; 9.6 mm) dan Pseudomonas aeruginosa ( 8.3 mm ; 9.3 mm) dilihat dari zona bening yang terbentuk, zona bening pada konsentrasi 20% lebih besar dari konsentrasi 10%.


(15)

ANALYSIS OF CHEMICAL COMPONENTS AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY IN ESSENTIAL OIL OF LANTANA FLOWERS

(Lantana camara L)

ABSTRACT

Essential oil of Lantana flowers ( Lantana camara L) have been isolated with hydrodestillation method using Sthal. Lantana flowers have destillated for ±4-5 hours produced essential oil 0,0466 %(b/b). Chemical components in essential oil of lantana flower have been analyzed use GC-MS shows 72 compounds and 13 major compounds such as Caryophyllene (10,87%), Davanone (9.84%), α -Humulene (7,59%), α-curcumene, Germacrene-D (3,09%), Calarene (2,42%),α -Muurolene(2,27%), p-Cymene (1,79%), 1,8 cineole (1,59%) , Delta Cadinene (1,59%), α-copaene (1,12%) , Nerolidol-B (1%) and ß-Ocimene (0,54%). Antibacterial activity test of lantana flowers have been done using diffuse agar method showed antibacterial activity in concentration 10% and 20% to phatogen bacteria Basillus subtilis (9.6 mm; 10.8 mm), Propionibacterium acnes ( 7.6 mm; 8.7 mm), Eschechia coli ( 8.4 mm ; 9.6 mm) dan Pseudomonas aeruginosa ( 8.3 mm ; 9.3 mm) are showed from retardation area which is formed, retardation area in concentration 20% is bigger than concentration 10%.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang cukup berpotensi dalam produksi minyak atsiri. Penggunaan minyak atsiri dari bahan alam sebagai obat semakin diminati masyarakat, seiring dengan gerakan kembali ke alam (back to nature) yang dilakukan masyarakat. Tanaman obat makin penting peranannya dalam pembuatan makanan, minuman dan obat-obatan. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme pada tanaman. Minyak atsiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya dan larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Sudaryani dan Sugiharti, 1990).

Tanaman tembelekan (Lantana camara L) biasa tumbuh liar, tetapi tembelekan kerap ditemui sebagai pengisi taman ataupun tanaman pekarangan. Tanaman ini tumbuh di daerah ketinggian sampai 1.700 meter diatas permukaan laut dan merupakan tumbuhan perdu yang tingginya dapat mencapai 4 meter. Tanaman Tembelekan mengandung senyawa kimia alkaloid, flavonoid, lemak, protein, senyawa fenolik dan minyak atsiri (Wirakusumah et al, 1994).

Tembelekan digunakan masyarakat untuk mengobati beberapa macam penyakit seperti batuk, luka, peluruh air seni, peluruh keringat, penurun panas, obat bengkak, encok dan bisul. Pemanfaatan tembelekan untuk berbagai penyakit, digunakan dengan dua cara yaitu pengobatan dari dalam dan dari luar (Mardisiswojo, 1986).

Hasil analisa komponen minyak atsiri dari daun tembelekan (Lantana camara L) secara Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-MS) yang telah dilakukan oleh Yuliani (2013) komponen minyak atsiri dalam daun Lantana camara L yang dapat diindentifikasi lima komponen yaitu 3-Cyclohexen-1-ol, α -Terpinol, Benzenetanol, Fenol dan Asam heksadekanoat.


(17)

Indentifikasi komponen minyak atsiri pada beberapa tanaman Indonesia yang memiliki bau yang tidak sedap telah dilakukan oleh Indriyanti (2013), hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam daun Lantana camara L diperoleh 37 senyawa minyak atsiri dengan komponen utama 1H-siklopenta[1,3] siklopropa[1,2] benzene, oktahidro-7-metil-3-metilen-4-(1-metiletil)-,[3aS(3a. alfa, 3b.beta.,4.beta.,7.alfa.,7aS)] dari hasil analisa GC-MS.

Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri dari daun Lantana camara L hasil isolasi daun basah dan daun kering telah dilakukan oleh Gunawan (1991) dari hasil penelitian ini diperoleh baik daun yang masih segar maupun yang telah dikeringkan uji hambat terhadap pertumbuhan bakteri memberikan hasil positif pada Staphylococcus aureus, namun sama sekali tidak memberikan aktivitas terhadap Escherechia coli.

Dari uraian yang telah di kemukakan diatas menggambarkan bahwa penelitian terhadap komponen kimia utama minyak atsiri bunga tembelekan belum ada dilakukan, atas dasar itu peneliti tertarik untuk mengindentifikasi komponen atsiri bunga tembelekan (Lantana camara L) serta uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode difusi agar terhadap bakteri Basillus substilis, Propionibacterium acnes, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

1.2. Permasalahan

1. Komponen senyawa kimia utama yang terdapat pada minyak atsiri bunga Tembelekan (Lantana camara L).

2. Bagaimanakah aktivitas antibakteri minyak atsiri bunga Tembelekan terhadap bakteri Basillus subtilis, Propionibacterium acnes, Eschechia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

1.3. Pembatasan Masalah

1. Bunga Tembelekan berwarna jingga diperoleh dari Desa Lau Simomo Kec. Kaban Jahe Kab. Karo.


(18)

2. Penentuan komponen kimia utama minyak atsiri dari bunga Tembelekan dilakukan dengan analisa GC-MS.

3. Minyak atsiri bunga Tembelekan diuji terhadap bakteri Basillus subtilis, Propionibacterium acnes, Eschechia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan menggunakan metode difusi agar.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui komponen kimia utama minyak atsiri yang terkandung di dalam bunga tembelekan melalui analisa GC-MS.

2. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari minyak atsiri bunga tembelekan terhadap Basillus subtilis, Propionibacterium acnes, Eschechia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai komponen kimia utama minyak atsiri dalam bunga Tembelekan serta sifat antibakteri terhadap bakteri yakni Basillus substilis, Propionibacterium acnes, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian untuk isolasi minyak atsiri dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA USU Medan, penelitian untuk uji aktivitas antibakteri dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU Medan dan analisa GC-MS dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM Yogyakarta.


(19)

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen laboratorium dengan menggunakan sampel bunga tembelekan berwarna jingga. Dimana minyak atsiri bunga tembelekan diperoleh dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Minyak atsiri yang diperoleh dipisahkan dari lapisan airnya kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrous untuk menghilangkan kandungan airnya, kemudian disaring.Minyak atsiri yang diperoleh dianalisa dengan metode GC-MS untuk mengetahui komponen kimianya, serta dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode difusi agar terhadap bakteri Basillus substilis, Propionibacterium acnes, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bunga Tembelekan (Lantana camara L)

Berdasarkan taksonomi tanaman, bunga tembelekan termasuk dalam dalam:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Lamiales

Famili : Verbenaceae

Genus : Lantana

Spesies : Lantana camara L

Nama lokal: bunga tahi ayam, kembang telek, tembelekan, embang satek, saliyara, saliyere, tahi ayam, tahi kotok, cente (Sunda); kembang telek, obio, puyengan, tembelek, tembelekan, teterapan (Jawa); Kamanco, mainco, tamanjho (Madura); bunga pagar, kayu singapur, lai ayam (Sumatera).

Nama asing : Lantana, common lantana, yellow sage (Inggris, Amerika); wusemeigen (akar), wusemeiye (daun atau ranting muda), wusemei (bunga, Cina); utot-utot, baho-baho (Filipina) (Tim Trubus, 2013).

Morfologi dari tanaman tembelekan yaitu: a. Batang

Perdu, tegak hingga setinggi 4 m. Batang persegi, berkayu, bercabang banyak. Ranting persegi, sedikit berduri, dan berambut.

b. Daun

Tangkai daun sekitar 1 cm. Daun tunggal tersusun saling bertolak belakang. Lembaran daun oval, bulat telur, permukaan atas kasar, berambut pendek dan banyak sedangkan permukaan bawahnya berambut jarang. Ujung daun meruncing dengan pangkap tumpul. Panjang daun 5-8 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Tepian daun bergerigi halus. Ketika diremas mengeluarkan aroma kuat. Pertulangan menyirip.


(21)

c. Bunga

Bunga tembelekan mempunyai warna perpaduan warna krem, merah muda jingga. Terkadang bunga terdiri dari campuran dua warna. Bunga membentuk kumpulan bunga kecil membulat, perbungaan majemuk.Mahkota bagian dalam berambut.

d. Buah

Buah tembelekan berbentuk sperikal. Buah jenis beri berair yang membentuk satu kumpulan. Warna buah hijau berubah menjadi warna hitam ketika masak. Tangkai berambut (Tim Trubus, 2013).

Gambar 2.1. Bunga Tembelekan (Lantana camara L)

2.1.1. Kandungan Kimia Tembelekan

Ekstrak metanol daun Tembelekan menghasilkan euphene triterpene lakton. Akar mengandung verbascose, ajugose, lantanose, A, B, theveside, theveiridoside, shanzhiside metil ester, dan lantanolic acid. Daun yang terdapat di cabang yang lunak mengandung lantadene A, B, lantanolic acid, oleanolic acid, oleanonic acid, betulic acid, betulic acid, dan lantabetulic acid. Bunga mengandung minyak volatile humule, alpa-terpinene, gama-Terpinene, alpa- Pinene, beta–Pinene dan P-cymene. Minyaknya mengandung sesquiterpene curcumene dan safrole. Selain flavon glikosida, bunganya mengandung digalacturonide flavon, leuteolin 7-0-beta-galacturonyl-(2-1)-0- beta-galacturonide (Abou El-Kassem et al, 2012). Kandungan utama minyak esensial tembelekan yaitu Germacrene-D dan E-caryophyllene. Akarnya mengandung oleanolic acid, beta-sirosterol, gluko sida serta pomonic acid beserta triterpenoid


(22)

3beta,19alpa dihydroxy ursan-28-oic acid dan 21, 22beta-epoxy-3-beta-hydroxy olean-12-en-28-oic acid dalam bentuk metil ester (Passos JL et al, 2012).

2.1.2. Manfaat Tembelekan

Tumbuhan Lantana camara L digolongkan ke dalam tumbuhan berkhasiat obat sebab bagian dari tumbuhan ini sering digunakan sebagai bahan dasar untuk pengobatan tradisional dan diyakini dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit. Misalnya, bagian akar digunakan untuk obat reumatik yaitu dengan menggunakan air rebusan akar untuk mandi. Bagian kulit digunakan sebagai obat sakit kulit yaitu cara menempelkan daun segar yang dilumatkan ke tempat yang sakit atau direbus secukupnya dan digunakan sebagai pencuci penyakit kulit, bisul menghilangkan rasa gatal (anti pruritas) dan pembengkakan (anti swelling). Sedangkan bagian bunga dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit tbc (Kloppenburg dan Verteegh, 1983; Wijayakusuma et al,1995).

Pemanfaatan tembelekan untuk pengobatan berbagai penyakit digunakan dengan dua cara yaitu pengobatan dari dalam dan dari luar. Pengobatan dari dalam dengan cara merebus bagian yang diperlukan dengan ukuran secukupnya, dicuci bersih dan direbus dengan air secukupnya. Setelah itu, disaring dan didinginkan. Dalam kondisi hangat diminum oleh penderita. Hal ini dilakukan secara rutin setiap hari sampai sembuh. Ini digunakan untuk menyembuhkan penyakit sesak nafas, kencing nanah dan lain-lain. Sedangkan untuk pengobatan luar biasanya untuk penyakit bisul, luka dan lain-lain yang terlihat dari luar caranya cukup mengambil bagian yang diperlukan secukupnya, cuci bersih setelah itu tumbuk halus. Balurkan hasil tumbukan tersebut pada bagian yang sakit (Suparni dan Wulandari, 2012).

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman. Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir serta berbau


(23)

wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Sudaryani dan Sugiharti, 1990).

Minyak atsiri yang juga disebut minyak ateris merupakan minyak yang mudah menguap dengan komposisi yang berbeda-beda sesuai sumber penghasilnya. Minyak atsiri bukan merupakan zat kimia murni, melainkan terdiri dari berbagai campuran zat yang memiliki sifat fisika dan kimia berbeda-beda (Lutony, 2002).

Minyak atsiri yang dihasilkan baik yang berasal dari bagian tanaman yang basah maupun kering menunjukkan variasi yang cukup besar dalam sifat-sifat fisika kimia maupun komposisi kimia yang terkandung. Sifat-sifat ini ditunjukkan pada minyak atisiri yang berasal dari bunga-bunga, daun, herba, dan akar di mana dalam keadaan basah mengandung banyak uap air. Selama pelayuan dan pengeringan, membran sel berangsur-angsur akan pecah, cairan bebas melakukan penetrasi dari satu sel ke sel lain hingga membentuk senyawa-senyawa yang mudah menguap. Daun nilam yang dipanen dalam keadaan segar hampir tidak berbau, namun bau akan muncul bila daun dikeringkan dan diawetkan (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif sebagai contoh bahan anti radang, hepatoprotektor, analgetik, anestetik, antiseptik, psikoaktif dan antibakteri (Agusta,2000).

2.2.1 Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi

Destilasi dapat didefenisikan sebagai cara penguapan dari suatu zat dengan perantara uap air dan proses pengembunan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi merupakan metode yang paling berfungsi untuk memisahkan dua zat yang berbeda, tetapi tergantung beberapa faktor, termasuk juga perbedaan tekanan uap air (berkaitan dengan perbedaan titik didihnya) dari komponen-komponen


(24)

tersebut. Destilasi melepaskan uap air pada sebuah zat yang tercampur yang kaya dengan komponen yang mudah menguap daripada zat tersebut ( Pasto, 1992).

Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Penyulingan dapat didefenisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut.

Penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fase atau dua lapisan. Keadaan ini terjadi pada pemisahan minyak atsiri dengan uap air. Penyulingan dengan uap air sering disebut hidrodestilasi. Pengertian umum ini memberikan gambaran bahwa penyulingan dapat dilakukan dengan cara mendidihkan bahan tanaman atau minyak dengan air. Pada proses ini akan dihasilkan uap air yang dibutuhkan alat penyuling (Sastrohamidjojo, 2004).

Dalam pengertian industri minyak atsiri dibedakan tiga tipe destilasi, yaitu: 1.Penyulingan Air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan dan air mendidih (Lutony, 2002). Perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat seimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan. Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan uap keluar (Armando, 2009).

2.Penyulingan Uap dan Air

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air di atas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih (Sastrohamidjojo, 2004).


(25)

3.Penyulingan Uap

Penyulingan uap disebut juga penyulingan tak langsung. Didalam proses penyulingan dengan uap ini, uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori dan berada si bawah bahan tanaman yang akan disuling. Kemudian uap akan bergerak menuju ke bagian atas melalui bahan yang disimpan di atas saringan (Lutony, 1994). Sistem penyulingan ini baik untuk mengekstraksi minyak dari biji-bijian, akar dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi dan tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanas dan air (Ketaren, 1985).

2.2.2 Komponen Kimia Minyak Atsiri

Pada umumnya perbedaan minyak atsiri komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur pemanenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.

Minyak atsiri terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1) Hidrogen yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan 2) Hidrokarbon teroksigenasi.

1. Golongan hidrokarbon yang terdiri dari persenyawaan Terpen

Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen ( 2 unit isoprene), sesquiterpen ( 3 unit isoprene), diterpen ( 4 unit isoprene) dan politerpen.

2. Golongan hidrokarbon teroksigenasi

Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter dan fenol. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua (Ketaren, 1985).


(26)

2.2.3 Biosintesis Minyak Atsiri

Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak atsiri di dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang terbentuk dari biosintesis asam sikimat melalui jalur fenil propanoid (Agusta, 2000). Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid yaitu asam asetat yang telah diaktifkan oleh koenzim A melalui kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan koenzim A melakukan kondensasi sejenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP (Isopentenil Pirofosfat) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP (Dimetilalil Pirofosfat) oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.

Sintesa terpenoid sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu per satu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi –reaksi sekunder ini lazimnya adalah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi, dan sebagainya.Berikut ini adalah gambar biosintesa terpenoid dapat dilihat pada gambar 2.2.


(27)

CH3 C O

SCoA+ CH3 C O

SCoA CH3 C

O

CH2 C O

SCoA

Asetil Koenzim A Asetosetil koenzim A

CH3 C

O

SCoA

H3C C

OH

CH2 C SCoA O

CH2 C SCoA O

CH3 C CH2

CH2

OH

CH2 OH C O

OH CH3 C

OPP

CH2

CH2

CH2 OH C O O -OPP -CO2 Asam mevalonat H

CH3 C CH CH2 OPP

CH3

CH3 C HC CH2 OPP

CH2 H

Dimetilalil pirofosfat (DMAPP) Isopentenil pirofosfat (IPP)

OPP H OPP DMAPP IPP + OPP Monoterpen H OPP OPP Seskuiterpen Geranil pirofosfat Farnesil pirofosfat OPP H 2X Triterpen OPP Diterpen 2x tetraterpen Geranil-geranil pirofosfat


(28)

Untuk menjelaskan hal diatas dapat diambil beberapa contoh monoterpen. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol, nerol, dan linalool dari satu menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjalani reaksi-reaksi sekunder berikut, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsena, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal.

Berikut ini contoh perubahan senyawa monoterpen dapat dilihat pada gambar 2.3

CH2OH

Geraniol (trans)

OH

-H2o

Mirsen

CHO

Sitronelal

H , O

Linalool

CH2OH

Nerol (cis)

O

CHO


(29)

Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farsenil pirofosfat dan trans-farsenil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Kedua isomer farsenil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geraniol dan nerol.

Perubahan farsenil pirofosfat menjadi sekuiterpen dapat dilihat pada gambar 2.4.

OH

Farnesol

OPP Trans-Farnesil pirofosfat

CH2 +

+

OPP

cis-Farnesil pirofosfat

CH2

+

+

-H+ -H+

Humulen

Bisabolen

Gambar 2.4 Reaksi biogenetik beberapa seskuiterpena

2.3 Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri

2.3.1 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GCMS)

GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu Kromatografi gas( GC) untuk menganalisis jumlah


(30)

senyawa secara kuantitatif dan Spektrometri Massa (MS) untuk mengetahui massa molekul relatif dan pola fragmentasi senyawa yang dianalsis.

Kromatografi Gas merupakan salah satu tehnik analisa yang menggunakan prinsip pemisahan migrasi komponen-komponen penyusunya. Kromatografi gas biasa digunakan untuk mengindentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.

Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam. Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan keduanya dapat menghasilkan data lebih akurat dalam mengindentifikasi senyawa yang dilengkapi dengan struktur molekulnya (Pavia, 2006).

Sekarang ini sistem GC-MS sebagian digunakan sebagai peran utama untuk analisa makanan dan aroma, petroleum, petrokimia dan zat-zat kimia di laboratorium. Kromatografi gas merupakan kunci dari suatu tehnik analitik dalam pemisahan komponen mudah menguap, yaitu dengan mengkombinasikan secara tepat analisa sehingga pemecahan yang tinggi mengurangi pengoperasian. Keuntungan dari kromatografi gas adalah hasil kuantitatif yang bagus dan harganya lebih murah. Sedangkan kerugiannya tidak dapat memberikan indentitas atau struktur untuk setiap puncak yang dihasilkan dan saat proses karateristik yang didefenisikan sistem tidak bagus (Mcnair, 2009).

Adapun Prinsip kerja dari alat GC-MS adalah sebagai berikut 1. Kromatografi Gas


(31)

Kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis. Kromatografi Gas dapat digunakan untuk menguji kemurniaan dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengindentifikasi sebuah senyawa kompleks. Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak atau mobile phase adalah sebuah operator gas, yang biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak reaktif seperti gas nitrogen. Fase diam atau stationary phase merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut gas chromatograph (Fowlis, 1998).

Instrumentasi dari alat GC antara lain: a.Gas Pembawa

Gas pembawa yang paling sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar), nitrogen (N2), hidrogen (H2), dan karbondioksida (CO2

b.Injeksi Sampel

). Keuntungannya adalah karena semua gas ini tidak reaktif dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dikemas dalam tangki tekanan tinggi. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Gas pembawa harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain harus inert (tidak bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom), murni, dan mudah diperoleh (Agusta, 2000).

Cuplikan dimasukkan ke dalam ruang suntik melalui gerbang suntik, biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri, terpisah dari kolom dan biasanya pada suhu 10-15ºC lebih tinggi dari suhu maksimum. Jadi seluruh cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan dan dibawa ke kolom ( Gritter et al, 1991).

c. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada kromatografi gas (Rohman, 2009). Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh pemilihan kolom. Kolom dapat terbuat dari tembaga, baja tahan karet, aluminium, atau gelas. Kolom dapat berbentuk


(32)

lurus,melengkung,atau gulungan spiral sehingga lebih menghemat ruang (Agusta, 2000).

Fase diam disapukan pada permukaan dalam medium, seperti tanah diatom dalam kolom atau dilapiskan pada dinding kapiler. Berdasarkan bentuk fisiknya, fase diam yang umum digunakan pada kolom adalah fase diam padat dan fase diam cair.

Berdasarkan sifatnya fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu nonpolar, sedikit polar, setengah polar (semi polar), dan sangat polar. Berdasarkan sifat minyak atsiri yang non polar sampai sedikit polar, untuk keperluan analisis sebaiknya digunakan kolom dalam fase diam yang bersifat sedikit polar. Jika dalam analisis minyak atsiri digunakan kolom yang lebih polar, sejumlah puncak yang dihasilkan menjadi lebar (lebih tajam) dan sebagai puncak tersebut juga membentuk ekor.Begitu juga dengan garis dasarnya tidak rata dan terlihat bergelombang. Bahkan kemungkinan besar komponen yang bersifat nonpolar tidak akan terdeteksi sama sekali (Agusta, 2000).

1. Spektrometri Massa

Gambar 2.6 Skema Alat Spektroskopi Massa

Prinsip spektrometri massa (MS) ialah molekul senyawa organik (sampel) ditembak dengan berkas elektron dan menghasilkan ion bermuatan positif yang mempunyai energi yang tinggi karena lepasnya elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion positif yang lebih kecil (ion fragmen). Spektrum massa merupakan grafik antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/muatan (m/z) (Sastrohamidjojo, 2004).


(33)

Adapun instrumentasi dari alat spektroskopi massa sebagai berikut: a.Sumber Ion

Setelah melewati rangkaian kromatografi gas, sampel gas akan dijuji dilanjutkan melalui rangkaian spektroskopi massa. Molekul-molekul yang melewati sumber ion ini diserang untuk melewati filter, partikel-partikel sampel haruslah bermuatan.

b.Filter

Selama ion melalui rangkaian spektroskopi massa, ion-ion ini melalui rangkaian elektromagnetik yang menyaring ion berdasarkan perbedaan massa. Para ilmuwan memisahkan komponen-komponen massa untuk kemudian dipilih yang mana yang boleh melanjutkan yang mana tidak (prinsip penyaringan). Filter ini terus menyaring ion-ion yang berasal dari sumber ion untuk kemudian diteruskan ke detektor.

c.Detektor

Ada beberapa tipe detektor yang biasa digunakan. Dalam mekanisme reaksi, pembakaran senyawa organik merupakan hal yang sangat kompleks. Selama proses, sejumlah ion-ion dan elektron-elektron dihasilkan dalam nyala. Kehadiran ion dan elektron dideteksi. Seluruh detektor ditutup dalam oven yang lebih panas dibanding dengan temperatur kolom. Hal ini menghentikan kondensasi dalam detektor.

Pada metode analasis GCMS (Gas Chromatography Mass Spectroscopy) adalah dengan membaca spektra yang terdapat pada kedua metode yang digabung tersebut. Pada spektra GC jika terdapat bahwa dari sampel mengandung banyak senyawa, terlihat dari banyaknya puncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel.

Selanjutnya adalah dengan memasukan senyawa yang diduga tersebut kedalam instrument spektroskopi massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari kromatografi gas adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu, didapat hasil dari spektra spektroskopi massa pada grafik yang berbeda.


(34)

Informasi yang diperoleh dari kedua tehnik ini yang digabung dalam instrumen GCMS adalah hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS bias diperoleh informasi mengenai massa molekul relatif dari sampel tersebut (Skoog, 1991).

Peningkatan penggunaan GC-MS banyak digunakan yang dihubungkan dengan komputer dimana dapat merekam dan menyimpan data dari sebuah analisis akan berkembang pada pemisah yang lebih efesien. Karena komputer dapat diprogram untuk mencari spektra library yang langka, membuat indentifikasi dan menunjukkan analisis campuran gas tersebut (Willet, 1987).

2.4 Bakteri

Bakteri (tunggal: bacterium) adalah kelompok mikroorganisme yang sangat penting karena pengaruhnya yang membahayakan maupun menguntungkan. Mereka tersebar luas di lingkungan sekitar kita. Mereka dijumpai di udara, air dan tanah, dalam usus binatang, lapisan yang lembab pada mulut, hidung atau tenggorokan, pada permukaan tubuh atau tumbuhan (Gaman,1981).

Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopi). Bakteri rata-rata berukuran lebar 0,5 – 1 mikron dan panjang hingga 10 mikro (1 mikron – 103

Bakteri dibedakan atas dua kelompok bedasarkan komposisi dinding sel serta sifat pewarnaannya, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Selain perbedaan dalam sifat pewarnaannya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif berbeda dalam sensivitasnya terhadap kerusakan mekanis/fisis, terhadap enzim, disinfektan dan antibiotik (Lay, 1994).

mm). Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarna ini disebut pengecatan bakteri (Irianto, 2006).

2.4.1 Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif, yaitu bakteri yang dapat mengikat zat warna pertama (kristal violet) akan memberikan warna ungu dan setelah dicuci dengan alkohol,


(35)

warna ungu tersebut akan tetap kelihatan. Kemudian ditambahkan zat warna kedua (safranin), warna ungu pada bakteri tidak berubah (Lay, 1994).

2.4.1.1 Basillus subtilis

Berbentuk batang dan membentuk spora. Sering menimbulkan permasalahan pada industri pengalengan karena sporanya sangat tahan terhadap panas. Basillus antracis menyebabkan penyakit anthrax pada manusia dan hewan, B.subtilis (B.mesentericus) menyebabkan suatu tipe kerusakan yang disebut dengan ropiness pada roti, dan B.cereus dapat menyebabkan keracunan pangan (Gaman, 1992). Berikut ini adalah gambar dari bakteri Basillus subtilis pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Basillus subtilis

2.4.1.2 Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes termasuk dalam kelompok bakteri orynebacteria. Bakteri ini termasuk flora normal kulit, berperan pada pathogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya akne. Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob gram positif yang toleran terhadap udara (Pelczar, 1988).


(36)

Berikut ini adalah gambar dari bakteri Propionibacterium acnes pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Propionibacterium acne

2.4.2 Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negatif, yaitu bakteri yang kehilangan warna Kristal violet ketika dicuci dengan alkohol dan setelah diberi zat warna kedua (Safranin), bakteri akan memberikan warna merah muda (Lay, 1994).

2.4.2.1 Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa berupa bakteri gram negatif obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm, tidak menghasilkan spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat. Pseudomonas aeruginosa dapat menginfeksi seseorang yang mengalami gangguan pada sistem pertahanan tubuhnya, misalnya pada orang yang menderita luka bakar, pada orang yang mengalami gangguan metabolisme dan pada penderita yang mendapat pengobatan radiasi (Pelczar, 1988).

Pseudomonas merupakan salah satu jenis dalam kelompok ini yang sering menimbulkan kebusukan makanan. Pertumbuhan pada kondisi aerobik berjalan cepat, dan biasanya membentuk lendir. Kebanyakan Pseudomonas, kecuali P. Syringe, bersifat oksidase positif, dan akan membentuk warna biru jika ditambah senyawa dimetil-p-fenilenediamin dihidroklorida. Tidak tahan terhadap panas dan keadaan kering. Oleh karena itu, mudah dibunuh dengan proses pemanasan dan pengeringan (Fardiaz, 1992).


(37)

Berikut ini adalah gambar dari bakteri Pseudomonas aeruginosa pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Pseudomonas aeruginosa

2.4.2.1. Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli yang merupakan flora normal pada saluran pencernaan dapat berubah menjadi oportunis patogen bila hidup di luar usus, misalnya pada infeksi saluran kemih, infeksi luka dan mastitis. E.coli merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat motile (Supardi dan Sukamto, 1999).

E. coli mungkin menyebabkan diare dengan salah satu dari dua mekanisme : (1) dengan produksi enterotoksin yang secara tidak langsung menyebabkan kehilangan cairan; dan (2) dengan invasi yang sebenarnya lapisan epitelium dinding usus, yang menyebabkan peradangan dan kehilangan cairan (Volk, 1989). Berikut ini adalah gambar dari bakteri Esherichia coli pada gambar 2.10.


(38)

Tabel 2.1 Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dapat dilihat sebagai berikut (Fardiaz, 1992)

No. Sifat Perbedaan relatif

Bakteri gram (+) Bakteri gram (-)

1. Komposisi Kandungan lipid Kandungan lipid

dinding sel rendah(1-4%) (11-22%)

2. Ketahanan

terhadap penisilin Lebih sensitif Lebih tahan 3. Penghambatan

oleh pewarna basa Lebih dihambat Kurang

(misalnya violet Kristal) dihambat

4. Kebutuhan nutrient Kebanyakan Relatif

spesies relatif kompleks sederhana 5. Ketahanan terhadap

Terhadap Lebih tahan Kurang tahan

perlakuan fisik

2.5Antibakteri

Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas) (Brookset et al., 2005).


(39)

2.5.1 Uji Efek Antibakteri

Pengujian antimikroba dilakukan untuk mengukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efesien. Ada dua metode utama dalam pengujian antimikroba , yaitu:

2.5.1.1Metode Difusi

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan, metode difusi dapat dilakukan dalam 5 cara menurut Pratiwi (2005), yaitu metode disc diffusion (tes Kirby& Bauer), e-test, disc-plate technique, cup-pate technique, gradient-palte technique.

Penentuan aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan metode difusi agar, diantaranya dimana menggunakan piringan yang berisi agen antimikroba, kemudian diletakkan pada media agar yang sebelumnya telah ditanami mikroorganisme sehingga agen antimikroba dapat berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasi adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan agar (Aziz, 2010).

2.5.1.2. Metode Dilusi

Metode dilusi (metode pengenceran) merupakan metode yang dilakukan dengan mengencerkan zat antimikroba dan dimasukkan kedalam tabung-tabung reaksi steril. Masing-masing tabung tersebut ditambahkan sejumlah mikroba uji yang telah diketahui jumlahnya. Pada interval tertentu, dilakukan pemindahan dari tabung reaksi ke dalam tabung-tabung berisi media steril kemudian diinkubasi dan diamatipenghambatan pertumbuhan (Kusmiyati dan Agustini, 2007). Menurut Pratiwi (2008), metode dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (bruch dilution)dan dilusi padat (solid dilution).


(40)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat Alat Stahl

GC-MS Shimadzu

Gelas ukur 100 mL Pyrex

Gelas ukur 10 mL Pyrex

Gelas Erlenmeyer 250 mL Pyrex

Beaker Glass 50 mL Pyrex

Labu destilasi 2000 mL Pyrex

Pipet tetes

Tabung reaksi Pyrex

Pipet serologi Pyrex

Neraca analitis Mettler AE 2000

Spatula Cawan Petri Bola karet Botol vial Jarum suntik

Inkubator Fiber Scientific

Batang pengaduk Jangka sorong Kapas

Oven

Autoklaf Yamato SN20

Hot Plate stirrer Cimarec2

Kertas cakram Oxoid

Pinset

Kertas perkamin Aluminium foil


(41)

Fortex Fisions Whirch Mixer

3.2 Bahan-bahan Bunga tembelekan Na2SO4

Etanol 96%

anhidrous p.a . Merck

Alkohol 70%

Nutrient Agar (NA) p.a Oxoid

Nutrient Broth (NB) p.a Oxoid

Mueller Hinton Agar (MHA) p.a Oxoid

Larutan standar Mcfarland Aquadest

Dimetil Sulfoksida (DMSO) Basillus subtilis

Propionibacterium acne Eschechia coli

Pseudomonas aeruginosa

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Penyediaan Sampel

Sampel yang diteliti adalah bunga tembelekan (Lantana camara L) berwarna jingga. Bunga tembelekan dipisahkan dari tangkai bunga kemudian ditimbang.

3.3.2 Isolasi Minyak Atsiri Bunga Tembelekan dengan Alat destilasi Stahl Sebanyak 200 g bunga tembelekan dimasukkan labu destilasi 1000 mL ditambahkan air suling 150 mL, dipasang pada alat penyuling Stahl dan dipanaskan selama ± 4-5 jam diatas penangas minyak hingga minyak atsiri menguap sempurna ditandai dengan keluarnya destilat yang jernih. Destilat yang


(42)

diperoleh merupakan campuran minyak dengan air yang selanjutnya ditambahkan NaCl hingga jenuh, kemudian minyak atsiri yang masih tercampur dengan air diekstraksi dengan eter.Ekstrak eter yang masih tercampur dengan minyak atsiri ditambahkan Na2SO4 anhidrous, kemudian disaring, filtrat hasil saringan diuapkan hingga diperoleh minyak atsiri sebagai residu yang selanjutnya disimpan dilemari pendingin pada suhu 4°C. Minyak yang diperoleh dianalisa kandungan kimianya menggunakan alat GC-MS dan diuji aktivitas antibakteri terhadap Basillus subtilis, Propionibacterium acnes, Eschechia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi agar (Supriyanto dan Cahyono, 2012).

3.3.3 Analisis Minyak Atsiri Bunga Tembelekan dengan GC-MS

Cuplikan dimasukkan kedalam gerbang suntik pada sebuah alat GC-MS. Selanjutnya kondisi disesuaikan dengan kondisi dibawah ini kemudian diamati kromatogram yang dihasilkan oleh rekorder dan mass recorder serta mass spektra masing-masing senyawa.

Kondisi alat GC-MS yaitu :

Kolom : AGILENT HP 5MS

Panjang : 30 meter

Gas Pembawa : Helium

Pengion : EI

GC-2010

Temperatur kolom oven : 70°C

Suhu Injeksi : 310°C

Model Injeksi : Split

Model aliran control : Pressure

Tekanan : 13.7 kPa

Total Aliran : 60 mL/min

Aliran kolom : 0.50 mL/min

Kecepatan Linear : 25.9 cm/sec

Aliran Pembersih : 3.0 mL/min


(43)

Waktu Kesetimbangan : 1.0 min GCMS-QP2010

Suhu sumber Ion : 250°C

Suhu Interface : 305°C

Waktu Pemecah Pelarut : 2.80 min Detektor Gain Mode : Relative

Detektor Gain : 0,00 kV

MS

Waktu Mulai : 3.00 min

Waktu Berhenti : 80 min

ACQ Mode : Scan

Event Time : 0.50 sec

Kecepatan Scan : 1250

Mulai m/z : 28

Berhenti m/z : 600

3.3.4 Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan 3.3.4.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Sebanyak 7 gram nutrient agar dimasukkan dalam Erlenmeyer lalu dilarutkan dengan 250 mL dan dipanaskan hingga semua larut. Kemudian disterilkan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.

3.3.4.2 Pembuatan Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri

Kedalam tabung reaksi yang steril dimasukkan 3 mL media nutrient agar steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30-45°. Biakan bakteri Basilus subtilis dari strain utama diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring dengan cara menggores, kemudian diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 18-24 jam. Hal yang sama juga dilakukan pada biakan bakteri Propionibacterium acnes, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa.


(44)

3.3.4.3 Pembuatan Media Mueller Hinton agar (MHA)

Dimasukan 9.5 g serbuk Mueller Hinton Agar diamsukkan dalam Erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 250 mL aquades dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih. Kemudian disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.

3.3.4.4 Penyiapan Inokulum Bakteri

Sebanyak 3.25 g nutrient broth dilarutkan dengan 250 mL aquades dalam Erlenmeyer dan dipanaskan hingga semua larut, kemudian disterilkan di autoklaf 121°C selama 15 menit dan didinginkan. Lalu koloni bakteri Basillus subtilis diambil dari stok kultur menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 mL media nutrient broth steril dalam tabung reaksi dan diinkubasikan pada suhu 35±2°C selama ± 3 jam, lalu dibandingkan kekeruhannya dengan kekeruhan standar Mcfarland. Hal yang sama juga dilakukan untuk koloni bakteri Propionibacterium acnes, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

3.3.4.5 Pembuatan Variasi Konsentrasi Minyak Atsiri Bunga Tembelekan (Lantana camara L)

Minyak atsiri bunga tembelekan dibuat dalam konsentrasi 10 % dan 20% (v/v), dengan memipet 0.5 mL dan 1 mL minyak atsiri dengan menggunakan mat pipet dan dimasukkan kedalam labu ukur 5 mL, kemudian ditambahkan Dimetil Sulfoksida (DMSO) pada masing-masing minyak atsiri hingga garis batas dan dihomogenkan.

3.3.4.6 Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan

Sebanyak 0,1 mL inokulum Basilus subtilis dimasukkan ke dalam cawan petri, setelah itu dituang media Mueller Hinton Agar sebanyak 15 mL dengan suhu 45-50°C dihomogenkan sampai media bakteri tercampur rata, kemudian dibiarkan sampai media memadat. Dimasukkan kertas cakram yang telah


(45)

direndam dengan minyak atsiri bunga tembelekan dengan berbagai konsentrasi kedalam cawan petri yang telah berisi bakteri, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35±2°C selama 18-24 jam. Selanjutnya diukur diameter daerah hambat di sekitar larutan penguji dengan jangka sorong. Dilakukan dengan cara yang sama terhadap bakteri Propionibacterium acnes, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa (Hatijah 2013).


(46)

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Isolasi Minyak Atsiri Bunga Tembelekan dengan Alat Stahl

dimasukkan kedalam labu Stahl 1Liter

ditambahkan air suling 150 mL dirangkai alat Stahl

dipanaskan hingga keluar uap air bersama minyak

dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer

ditambahkan NaCl jenuh

diekstraksi dengan eter dalam corong pemisah

ditambahkan Na2SO4 anhidrous disaring

diuapkan pasa suhu 40º C

200 g Bunga Tembelekan Segar

Destilat

Lapisan atas Lapisan

Residu Filtrat

Minyak atsiri


(47)

3.4.2 Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan

3.4.2.1 Pembuatan Media Nutrien Agar (NA) Miring dan Stok Kulkur Bakteri

Dilarutkan dengan 250 mL aquadest dalam Erlenmeyer

Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih

Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit

Dituangkan kedalam tabung reaksi sebanyak 3 mL Dibiarkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30°-45°C Diambil biakan bakteri Basillus subtilis dari strain utama dengan jarum ose lalu digoreskan pada Media NA yang telah memadat

Diinkubasi pada suhu 35°C selama 18-24 jam

Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Propionibacterium acne, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

7 g Media NA

Media NA Steril


(48)

3.4.2.2 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Dilarutkan dengan 250 mL aquadest dalam erlenmeyer

Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih

Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit

9.5 g Media Mueller Hionton Agar (MHA)


(49)

3.4.2.3 Penyiapan Inokulum Bakteri

Dialrutkan dengan 250 mL aquadest dalam erlenmeyer

Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih

Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit

Dimasukkan sebanyak 10 mL kedalam tabung reaksi

Diambil koloni bakteri Basillus subtilis dari stok kultur bakteri dengan jarum ose

Disuspensikan kedalam media Nutrient Broth (NB) Diinokulasi pada suhu 35°C selama 3 jam

Dibandingkan kekeruhannya dengan standar Mcfarland (BaCl2 : H2SO4)

Dilakukan hal yang sama untuk Propionibacterium acne, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

3.25 g Media Nutrien Broth (NB)

Media NB Steril


(50)

3.4.2.4 Uji Aktivitas Antibakteri

Dimasukkan kedalam cawan petri

Ditambahkan 15 mL MHA dengan suhu 45°C-50°C Dihomogenkan sampai media dan bakteri tercampur rata

Dibiarkan sampai media memadat

Dimasukkan kertas cakram yang telah direndam dengan minyak atsiri bunga tembelekan kedalam cawan petri yang telah berisi bakteri

Diinkubasi pada suhu 35°C selama 1-24 jam dalm inkubator

Diukur diameter zona bening disekitar cakram dengan jangka sorong

Dilakukan hal yang sama untuk Propionibacterium acnes, Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

0.1 mL inokulum bakteri Basillus subtilis


(51)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Penentuan Kadar Minyak Atsiri

Minyak Atsiri bunga tembelekan berwarna jingga diperoleh dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Proses ini dilakukan secara triplo. Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Minyak Atsiri bunga tembelekan yang diperoleh dengan metode hidrodestilasi

Berat Sampel Hasil(mL) Rata-rata Berat Minyak Atsiri (g) I II II (mL) (gr)

200 0,13 0,12 0,10 0,11 0,0932

4.1.2 Hasil Analisa dengan GC-MS

Minyak atsiri yang dihasilkan secara hidrodestilasi dianalisa dengan Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GS-MS). Kromatogram Kromatografi Gas dari bunga tembelekan hasil hidrodestilasi diperoleh 72 puncak senyawa (gambar 4.1) dan masing-masing senyawa dari hasil interpretasi yang dapat diindentifikasi berdasarkan standart library sebanyak 13 senyawa seperti pada tabel 4.2.


(52)

Gambar 4.1. Kromatogram hasil analisa Kromatografi Gas minyak atsiri bunga tembelekan


(53)

(54)

Tabel 4.2. Senyawa Hasil Analisa GC-MS Minyak Atsiri Bunga Tembelekan

No. Waktu Massa Rumus Nama Senyawa %

Peak Retensi Senyawa Molekul yang diduga Kadar

(menit)

7 7.974 136 C10H16

12 9.645 134 C

ß- Ocimene 0.54

10H14

14 9.872 154 C

p-Cymene 1.79

10H18

20 20.944 204 C

O 1,8 Sineol 1.59

15H24

23 22.317 204 C

α-Kopaen 1.12

15H24

25 22.521 204 C

Kariofilen 10.87

15H24

29 23.226 204 C

Kalaren 2.42

15H24

32 23.852 202 C

α-Humulen 7.59

15H22

33 23.933 204 C

α-Kurkumin 3.53

15H24

36 24.346 204 C

Germakren-D 3.09

15H24

38 24.935 204 C

α-Murolen 2.27

15H24

40 25.861 204 C

Delta Kadinen 1.59

15H26

42 26.527 236 C

O Nerolidol-B 1.00

15H24O2 Davanone 9.84

4.1.3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Sifat antibakteri minyak atsiri bunga tembelekan menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri patogen yaitu Basillus subtilis, Propionibacterium acnes, Eschechia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Zona hambat minyak atsiri dapat dilihat pada gambar 4.2


(55)

(c) Escherchia coli (d) Pseudomonas aeruginosa

Gambar 4.2. Zona hambat dari minyak atsiri bunga tembelekan terhadap bakteri (a)Basillus subtilis, (b) Propionibacterium acnes, (c) Escherchia coli, (d)Pseudomonas aeruginosa

Hasil pengujian minyak atsiri bunga tembelekan terhadap pertumbuhan bakteri gram positif Basillus subtilis dan Propionibacterium acnes serta pertumbuhan bakteri gram negatif Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa setelah inkubasi 24 jam dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran diameter zona bening beberapa kultur bakteri oleh minyak atsiri bunga tembelekan

Bakteri Diameter zona bening minyak atsiri (mm)

10% 20%

Basillus subtilis 9.6 10.8

Propionibacterium acnes 7.6 8.7

Escherchia coli 8.4 9.6


(56)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi dengan Alat Stahl

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh minyak atsiri bunga tembelekan (Lantana camara L) rata-rata sebanyak 0,11 mL (0,0932 g) dari 200 gram. Dengan demikian kadar minyak atsiri adalah 0,0466% (b/b) yang diperoleh dari perhitungan berikut :

% kadar minyak atsiri = berat minyak atsiri yang diperoleh

berat bunga tembelekan

x

100%

% kadar Minyak Atsiri = 0,0932

200 g x 100%

= 0,0466%

Minyak atsiri bunga tembelekan diperoleh berwarna kuning pucat. Kadar minyak atsiri yang diperoleh sebesar 0,0466%. Kadar minyak atsiri bunga tembelekan lebih kecil dibandingkan dengan minyak atsiri daun tembelekan yaitu sebesar 0,28 % (Indriyanti, 2013). Jika dilakukan perbandingan dengan penelitian sebelumnya diduga kadar minyak atsiri dari daun tembelekan lebih besar dibanding dengan kadar minyak atsiri pada bunga tembelekan. Selain segi komponen senyawa yang diduga terdapat perbedaan ada beberapa jenis yang terkandung di anatara daun dan bunga tembelekan seperti kandungan α-Limonena yang terdapat pada daun tembelekan sedangkan senyawa ini tidak terdapat pada bunga tembelekan dan ada beberapa senyawa lain yang berbeda. Senyawa kimia bunga tembelekan yang diperoleh terdiri dari senyawa terpen dan terpenoid yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen dimana komoponen senyawa minyak atsiri bunga tembelekan paling banyak adalah seskuiterpen ( 3 unit isoprene). Selain itu diperoleh juga kandungan dari minyak atsiri yang bukan golongan senyawa terpen dan terpenoid yaitu aldehid dan ester. Menurut (Harris, 1990) minyak atsiri dapat campuran beberapa senyawa dari bahan-bahan hayati, yang termasuk aldehid, alkohol, ester dan keton. Bahan-bahan ini kemungikinan merupakan sisa metabolise tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk peran ganda seperti menarik serangga perusak.


(57)

4.2.2. Analisa Minyak Atsiri Bunga Tembelekan

1. Puncak dengan RT 22,317 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24.

a.

Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/e 189, 175, 161, 147, 133, 119, 107, 93, 79,69, 39. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library NIST12, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu Kariofilen sebanyak 10,87 % dengan spektrum 4.3

b.

Gambar 4.3. Spektrum massa senyawa Kariofilen dengan RT 22,317 Keterangan : a : Senyawa Kariofilena dari sampel

b : Standart Library NIST12


(58)

Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa Kariofilen tersebut secara hipotesis pada gambar 4.4

CH3 CH2 CH3 CH3 + e CH3 CH2 CH3 CH3 + . CH3 CH3 CH2 + -CH2=CH2 C15H24

+ m/e= 204 C14H21 m/e= 189 + C12H17 -CH2=CH2

-CH2=CH-CH=CH2

+

m/e= 161

m/e= 133 C6H7

m/e=79 -2e

CH3

CH3 H2C

- CH3

C10H13 +

+

CH3

CH3 H2C

+ + H2C (28) (28) (54) (15) +


(59)

2. Puncak dengan RT 23,225 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24.

a.

Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/e 189, 175, 161, 147, 133, 119, 107, 93, 80,67, 43,41. Dengan membandingkan data spectrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley229, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu α-Humulen sebanyak 7,59 % dengan spektrum 4.5

b.

Gambar 4.5 Spektrum massa senyawa α-Humulen dengan 23,225 Keterangan a: Senyawa α-Humulen dari sampel


(60)

Selanjutnya pola fragmentasi pada senyawa α-Humulen tersebut secara hipotesis seperti gambar 4.6

CH3 CH3 CH3 CH3 + e -2e CH3 CH3 CH3 CH3 + m/e=204 + CH3 CH3 -CH2=CH-CH=CH2

H2C C CH C CH CH2 CH3 + H

C12H15

m/e = 147 C7H9 +

m/e = 93

+ - CH3

CH3

CH3

+

-CH2=CH2 CH3 (C14H21)

(C15H24)

m/e= 189 + + (15) (28) (54)


(61)

3. Puncak dengan RT 23,852 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H22.

a.

Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 202 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/e 189, 159, 145, 132, 119. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley229, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu α -Kurkumen sebanyak 3,35% dengan spektrum 4.7

b.

Gambar 4.7 Spektrum massa senyawa α-Kurkumen dengan RT 23,850 Keterangan a: Senyawa α-Kurkumen dari sampel


(62)

Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa α-Kurkumin tersebut secara hipotesis seperti gambar 4.8

CH3

CH3

H3C

H3C

+ e -2e

CH3

CH3

H3C

H3C

+

CH3

C15H22 m/e = 202

C12H15 m/e = 159

C9H11 m/e = 119

+ + +

-CH2=CH2

-CH3C CH

C7H7 + m/e = 91

CH3

H3C

H3C

+ - CH3

- CH2=CH2 (C14H19)

m/e= 187

H3C +

H3C

+ H3C

+ (15) (28) ((40) (28) +


(63)

4. Puncak dengan RT 22.521 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24.

a.

Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/e 189, 161, 147, 133, 119, 105, 91, 79, 67, 43,41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley229, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu Kalaren sebanyak 2,42 % dengan spektrum 4.9

b.

Gambar 4.9 Spektrum massa senyawa Kaleren dengan RT 22,521 Keterangan a: Senyawa Kaleren dari sampel


(64)

Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa Kaleren tersebut secara hipotesis seperti pada gambar 4.10

CH3 CH3 CH3 CH3 + e -2e CH3 CH3 CH3 CH3 -CH CH C HC CH

C15H24 m/e= 204

C12H17 m/e = 161

C8H9

m/e= 105 C6H7

m/e= 79 C3H5

m/e= 41 + + + + CH3 CH3 +

-CH2=CH2 (C14H21)+

m/e= 189

CH3CH=CHCH3

+

- CH3

+ CH3 CH3 CH3 + CH CH3 + CH3 +

-H2C C+ CH3

(15)

(28)

(56)

(26) (38)


(65)

5. Puncak dengan RT 23,933 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24.

a.

Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/e 177, 161, 147, 133, 119, 105, 91, 79,67, 43,41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley229, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu Germakren-D sebanyak 3,09 % dengan spektrum 4.11

b.

Gambar 4.11.Spektrum massa senyawa Germakren-D dengan RT 23,933 Keterangan a: Senyawa germakren-D dari sampel


(66)

Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa germakren-D tersebut secara hipotesis seperti gambar 4.12

CH3

CH3

H3C

H2C

+ e

-2e

CH3

CH3

H3C

H2C

+

CH3

H3C

H2C

+

CH2=CHCH2CH3

-- C HC CH CH CH C15H24 m/e=204

C12H17 m/e= 161

C8H9 m/e= 105 C6H7

m/e= 79 C3H5

m/e = 41

+

+ +

+

CH3

H3C

H2C

(C14H21) - CH3

-CH2=CH2 + +

+ (15)

(28)

H2C

+ (56)

(26) (38)

H2C

+ CH3

CH CH

+


(67)

6. Puncak dengan RT 24,346 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24.

a.

Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/e 189, 161, 147, 133, 119, 105, 91, 77, 67, 43,41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley229, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu α-Murolen sebanyak 2,27 % dengan spektrum 4.13

b.

Gambar 4.13 Spektrum massa senyawa α-Murolen dengan RT 24,350 Keterangan a: Senyawa α-Murolen dari sampel


(68)

Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa α-muurolene tersebut secara hipotesis seperti pada gambar 4.14

CH3

H3C

-2e

CH3

H3C

+

+

m/e= 161 - CH2=CHCH2CH3 H3C

CH CH

C15H24

C8H9 C6H7

CH3

H3C H3C CH3

+

+ +

H3C CH3

- CH3

H3C

CH3 H3C

m/e= 204

(C14H21)

-CH2=CH2 + + + e (15) (28) m/e= 189 m/e=105 m/e=79 (56) + H3C

+

(26)

C12H17+


(69)

7. Puncak dengan RT 9,875 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C10H18O.

a.

Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 154 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/e 139, 125, 108, 84, 81, 69, 43, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley229, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu 1,8 Sineol (Eucalyptol) sebanyak 1,59 % dengan spektrum 4.15

b.

Gambar 4.15 Spektrum massa senyawa 1,8 Sineol( Eucalyptol) dengan RT 9,875 Keterangan: a: Senyawa 1,8 Sineol ( Eucalyptol) dari sampel


(70)

Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa 1,8 Sineol (Eucalyptol) tersebut secara hipotesis seperti pada 4.16

o CH3 CH3 CH3 + o CH3 CH3 CH3 +

- CH2=CHCH2CH3

-CH CH

C10H18O

C5H9 m/e = 69

C3H7 m/e = 43

+ + e -2e m/e= 154 + (56) (26) - CHO (29) CH3 CH3 CH3 + C9H17 + m/e= 125 CH3 +

HC CH3 CH3

+


(71)

8. Puncak dengan RT 20,942 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24.

a.

Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/e 189, 161, 147, 133, 119, 105, 91, 77, 67, 43,41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley229, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu α-Kopaen sebanyak 1,12% dengan spektrum 4.17

b.

Gambar 4.17 Spektrum massa senyawa α-kopaen Keterangan a: Senyawa α-Kopaen dari senyawa


(72)

Selanjutnya pola fragmentasi dari α-Kopaen tersebut secara hipotesis pada gambar 4.14 CH3 CH3 + e -2e CH3 CH3 + + m/e=161 - CH2=CH2 CH3

H3C H3C CH3

H3C

H3C

+ H3C

CH3

CH3

+

C15H24

m/e = 204

C12H17

C10H13 m/e = 133 C8H9

m/e = 105

+ +

+ +

CH3

H3C CH3

C15H24

m/e = 204 + - CH3

-CH2=CH2

+

-CH2=CH2

CH3

(15)

(28)

(28)

(28)


(73)

4.2.3. Uji Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan

Dari tabel 4.3 diketahui minyak atsiri bunga tembelekan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Basillus subtilis, Propionibacterium acnes, Eschechia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Hal ini disebabkan minyak atsiri mengandung senyawa-senyawa golongan terpenoid yang berfungsi sebagai senyawa aktif yang salah satunya adalah 1,8 Sineole dan beberapa senyawa yang tidak dapat diindentifikasi. Menurut conner (1993) senyawa terpenoid yang mempunyai aktivitas antimikroba antara lain borneoil, sineol, pinene dan kamper. Minyak atsiri dari bunga tembelekan mengandung senyawa 1,8 Sineole, Nerolidol-B,

Davanone yang merupakan senyawa terpenoid yang mempunyai sifat

menghambat aktivitas antimikroba.

Senyawa golongan terpenoid yang terdapat dalam minyak atsiri yang terdapat dalam bunga tembelekan menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara merusak dinding sel bakteri, karena bakteri memiliki lapisan luar yang disebut dinding sel yang dapat mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran protoplasma dibawahnya. Selain itu minyak atsiri juga memiliki kemampuan merubah molekul protein dan asam nukleat. Minyak atsiri dapat mengubah keadaaan ini dengan mendenaturasi protein dan asam-asam nukleat sehingga merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Suryaningrum, 2009).

Bakteri gram positif lebih sensitif terhadap senyawa aktif dibandingkan bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan komposisi dan struktur dinding selnya. Struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana yang berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang lebih rendah (1-4%) sehingga memudahkan bahan senyawa aktif masuk kedalam sel struktur dinding sel sedangkan sel bakteri gram negatif lebih kompleks, berlapis tiga lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah polisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan senyawa aktif dan lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid tinggi (11-22%) (Salni et al, 2011).

Sifat antibakteri minyak atsiri bunga tembelekan menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri patogen yaitu Basillus subtilis,


(74)

Propionibacterium acnes, Eschechia coli dan Pseudomonas aeruginosa dimana dalam konsentrasi pengenceran 20% zona bening lebih besar dibandingkan konsentrasi pengenceran 10%. Pengaruh antimikroba bergantung pada konsentrasi dimana konsentrasi semakin tinggi maka sifat bakterisidalnya juga semakin tinggi. Bakteri gram positif, gram negatif, kapang dan khamir semuanya dihambat dengan kisaran yang luas dari minyak atsiri. Aktivitas antibakteri dari senyawa yang terkandung di dalam minyak atsiri dipengaruhi oleh medium yang digunakan dalam pengujian, suhu inkubasi dan ukuran inokulum (Ayres et al, 1998; Burl and Coote, 1999).

Terbentuknya daerah bening di sekitar kertas cakram menunjukkan terjadinya penghambatan pertumbuhan bakteri akibat pengaruh senyawa aktif yang terdapat dalam minyak atsiri bunga tembelekan dan menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Minyak atsiri bunga tembelekan dapat dikatakan aktif terhadap bakteri Basillus subtilis, Propionibacterium acnes, Eschechia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan membentuk zona bening di sekitar cakram yang telah dibasahi dengan minyak atsiri dengan konsentrasi 10% dan 20%.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abou El-Kaseem LT et al.2012. Digalacturonide flavones from Agyptian Lantana camara flowers with in vitro antioxidant and in vivo hepatoprotective activities. Z Naturforsch

Acmad, S. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka. Jakarta

Agusta, A., 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropis Indonesia. Penerbit ITB. Bandung.

Ayres, H.M., Payne, D.N.,J. R. dan Russel,A.D. 1998. Use of the Malthus-AT system to assess the efficacy of permeabilizing agents on the activity of antibacterial agents against Pseudomonas aeruginosa. Letters in Applied Microbiology. TPC Project Udayana University (diakses 26 April 2014). Aziz Syaikhul.2010.Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Umbi

Bakung Putih (Crinum asiaticum L) terhadap Bakteri Penyebab Jerawat.[Skripsi].Jakarta.Fakultas Farmasi.UIN Syarif hidayatullah. Brul, S. dan Coote,P.1999. Presertative agents in foods. Mode of action and

microbial resistance mechanisms. International Journal of Food Microbiology.TPC Project Udayana University (diakses 26 April 2014). Brooks, G. F., J. S. Butel dan S. A. Morse. 2005. Medical Microbiology. Mc Graw

Hill, New York

Conner, D.E.1993. Naturally Occuring Compounds, In Davidson.P.M and A.L Branen Antimicrobial in Foods 2nd. Mercel Dekker,Inc. New York. Isolasi dan Analisa Kimia Minyak Atsiri dari Buah Kecombrang (Etlingera elatior) dengan Gas Kromatografi-Spektrometer Massa(GC-MS) dan Uji Aktivitas Antibakteri. [Tesis]. Medan. Universitas Sumatera Utara.

Djauhariya,E., hernani.2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya Jakarta . Eaton. D.C.1989. Laboratory Investigations In Organic Chemistry.USA:

Mc Graw-Hill

Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fowlis.I.A.1998. Gas ChromatographyAnalytical Chemistry by Open


(2)

Gaman, M. dan Sherrington, K.B.1981. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan, Nutris dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gritter, R.J.1991. Pengantar Kromatografi. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.

Guenther.E.2006. Minyak Atsiri. Jilid I. UI-Press. Jakarta.

Gunawan.1991. Daya Antibakteri Minyak Atsiri Daun Lantana camara (hasil isolasi daun basah dan kering ).[Skripsi]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Harris, R. 1990. Tanaman Minyak Atsiri. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Hatijah, 2013. Bioaktivitas Minyak Atsiri Umbi Lapis Bawang Merah (Allium cepa) Lokal Asal Bima Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. Universitas Hassanudin. Makasar.(diakses 28

Januari 2014)

Indriyanti.C.P. 2013. Indentifikasi Komponen Minyak Atsiri Pada Beberapa Tanaman dari Indonesia yang Memiliki Bau Tidak Sedap.[Skripsi].Bandung.Universitas Pendidikan Indonesia.

Irianto, K., 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I. Penerbit Yrama Widya. Bandung.

Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta. Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik.UI-Press.Jakarta.

Kloppenburg dan Versteegh., 1983. Petunjuk lengkap Mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya Sebagai Obat-obatan Tradisionil. Terjemahan, Yayasan Dana Sejahtera dan CD., RS. Bethesda. Yogyakarta. (Lantaden XR Glikosida, Suatu Komponen daun Lantana

camara L., Yang Sitotoksik terhadap Lini Sel L1210). [Disertasi]. Institut Teknologi Bandung, Program Doktor.

Kusmayati, Agustini, N.W.R. 2007.Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Mikroalga (Prophyridium cruentum), J Biod.

Lay, W.B.1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Edisi I. PT. Raja Grafindo Persada .Jakarta.

Lutony, T.L.1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya.. Bandung.


(3)

Mardisiswojo, S & Radjak.M.H.1986. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang III. PT. Karya Wreda. Jakarta.

Mcnair, H.M. 2009. Basic Gas Chromatography. Second Edition. A Jhon Wiley and Sons. Inc, Publication. New Jersey.

Pasto,D.J. 1992. Experiment and techniques in Organic Chemistry. Prentice Hall. Englewood. New Jersey:

Passos JL et al. 2012. Chemical Charaterization of Volatile Compounds of Lantana camara L an L radula Sw and their Antifungal Activity. Molecules

Pavia, D.L., Lampman, G. M and Kriz, G.S. 2001. Introduction for Spectroscopy. Third Edition. United State: Brooks Cole/Thomson.

Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Pelczar, M.J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobilogi II. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Rohman, A.2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sastrohamidjojo.H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Cetakan 1. UGM-Press. Yogyakarta.

Salni, Hanita.M, dan Ratna .W.M.2011. Isolasi Senyawa Antibakteri Dari Daun jengkol (Pithcolobium lobatum Benth) dan Penentuan Nilai KHM-nya. FMIPA. Universitas Sriwijaya. Volume 14 No. 1(D) 14109. Jurnal Penelitian Sains (diakses 27 april 2014)

Skoog, D. A. 1991. Principles of Instrumental Analysis. Brooks Cole. USA. Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Supardi, H.I dan Sukamto .1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan

Pangan. Edisi Pertama. Penerbit Alumni. Bandung.

Suparni,I., dan Wulandari,A.2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia. Rapha Publishing. Yogyakarta.

Supriyanto dan Cahyono, B,.2012. Perbandingan Kandungan Minyak Atsiri Antara Jahe Segar dan Jahe Kering. Universitas Dipenegoro. Semarang.

(diakses 24 Januari2014).


(4)

Suryaningrum, S.2009. UJi Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Buah Jeruk Purut ( Citrus hystrix D.C) terhadap Staphyloccocus aereus dan Esherichia

coli.[Skripsi]. Surakarta. Fakultas Farmasi.Universitas Muhamadiyah Sudaryanti dan Sugiharti.1990. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Jakarta:

Penebar Swadaya

Trubus., 2013. 100 Plus Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik. Volume 11. PT Trubus Swadaya. Depok.

Wijayakusuma, M.H., Dalimartha,S. DAN WirIan. 1995. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid I. Pustaka Kartini. Jakarta.

Wirakusumah, E.S Alumnidan R. N Setyowati .1994. Cantik Dan Bugar Dengan Ramuan Nabati. Penebar Swadaya.Jakarta.

Yuliani.S. 2013. Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan ( Lantana camara L) secara Kromatografi Gas- Spektrometri Massa (GC-MS). [Skripsi]. Medan.Universitas Sumatera Utara, Program Sarjana. Volk, W.A dan M.F Wheeler .s1989. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid 2.


(5)

Lampiran 1. Hasil Indentifikasi Tumbuhan


(6)