33
melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.
Dalam hal ini pihak bank harus melakukan penilaian yang umum untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar membutuhkan dan beritikad baik, maka
dilakukan dengan analisis lima 5C dan selanjutnya penilaian suatu ktedit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut:
1 Personality yakni mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu maslah dan menyelesaikannya.
2 Party yakni mengklasifikasikan nasabah dalam golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya dan ini mendapat fasilitas yang
berbeda dari bank. 3 Perpose yakni menilai usaha tujuan nasabah dalam mengambil kredit sesuai
dengan kebutuhan. 4 Prospect
yakni menilai
usaha nasabah
dimasa yang
akan datang
menguntungkan atau tidak, karena tanpa mempunyai prospek, bukan saja bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5 Payment yakni cara pembayaran dari mana sumber dana untuk pengemabalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur ini semakin baik karena
jika salah satu rugi dapat ditutupi dengan usaha yang lain. 6 Profitability yakni menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba yang
diukur dalam periode ke periode apakah sama atau meningkat dengan adanya tambahan kredit yang diperoleh.
7 Protection yakni untuk mendapatkan jaminan perlindungan sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman, ini berupa jaminan barang atau jaminan
asuransi.
62
Dengan penilaian tersebut di atas dapat dikatakan sebagai studi kelayakan usaha dan biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka
waktu panjang.
2. Batas maksimum pemberian kredit
Berdasarkan Pasal 11 penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia
62
Kasmir., Op.Cit, hal 119-120.
Universitas Sumatera Utara
34
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengatakan : Pemberian
kredit pembiayaan
berdasarkan Prinsip
Syariah oleh
bank mengandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, sehingga
dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Mengingat bahwa kredit tersebut bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank, resiko yang dihadapi
bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dan masyarakat tersebut. Oleh karena itu untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank
diwajibkan menyebar resiko dengan mengatur penyaluran kredit atau pemberian pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas
lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada nasabah atau kelompok nasabah debitur tertentu.
63
Dalam hal ini untuk mengantisipasi hal tersebut Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Keputusan No. 31177KEPDIR tanggal 31 Desember 1998
yang mengatur tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK bank umum dengan tujuan untuk dilakukan penyebaran resiko dalam pemberian kredit.
64
Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Batas maksimum Pemberian Kredit bagi peminjam yang merupakan pihak terkait :
a. 10 dari modal bagi pihak terkait sebagai satu pinjaman atau kelompok peminjam.
b. 10 dari modal untuk jumlah seluruh pihak terkait. 2. Batas maksimum Pemberian Kredit bagi pihak tidak terkait
a. 30 dari modal sejak berlaku SK sd akhir 2001. b. 25 dari modal selama tahun 2002.
c. 20 dari modal sejak 1 Januari 2003.
65
Oleh karena itu, praktek pemberian kredit oleh bank sebaiknya bagi pihak terkait perlu dihindarkan atau sekurang-kurangnya sangat dibatasi, begitu juga bagi
63
Pasal 11 Penjelasan Umum angka 6 Undang-Undang No.10 tahun 1998, tentang Perbankan.
64
Suharno., Op.Cit, hal 36.
65
Ibid., hal 37.
Universitas Sumatera Utara
35
pihak tidak terkait hendaknya pemberian kredit jangan terlalu berlebihan yang berakibat bank dalam keadaan beresiko tinggi. Untuk itu perlu ada ketentuan tentang
batas maksimum pemberian kredit yang harus dipatuhi oleh setiap bank.
3. Kegiatan Bank Tidak Merugikan Nasabah Penyimpan Dana