35
pihak tidak terkait hendaknya pemberian kredit jangan terlalu berlebihan yang berakibat bank dalam keadaan beresiko tinggi. Untuk itu perlu ada ketentuan tentang
batas maksimum pemberian kredit yang harus dipatuhi oleh setiap bank.
3. Kegiatan Bank Tidak Merugikan Nasabah Penyimpan Dana
Sebagaimana diketahui bahwa pemberian kredit dari sisi bank merupakan sumber pendapatan bank itu sendiri.
66
Oleh karena itu evaluasi dan seleksi terhadap objek yang akan dibiayai bank sangat penting, baik guna kelangsungan bank itu
sendiri maupun perlindungan terhadap nasabah yang menitipkan dananya pada bank. Hal ini merupakan perwujudan dari ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal
29 ayat 3 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang menentukan bahwa : dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada
bank.
67
Dengan demikian
peningkatan prinsip
kehati-hatian oleh
bank dalam menyalurkan kredit, mutlak diperlukan meskipun disadari bahwa persaingan bisnis
perbankan di bidang penyaluran kredit sangat ketat. Bank harus tetap selektif, komitmen kredit yang diberikan hendaknya dapat dibiayai oleh sumber dana yang
cukup, tanpa harus berlomba-lomba secara kurang wajar dalam menghimpun dana masyarakat. Karenanya bank seharusnya tidak hanya mengejar target pertumbuhan
66
Suharno., Op.Cit, hal 2.
67
Pasal 29 ayat 3 Undang-Undang No.10 tahun 1998, tentang Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
36
kredit yang tinggi, tetapi juga tetap memperhatikan pula dampaknya terhadap kesehatan bank.
Haruslah dibedakan antara hak penggunaan dana, selama dana berada dalam simpanan bank atas resiko pihak bank sendiri, dengan hak milik dana oleh
karenanya menjadi alas hak bagi penarikan kembali oleh si penyimpan dana pada bank. Dengan pengertian ini, adalah suatu sikap melawan hak atau melawan
hukum bila bank menggunakan dana secara semena-mena, tidak berhati-hati dengan melawan substansi Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan
Pasal 37 B ayat 1 dan menempatkan deposan pada resiko yang tidak semestinya.
68
Dalam hal dana yang dipakai untuk pemberian kredit, bank hanya boleh memberikan kredit apabila bank benar-benar telah meyakini bahwa debitur
mempunyai kemampuan, kesanggupan dan beritikad baik untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Apabila tidak demikian resiko yang dihadapi oleh
bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Oleh karena itu hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan kontraktual yang
dilandasi oleh prinsip kehati-hatian.
4. Restrukturisasi Kredit