Faktor Internal Perbankan a. Kelemahan dalam analisis kredit

69 kredit yang diterimanya. Kurangnya kemampuan debitur di sini termasuk kurangketidakmampuan debitur dalam hal mengelola bisnisnya, baik disebabkan kelemahan manajemen maupun kurang struktur permodalan. 3. Condition a. Faktor intern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari suatu kondisi perekonomian yang mengakibatkan iklik persaingan perbankan yang kurangtidak sehat. Kondisi ini dapat berakibat bank-bank saling memacu untuk melempar kredit tanpa pertimbangan yang matang dari segi bank teknis. b. Faktor ekstern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari suatu kondisi yang tidak menguntungkan yang membuat hilangnya kemampuan debitur yang bersangkutan untuk membayar kewajibannya. Misalnya, terjadi perubahan kondisi perekonomian, seperti tight money policy”atau kegagalan usaha debitur karena terjadinya bencana alam termasuk musibah atas meninggalnya debitur perorangan. 105 Di dalam dunia perbankan, faktor utama dalam perkreditan adalah apa yang disebut dengan five C”, dari masing-masing unsur tersebut sangat berkaitan erat satu sama lainnya bila salah satu unsur tersebut kurang maka akan mempengaruhi unsur yang lain. Selanjutnya mengenai faktor penyebab terjadinya kredit macet tersebut dapat dikelompokkan pada faktor internal Perbankan ataupun faktor eksternal Perbankan, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

1. Faktor Internal Perbankan a. Kelemahan dalam analisis kredit

1 Analisis kredit tidak berdasarkan data akurat atau kualitas data rendah. Setiap analisis kredit harus berdasarkan data yang benar-benar akurat, agar hasil analisis menjadi tepat. Biasanya para analis sebelum melakukan analisis, minta kepada calon nasabah data perkembangan usaha, berupa laporan keuangan selama tiga tahun terakhir. Namun dalam kenyataan kebanyakan pengusaha, tidak 105 H.R. Daeng Naja., Op.Cit, hal 330-331. Universitas Sumatera Utara 70 memelihara pembukuan dengan baik. Laporan keuangan itu hanya berdasarkan kira- kira saja. Jika data tidak akurat, bahkan mungkin ada yang direkayasa, maka hasil analisis juga bersifat rekayasa yang dapat membahayakan kelancaran pengembalian kredit. 106 2 Informasi kredit tidak lengkap atau kuantitas data rendah. Dalam melakukan analisis kredit, mungkin bank sudah memperoleh data yang lengkap secara kuantitatif, tetapi dalam hal tertentu yang bersifat kualitatif masih memerlukan informasi, misalnya mengenai karakter dan kehidupan pribadi nasabah. 3 Kredit terlalu sedikit atau terlalu banyak Produksi pada operasi yang optimum diperoleh jika modal kerja yang digunakan sudah diperhitungkan dengan tepat. Namun tidak jarang bank kurang perhitungan, atau nasabahnya yang kurang terbuka. Karena mungkin saja nasabah terlibat hutang piutang dengan sesama relasi atau mitra usahanya, sehingga terpaksa menggunakan sebagian modal kerja yang tersedia. Hal selanjutnya ada kesan bahwa pemberian kredit terlalu sedikit. Akibat dari kekurangan kredit atau kredit yang tidak mencukupi dapat menjerat nasabah dalam hutang yang berkepanjangan sementara perusahaannya sulit dijalankan. Sebaliknya pemberian kredit yang berlebihan overlending akan menggoda nasabah untuk menggunakan kelebihan uang tersebut membeli barang-barang yang tidak produktif bagi perusahaannya. Berbagai alternatif akan dilakukan nasabah yang 106 H. As. Mahmoeddin, Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004, hal. 52 Universitas Sumatera Utara 71 kelebihan kredit tersebut, seperti menabung di bank lain, dengan harapan memperoleh bunga, atau membeli barang konsumtif yang tidak memberikan hasil bagi perusahaannya, atau menanamkan kelebihan uang tersebut untuk membeli barang tetap yang tingkat likuiditasnya rendah, sehingga tidak mungkin mampu menutup kewajiban jangka pendeknya kepada bank. 4 Analisis tidak cermat Petugas kredit yang mungkin terdiri dari credit analyst, financial analyst atau account officer atau ketiga-tiganya kurang jeli dalam mengamati angka-angka, data, atau informasi mengenai usaha nasabah. Mungkin mereka terlalu percaya dengan apa yang disajikan oleh nasabah. 5 Jangka waktu kredit Pemberian kredit dengan jangka waktu yang agak lama seyogyanya akan memberikan keringanan bagi nasabah dalam memenuhi kewajibannya kepada bank guna membayar bunga dan angsuran. Namun tidak jarang justru membuat nasabah lalai dan suka melupakan kewajibannya. Sedangkan pemberian kredit dengan jangka waktu yang terlalu pendek dapat membuat nasabah merasa diburu-diburu, bahkan bisa merusak arus kas cash-flow yang selanjutnya merusak jadwal pembayaran bunga dan angsuran pokoknya. 107 6 Kurangnya akuntabilitas putusan kredit Kurangnya pertanggungjawaban dari petugas dan pejabat kredit, sehingga ada kesan tidak bersungguh-sungguh dalam menerima tugas dan wewenang. 107 H. As. Mahmoeddin., Op. Cit, hal. 54 Universitas Sumatera Utara 72

b. Kelemahan dalam dokumen kredit

1 Data mengenai kredit nasabah tidak didokumentasi dengan baik Salah satu kekuatan bank dalam menghadapi kenakalan nasabahnya, adalah kekuatan dan kelengkapan dokumen yang bisa digunakan sebagai senjata bank. Biasanya bank meminta kepada nasabah agar secara rutin memberikan laporan keuangannya, agar bank dapat memantau perkembangan usaha. Dari neraca saja bank dapat membaca perkembangan usaha nasabah. Jika perkembangan usaha baik, maka bank bisa optimis akan pengembalian kredit. Jika perkembangan usaha buruk, maka bank harus segera mengambil tindakan tertentu, tengantung situasi dan bentuk kesulitannya. Hal ini dilakukan kasus per kasus. Tentu saja, laporan keuangan ini merupakan data penting, yang harus didokumentasi oleh bank secara baik. Jika tidak, maka laporan tersebut menjadi tidak berguna, dengan kata lain bank akan mengalami kesulitan memantau perkembangan usaha nasabah. 2 Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Dalam pemberian kredit terdapat sebagian kelengkapan dokumen yang dilakukan sesudah realisasi kredit. Seperti pengikatan agunan, laporan persediaan barang dagangan, laporan perkembangan keuangan. Semua laporan tersebut sebenarnya diawasi secara baik, namun tidak jarang petugas bank lalai. Kelalaian ini memberikan peluang bagi nasabah untuk berbuat sesuatu yang akan merugikan bank.

c. Kecerobohan Petugas Bank

1 Bank terlalu bernafsu memperoleh laba Universitas Sumatera Utara 73 Kredit adalah salah satu dari aktiva yang paling produktif. Karena itu bank selalu perusahaan yang ingin memperoleh laba sebesar mungkin, mentapkan target sebesar mungkin dalam pengembangan kredit Apalagi target merupakan penetapan kantor pusat menyebabkan kantor cabangnya terdorong melakukan ekspansi yang sering tanpa kendali, sehingga sering analisisnya tidak tajam, kurang hati-hati, bahkan bisa kebobolan. 108 2 Bank terlalu kompromi Dalam pemberian kredit memang bank seharusnya bersikap luwes, namun tidak semua masalah bisa dikompromikan. Tidak jarang petugas atau pejabat bank terlalu banyak memberikan kemudahan, sehingga memberikan kelonggaran yang sangat prinsip, seperti persyaratan terlalu ringan. Sikap para petugas bank ini biasanya karena kekhawatiran nasabah lari ke bank lain. Sehingga terkesan lebih mengikuti kemauan nasabah. 3 Petugas atau pejabat bank terlalu menggampangkan masalah Setiap pencarian kredit harus melalui prosedur yang sudah baku dan pasti. Hal ini berlaku terhadap siapa pun juga, walaupun terhadap nasabah inti yang sudah lama dan sangat dipercaya. Namun kadang-kadang tidak jarang petugas bank terlalu percaya, dan mengampangkan masalah, sementara masalah itu sendiri dapat saja muncul setiap saat, dan terhadap siapa pun juga. 4 Keliru dalam persaingan antar bank 108 H. As. Mahmoeddin., Op. Cit, hal. 60 Universitas Sumatera Utara 74 Kesuksesan bank lain memang perlu diamati, jika perlu dijadikan contoh. Namun sayangnya keberhasilan ini hanya melihat hasilnya saja, dan tidak melihat kemampuan sumber daya manusia yang menanganinya. Setiap bank tentu mempunyai ciri tersendiri serta pengalaman tersendiri pula. Namun tidak jarang banyak bank melakukan upaya merebut pasar pesaing, tanpa melihat kemampuan dasar yang harus disiapkannya terlebih dahulu.

2. Faktor Eksternal Perbankan a. Situasi ekonomi

Dokumen yang terkait

Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

1 51 83

Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia)

19 162 171

Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut

1 40 148

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus di PT. Bank Capital Indonesia TBK. Cabang Surakarta.

0 4 16

PELAKSANAAN TINGKATAN-TINGKATAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN Pelaksanaan Tingkatan-Tingkatan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Atas Tanah.

0 4 19

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus Di Pt. Bank Danamon Tbk. Dsp Cabang Tanjungpandan).

0 2 17

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG SURAKARTA.

0 0 11

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PD. BPR DJOKO TINGKIR SRAGEN.

0 1 13

Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Proses Penyelesaian Kredit Macet.

0 3 19

Urgensi Peran Apraisal dalam Penyelesaian Kredit Macet pada Perjanjian Kredit Produktif dengan Jaminan Hak Tanggungan COVER 1

0 1 12