Restrukturisasi Kredit Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Dan Upaya Penyelesaian Kredit Macet Atas Jaminan Hak Tanggungan (Studi Pada PT.Bank Negara Indonesia Tbk Cabang Kabanjahe)

36 kredit yang tinggi, tetapi juga tetap memperhatikan pula dampaknya terhadap kesehatan bank. Haruslah dibedakan antara hak penggunaan dana, selama dana berada dalam simpanan bank atas resiko pihak bank sendiri, dengan hak milik dana oleh karenanya menjadi alas hak bagi penarikan kembali oleh si penyimpan dana pada bank. Dengan pengertian ini, adalah suatu sikap melawan hak atau melawan hukum bila bank menggunakan dana secara semena-mena, tidak berhati-hati dengan melawan substansi Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Pasal 37 B ayat 1 dan menempatkan deposan pada resiko yang tidak semestinya. 68 Dalam hal dana yang dipakai untuk pemberian kredit, bank hanya boleh memberikan kredit apabila bank benar-benar telah meyakini bahwa debitur mempunyai kemampuan, kesanggupan dan beritikad baik untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Apabila tidak demikian resiko yang dihadapi oleh bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Oleh karena itu hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan kontraktual yang dilandasi oleh prinsip kehati-hatian.

4. Restrukturisasi Kredit

Seperti halnya dengan ketentuan tentang Kualitas Aktiva Produktif KAP dan ketentuan tentang Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP, ketentuan restrukturisasi kredit ini pun dikeluarkan pada tanggal 12 November 1998, dengan Surat Keputusan Bank Indonesia nomor 31150KEPDIR. Surat Keputusan ini kemudian diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 215PB2000tanggal 12 Juni 2000. Perubahan mana hanya dalam satu pasal, yaitu Pasal 12 ayat 1 huruf b. 68 Gunarto Suharid., Op.Cit, hal 19. Universitas Sumatera Utara 37 Dalam pasal 1 huruf c Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 31150KEPDIR tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan restrukturisasi kredit adalah upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui : 1. Penurunan suku bunga kredit; 2. Pengurangan tunggakan bunga kredit; 3. Pengurangan tunggakan pokok kredit; 4. Perpanjangan jangka waktu kredit; 5. Penambahan fasilitas kredit; 6. Pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 7. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur; Dengan Restrukturisasi kredit ini debitur dapat diberi keringanan dalam rangka upaya pelaksanaan kewajibannya sebagai debitur, yaitu untuk melunasi hutang- hutangnya dari bank. Namun demikian, tidak semua debitur dapat diberikan keringan karena permasalahan dalam kredit perbankan dapat terjadi berbagi hal termasuk didalamnya kemampuan debitur dalam melaksanakan kewajibannya yang bersumber dari usahanya. Dalam Surat keputusan Bank Indonesia tersebut bahwa restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik dan telah atau diperkirakan akan mengalami kesulitan pembayaran pokok danatau bunga kredit. Oleh karena itu, kredit yang akan direstrukturisasi wajib dianalisis berdasarkan prospek usaha debitur dan kemampuan membayar sesuai proyeksi arus kas dan bagi kredit yang diberikan kepada pihak terkait yang akan Universitas Sumatera Utara 38 direstrukturisasi, wajib dianalisis oleh konsultan atau tanaga ahli yang independen yang memiliki izin usaha dan reputasi yang baik. Bank dilarang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya untuk menghindari : 1. Penusuran penggolongan kualitas kredit; atau 2. Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP yang lebih besar; atau 3. Penghentian pengakuan pendapatan bunga secara aktual. 69 Untuk itu bank diwajibkan membuat kebijakan restrukturisasi kredit secara tertulis. Kemudian, direksi bank wajib terlibat langsung dalam perumusan kebijakan restrukturisasi kredit tersebut dan bertanggung jawab dalam pelaksanaannya, yang pelaksanaannya wajib diikuti secara saksama oleh KomisarisBadan Pengawas bank yang bersangkutan. Untuk menjaga objektivitas, restrukturisasi kredit dilakukan oleh satuan kredit yang terpisah dari satuan kerja pemberian kredit, dan pejabat atau pegawai dalam satuan kerja restrukturisasi kredit tidak terlibat dalam pemberian kredit yang akan direstrukrisasi. Satuan kerja restrukturisasi kredit ini dipimpin oleh pejabat yang berpengalaman dalam restrukturisasi kredit serta memiliki kewenangan untuk melakukan negosiasi dengan debitur dalam setiap tahapan restrukturisasi kredit. Didalam kebijakan restrukturisasi kredit tersebut termuat penjabaran ketentuan restrukturisasi kredit yang tertuang pada pasal-pasal Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 31150KEPDIR tanggal 12 November 1998 sebagaimana telah diubah 69 H.R. Daeng Naja., Op.Cit, hal 317 Universitas Sumatera Utara 39 dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 215PBI2000 tanggal 12 Juni 2000, antara lain sebagai berikut; 1. Penggolongan kualitas kredit setelah dilakukan restrukturisasi ditetapkan sebagai berikut: a. Setinggi-tingginya kurang lancar untuk kredit yang sebelum dilakukan restrukturiasasi tergolong diragukan dan macet. b. Kualitas tidak berubah untuk kredit yang sebelum dilakukan restrukturisasi tergolong lancar, dalam perhatian khusus atau kurang lancar. 2. Kualitas kredit yang telah diubah tersebut, selanjutnya dapat berubah menjadi: a. Lancar, apabila tidak terjadi tunggakan angsuran pokok dan bunga selama tiga kali pembayaran dan secepat-cepatnya dalam waktu tiga bulan. b. Kualitas kredit sebelum dilakukan restrukturisasi atau yang sebenarnya apabila lebih buruk, jika debitur tidak memenuhi kriteria dalam huruf a danatau syarat-syarat dalam perjanjian restrukturisasi kredit. 3. Kualitas tambahan kredit dalam rangka restrukturisasi digolongkan lancar apabila diberikan sesuai dengan prosedur yang ketat dan memiliki agunan yang cukup. 4. Pendapatan bunga dan penerimaan lain dari kredit yang direstrukturisasi hanya boleh diakui apabila telah diterima secara tunai sebelum kualitas kredit menjadi lancar. 5. Restrukturisasi kredit dalam bentuk penyertaan hanya dilakukan untuk kualitas kredit kurang lancar atau diragukan atau macet, dan wajib ditarik kembali apabila: a. Telah melebihi jangka waktu paling lama lima tahun; atau b. Perusahaan debitur tempat penyertaan telah memperoleh laba bersih selama dua tahun buku berturut-turut dan wajib dihapusbukukan dari neraca bank apabila telah melebihi jangka waktu lima tahun. 70 Selain itu, dalam pedoman Umum Restrukturisasi Kredit disebutkan bahwa penyusunan pedoman restrukturisasi kredit hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; 1. Analisis dan Dokumentasi Informasi dan dokumentasi yang diperlukan dalam menganalisis kredit-kredit yang akan direstrukturisasi sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: 70 H.R. Daeng Naja., Op.Cit, hal 318. Universitas Sumatera Utara 40 a. Evaluasi terhadap permasalahan debitur, meliputi: 1 Penjelasan rinci mengenai penyebab terjadinya tunggakan pokok danatau bunga yang didasarkan atas laporan keuangan, arus kas cash flow, proyeksi keuangan, kondisi pasar, serta faktor-faktor lain yang berkaitan dengan usaha debitur. 2 Perkiraan pengambilan seluruh pokok dan bunga kredit berdasarkan akad kredit sebelum dan setelah restrukturisasi kredit. Perkiraan tersebut hendaknya didasarkan pada rasio-rasio keuangan yang mencerminkan kondisi keuangan dan kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya. 3 Peninjauan efisiensi manajemen debitur untuk menentukan diperlukannya restrukturisasi organisasi perusahaan debitur, misalnya dengan penggantian pemegang saham, direksi, dan pendekatan manajerial lainnya. Jika diperlukan dapat digunakan bantuan tenaga ahli dari luar untuk melakukan restrukturisasi organisasi tersebut. Dalam hal debitur merupakan debitur perorangan harus dipersyaratkan adanya agunan tambahan baru atau jaminan perorangan personal guarantee yang terpercaya. b. Kriteria kredit yang akan direstrukturisasi sesuai kebijakan yang telah ditetapkan bank, misalnya jenis penggunaan kredit serta sektor ekonomi yang dibiayai. c. Pendekatan dan asumsi yang digunakan dalam menetapkan proyeksi arus kas projected future cash flows debitur serta dalam memperhitungkan nilai tunai present value dari angsuran pokok danbunga yang akan diterima. d. Analisis, kesimpulan, dan rekomendasi dalam melakukan penyesuaian persyaratan kredit seperti penurunan suku bunga, pengurangan tunggakan pokok danatau bunga, perubahan jangka waktu, dan penambahan fasilitas. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan siklus usaha dan kemampuan membayar debitur sehingga debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan bunga hingga jatuh tempo. e. Tujuan dan penggunaan tambahan kredit apabila restrukturisasi kredit dilakukan dengan cara pemberian tambahan kredit. Tambahan kredit tidak diperkenankan untuk melunasi tunggakan pokok danatau bunga kredit. f. Jadwal pembayaran kembali yang telah direvisi yang mencerminkan persyaratan yang telah disesuaikan dengan kemampuan membayar debitur. g. Rincian yang terkait dengan persyaratan kredit termasuk kesepakatan keuangan dalam akad kredit, misalnya rekapitalisasi perusahaan debitur atau dalam hal bank di masa mendatang memiliki hak untuk meningkatkan suku bunga sejalan dengan kemampuan membayar debitur. h. Rincian kelengkapan dokumen yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi kredit. i. Persyaratan bahwa akad kredit dan konsumen lainnya yang berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara 41 pelaksanaan restrukturisasi kredit harus mempunyai kekuatan hukum. 71 2. Prosedur Pemantauan Bank wajib memiliki prosedur tindak lanjut untuk memantau kredit yang telah direstrukturisasi guna memastikan kesanggupan debitur untuk melakukan pembayaran kembali sesuai persyaratan dalam akad kredit baru. Beberapa hal yang wajib dilakukan oleh satuan kerja restrukturisasi kredit dalam rangka pemantauan tersebut, antara lain; a. Menyusun laporan bulan mengenai perkembangan usaha debitur yang memuat perincian perkembangan usaha, pelaksanaan rencana kegiatan action plan dan kemungkinan pembayaran kembali. b. Mewajibkan debitur untuk menyampaikan laporan keuangan yang dilengkapi dengan rasio-rasio keuangan pokok dalam rangka memonitor kondisi usaha dan keuangan debitur secara terus-menerus. Debitur juga diwajibkan untuk melaporkan dampak dari berbagai tindakan yang ditempuh sebagai bagian dari restrukturisasi kredit, seperti rekapitalisasi perusahaan debitur dan kebijakan untuk tidak membagikan deviden. c. Menyusun langkah-langkah yang akan diambil jika debitur ternyata mengalami kesulitan membayar setelah restrukturisasi kredit. 72 Hal – hal tersebut diatas perlu benar-benar diperhatikan dan diindahkan oleh bank mengingat Bank Indonesia dapat melakukan koreksi terhadap penggolongan kualitas kredit, pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, dan pendapatan bunga yang telah diakui secara aktual apabila restrukturiasasi tidak didukung dokumen yang lengkap dan analisis yang memadai mengenai kemampuan membayar dan prospek usaha debitur. 71 Agus Sudiarto., Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat Artikel, Media Indonesia, Jakarta, 2004, hal 320. 72 Agus Sudiarto., Op. Cit, hal 320 Universitas Sumatera Utara 42

C. Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perjanjian Kredit Pada PT Bank

Negara Indonesia Cabang Kabanjahe. PT Bank Negara Indonesia persero Tbk lebih dikenal dengan Bank BNI, merupakan satu dari beberapa bank tertua dan terbesar yang pernah dan sampai saat ini ada di Indonesia. Sejarah berdirinya PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk, erat hubungannya dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945. Berdirinya PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada sidang Dewan Menteri Republik Indonesia tanggal 19 September 1945, diputuskan untuk mendirikan sebuah bank milik negara yang berfungsi sebagai bank sirkulasi. Walaupun menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan, pada tanggal 5 Juli 1946 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 1946, berhasil didirikan bank sirkulasi atau Bank Sentral Milik Negara Republik Indonesia dengan nama Bank Negara Indonesia. 73 Pada tahun-tahun selanjutnya telah dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah untuk memantapkan kedudukan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi. Namun usahanya,sehingga dapat dikatakan bahwa kredit sangat memegang peran yang sangat penting bagi sukses pembangunan, yang pada saat ini salah satu kantor cabangnya adalah PT. Bank Indonesia Negara BNI Cabang Kabanjahe. Adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kredit 73 Sumber dari Modul BNI ICONS Integrated Centralized On Line System. Universitas Sumatera Utara 43 perbankan sehingga merupakan rambu–rambu yang harus dipatuhi dan mengingat pemberian kredit mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasan, maka kegiatan usaha pemberian kredit perlu dikelola secara baik dan sehat. Bank sebagai usaha yang melakukan kegiatan usaha pemberian kredit harus mengelolanya dengan Baik. Kegiatan pemberian kredit itu harus dikelola secara baik dan berhati-hati agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan bank. Sehubungan dengan itu, kegiatan usaha pemberian kredit perbankan harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. Bank harus membuat perencanaan kredit yang baik sesuai dengan kondisi bank dengan memperhatikan berbagai hal yang dikaitkan dengan materi perencanaan tersebut. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun rencana perkreditan suatu bak, baik dari segi intern bak maupun dari segi ekstern bank. Suatu rencana perkreditan bank antara lain meliputi target kredit yang akan diberikan, Langkah-langkah untuk mencapai target, dan upaya penanganan kredit bemasalah. Mengenai perincian dan rencana perkreditan tersebut akan dapat ditetapkan sesuai jenis rencana kerja bank, yaitu apakah berupa rencana kerja jangka pendek tahunan atau menengah 3 tahunan yang oleh ketentuan Bank Indonesia disebut Rencana Bisnis, atau jangka panjang 5 tahunan atau lebih. Suatu rencana perkreditan untuk jangka pendek tahunan harus lebih rinci, misalnya mencantumkan Tentang jenis kredit yang akan diberikan kredit mikro, kredit kecil, kredit menengah, dan kredit korporasi, target nasabah dan jumlah maksimal masing-masing jenis kredit, sektor ekonomi yang akan dibiayai, dan sebagainya. Oleh karena itu dalam pemberian kredit maka bank harus berhati-hati dalam proses penilaian dan keputusan kredit termasuk Universitas Sumatera Utara 44 pengikatan agunan atau jaminan dalam pemberian kredit kepada calon debitur, demikian juga halnya yang harus dilakukan PT. Bank Negara Indonesia BNI abang Kabanjahe dalam pemberian kredit kepada nasabah. Adapun penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit yang dilakukan Bank sebagaimana dijelaskan berikut ini:

1. Proses Penilaian Dan Keputusan Kredit

Dokumen yang terkait

Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

1 51 83

Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia)

19 162 171

Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut

1 40 148

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus di PT. Bank Capital Indonesia TBK. Cabang Surakarta.

0 4 16

PELAKSANAAN TINGKATAN-TINGKATAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN Pelaksanaan Tingkatan-Tingkatan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Atas Tanah.

0 4 19

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus Di Pt. Bank Danamon Tbk. Dsp Cabang Tanjungpandan).

0 2 17

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG SURAKARTA.

0 0 11

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PD. BPR DJOKO TINGKIR SRAGEN.

0 1 13

Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Proses Penyelesaian Kredit Macet.

0 3 19

Urgensi Peran Apraisal dalam Penyelesaian Kredit Macet pada Perjanjian Kredit Produktif dengan Jaminan Hak Tanggungan COVER 1

0 1 12