Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

13 “PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK SWASTA DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DAN PENYELESAIANNYA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI STUDI DI JAKARTA. Permasalahan yang diajukan adalah bagaimana proses pemberian kredit oleh bank swasta dengan jaminan hak tanggungan, kendala yang dihadapi oleh bank swasta dalam menyelesaikan kredit bermasalah wanprestasi yang dijamin dengan hak tanggungan serta upaya yang dilakukan oleh bank swasta untuk menyelesaikan kredit bermasalah wanprestasi yang dijamin hak tanggungan, dalam penelitian menitikberatkan upaya penyelesaian kredit macet bank swasta di Jakarta dengan jaminan hak tanggungan yang diakibatkan debitur wanprestasi. Berdasarkan uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini, penelitian ini menitikberatkan pembahasannya tentang perjanjian kredit oleh PT. Bank Negara Indonesi Cabang Kabanjahe dengan jaminan hak tanggungan dan upaya penyelesaian kredit macet dengan jaminan hak tanggungan. Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini asli dan dapat dipertanggungjawabkan keasliaannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Membahas mengenai hak tanggungan tidak dapat dilepaskan dari pembahasan perkreditan pada saat ini, karena adanya lembaga hak tanggungan sebagai lembaga jaminan tersebut dan tujuan untuk melindungi kepentingan pihak kreditur atas pinjamannya kepada debitur yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya bilamana debitur cidera janji. Universitas Sumatera Utara 14 Dengan kata lain, tidaklah mungkin suatu hak tanggungan timbul tanpa didahului dengan perjanjian hutang-piutang yang dalam dunia perbankan lazim dikenal dengan perjanjian kredit. Oleh karena itu dalam hukum jaminan, lembaga jaminan tidak terkecuali hak tanggungan dikontruksikan sebagai perjanjian yang bersifat accessoier yaitu suatu perjanjian yang keberadaannya senangtiasa dikaitkan pada perjanjian pokok berupa perjanjian hutang – piutang perjanjian kredit. 15 Menurut R.Wirjono Prodjodikoro, perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam masa mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. 16 Menurut Subekti “perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada sesorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”. 17 Secara yuridis ada 2 jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang digunakan oleh bank dalam memberikan kreditnya yaitu : 1. Perjanjian kredit di bawah tangan atau akta dibawah tangan yaitu perjanjian kredit yang hanya dibuat dia antara para pihak yaitu pihak bank dengan debitur tanpa notaris. Tetapi dalam penandantangannya harus hadir saksi karena saksi merupakan salah satu alat bukti pembuatan perkara perdata; 2. Perjanjianpengikatan kredit yang dibuat oleh dan dihadapan notaris atau dengan kata lain akta autentik yaitu perjanjian kredit yang dibuat oleh bank dengan debitur dihadapan Notaris. 18 15 Remy Sjahdeini., Op.Cit, hal 28 16 R. Wirjono Prodjodikoro., Asas-Asas Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2001, hal. 98 17 H.R. Daeng Naja., Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal 175. 18 S. Mantayborbir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004, hal 176. Universitas Sumatera Utara 15 Perjanjian merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi empat unsur, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. Selanjutnya mengenai apa yang dimaksud dengan kredit. Kredit berasal dari kata Yunani “Credere” yang berati kepercayaannya truth atau faith. 19 Karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan, artinya pihak yang memberikan kredit kreditur percaya bahwa penerima kredit debitur akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan. 20 Baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontra-prestasinya. Dengan demikian kredit berarti bahwa pihak ke satu memberikan prestasi baik berupa barang, uang dan jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu. Menurut Muchdarsyah Sinungan “Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga”. 21 Menurut O.P. Simorangkir “Kredit adalah pemberian prestasi misalnya uang, 19 Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yuniati, Djuhaepah T. Marala., Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Keempat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal 12. 20 Ibid., hal 13 21 Muchdarsyah Sinungan., Dasar-Dasar Teknik Management Kredit, Bima Aksara, Jakarta, 1987, hal 11. Universitas Sumatera Utara 16 barang dengan balas prestasi kontra prestasi akan terjadi pada waktu mendatang 22 . Sedangkan menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan kredit adalah penyediaan yang dan tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 23 Dari uraian di atas, dapat ditemukan sedikitnya ada 4 empat unsur kredit yakni : 1. Kepercayaan yaitu keyakinan dari sipemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. 2. Waktu suatu masa yang misahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam arti nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of risk yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka hasil selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan, yang menyebabkan timbul unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. 4. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat juga dalam bentuk barang atau jasa namum sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi- transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan. 24 Dari pengertian kredit di atas tampak bahwa dasar utama dalam pemberian kredit adalah kepercayaan yang dilandasi kesepakatan untuk memberikan pinjaman 22 O.P. Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersil, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1986, hal 123 23 Pasal 1 angka 11, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 24 Thomas Suyatno,dkk, Op.Cit, hal 14 Universitas Sumatera Utara 17 sejumlah uang dengan pemberian bunga. Ada pun yang dimaksud dengan jaminan, jaminan ialah suatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. 25 Terdapat sejumlah asas-asas dalam hukum jaminan yang objeknya berupa benda, yaitu : 1. Asas hak kebendaan real right. Sifat kebendaan adalah absolut, artinya hak ini dapat dipertahankan pada setiap orang. Pemegang hak benda berhak menuntut setiap orang yang menggangu haknya. Sifat lain dari hak kebendaan adalah droit de suite, artinya hak kebendaan mengikuti bendanya di dalam tangan siapapun dia berada. 2. Asas asesor artinya hak jaminan ini bukan merupakan hak yang berdiri sendiri zelfstandigrecht, tetapi ada dan hapusnya bergantung accessorium kepada perjanjian pokok. 3. Hak yang didahulukan artinya hak jaminan merupakan hak yang didahulukan pemenuhannya dari piutang lain, objeknya dapat berupa benda yang tidak bergerak, terdaftar atau tidak terdaftar. 4. Asas asesi yaitu perlekatan antara benda yang ada di atas tanah dengan tapak tanahnya. 5. Asas pemisahan horisontal yaitu dapat dipisahkan benda yang ada diatas tanah dengan tanah yang merupakan tapaknya. 6. Asas terbuka artinya ada publikasi sebagai pengumuman agar masyarakat mengetahui adanya beban yang diletakkan diatas suatu benda. 7. Asas spesifikasipertelaan dari benda jaminan. 8. Asas mudah dieksekusi. 26 Jaminan dapat dibedakan antara jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. a. Jaminan Perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang kreditur dengan seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban- kewajiban si berhutang debitur. Ia bahkan dapat diadakan di luar tanpa pengetahuan si berhutang tersebut. b. Jaminan kebendaan adalah suatu bagian dari kekayaan seseorang, si pemberi jaminan, dan menyediakannya guna pemenuhan pembayaran kewajiban 25 Hartono Hadi Soeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty, Yogyakarta,1984, hal 50 26 Tan Kamello., Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni, Bandung, 2006, hal 19-20. Universitas Sumatera Utara 18 hutang seorang debitur, baik berupa kekayaan si debitur sendiri atau kekayaan orang ketiga. 27 Menurut Hartono Hadisoeprapto tentang hukum jaminan adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang jaminan di dalam pemberian kredit. 28 Jaminan menurut Undang-Undang Perbankan diberi arti sebagai : Keyakinan akan itikad dan kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. 29 Oleh karena lembaga jaminan tersebut mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, maka jaminan yang baik ideal adalah : 1. Yang dapat secara mudah membantu memperoleh kredit itu oleh pihak yang memerlukannya. 2. Yang tidak melemahkan potensi kekuatan si pencari kredit untuk melakukan meneruskan usahanya. 3. Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima pengambil kredit. 30 Dalam KUH Perdata, Undang-Undang telah memberikan jaminan bagi setiap kreditur meskipun kedua belah pihak tidak memperjanjikannya, yakni sebagaimana tercantum dalam Pasal 1131 KUH Perdata. Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan, segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk 27 R.Subekti., Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredi Termasuk Hak Tanggungan Menurut Hukum Indonesia, PT. Citra Bakti, Bandung, 1996, hal 17. 28 Haertono Hadi Soeprapto., Op.Cit, hal 50. 29 Rachmadi Usman., Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal 282. 30 R.Subekti, Op.Cit, hal 21. Universitas Sumatera Utara 19 segala perikatan perseorangan. 31 Pasal 1132 KUH Perdata menyatakan, kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang menghutangkan kepadanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecil piutang masing-masing kecuali apabila diantara para piutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. 32 Benda jaminan dalam hak tanggungan adalah hak atas tanah berupa hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai atas tanah negara. Pembebanan hak tanggungan dapat juga dilakukan terhadap hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah dan milik pemegang hak atas tanah tersebut. 33 Secara teoritis konseptual hak tanggungan hanya dibebankan atas tanah saja, sedangkan benda-benda yang ada diatasnya bukan merupakan benda bagian dari tanah melainkan benda yang memiliki status hukum sendiri. 34 Ini berarti, UUHT pada prinsipnya menganut asas pemisahan horisontal UUHT adalah amanat UUPA yang didasarkan kepada hukum adat Pengecualian atas asas tersebut hanya dimungkinkan apabila bangunanrumah yang ada di atas tanah tersebut adalah kepunyaan dari pemilik hak atas tanah. Dalam teori hukum pun dapat dibenarkan bahwa asas itu memiliki sifat pengecualian. Dalam teori hukum tanah yang dianut UUPA, antara 31 R.Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal 243 32 Ibid, hal 243 33 Pasal 4 jo Penjelasan Umum angka 6 UUHT. 34 Pasal 15 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang ,Hak Tanggungan. Universitas Sumatera Utara 20 tanah dan bangunanrumah yang di atasnya adalah terpisah satu sama lain. Prinsip ini sesuai dengan asas pemisahan horisontal yang dianut dalam hukum adat. 35 Pasal 1132 KUH Perdata menyatakan, kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang menghutangkan kepadanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecil piutang masing-masing kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan istilah jaminan dapat ditemukan dalam penjelasan Pasal 8, yang menyatakan bahwa : “Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur. Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur mengembalikan hutangnya, agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petok, dan lain-lain yang sejenis dapat digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang berkaitan dengan objek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan “agunan tambahan”. 36 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa agunan merupakan salah satu unsur dari jaminan kredit. Dengan demikian apabila berdasarkan unsur-unsur yang lain telah diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya, 35 Tan Kamello, Op.Cit, hal 23 36 Pasal 8 Penjelasan Umum angka 5 UU No.10 tahun 1998, tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara 21 maka agunan yang diserahkan dapat hanya berupa proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit tersebut agunan pokok. Selanjutnya yang dimaksud dengan bank dalam tulisan ini adalah bank sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 angka 2,3,dan 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah: “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. 37 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan pengertian bank umum adalah “Bank umum adalah bank yang menjelaskan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran” 38 Selanjutnya Pasal 1 angka 4 menjelaskan pengertian bank perkreditan rakyat adalah “Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menjelaskan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” 39 Bank merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam 37 Pasal 1 angka 2 UU No.10 tahun 1998, tentang Perbankan. 38 Pasal 1 angka 3 UU No.10 tahun 1998, tentang Perbankan. 39 Pasal 1 angka 4 UU No.10 tahun 1998, tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara 22 perekonomian nasional. Dari segi fungsinya, bank merupakan perantara dari dan kepentingan masyarakat dibidang dana, yaitu kepentingan dari masyarakat yang berkelebihan dana dengan kepentingan dari masyarakat yang membutuhkan dana. Cara menghimpun dana dari masyarakat luas dengan menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit yang merupakan dua fungsi utama bank dari ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Mengingat kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko maka “pemberian kredit oleh bank harus dilandasi oleh keyakinan bank atas kemampuan debitur untuk dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”. 40

2. Konsepsi

Dokumen yang terkait

Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

1 51 83

Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia)

19 162 171

Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut

1 40 148

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus di PT. Bank Capital Indonesia TBK. Cabang Surakarta.

0 4 16

PELAKSANAAN TINGKATAN-TINGKATAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN Pelaksanaan Tingkatan-Tingkatan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Atas Tanah.

0 4 19

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus Di Pt. Bank Danamon Tbk. Dsp Cabang Tanjungpandan).

0 2 17

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG SURAKARTA.

0 0 11

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PD. BPR DJOKO TINGKIR SRAGEN.

0 1 13

Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Proses Penyelesaian Kredit Macet.

0 3 19

Urgensi Peran Apraisal dalam Penyelesaian Kredit Macet pada Perjanjian Kredit Produktif dengan Jaminan Hak Tanggungan COVER 1

0 1 12